LAHIRNYA KONVENSI CHICAGO 1944 IMPLIKASI PENERAPAN KONSEP LARANGAN TERBANG OLEH

itu sendiri maupun Piagam PBB. degan demikian dapat disimpulkan bahwa penegakan wibawa hukum internasional secara global dewasa ini masih senantia dibayangi oleh kekuatan kendali negara-negara yang mempunyai air-outer space power yang tangguh. Ini berarti penegakan hukum tergantung kepada siapa yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan.

B. LAHIRNYA KONVENSI CHICAGO 1944

Berbeda dengan moda transportasi laut dan darat, yang telah lahir jauh sebelumnya, dunia penerbangan baru lahir sejak permulaan abad ke-18. Pada saat itu, Fransisco de Lana dan Galler mencoba menerbangkan model pesawat udara yang dapat terbang di atmosfer, kemudian diikuti oleh Pater de Gusmao di Lisboa, Portugal yang juga berhasil menerbangkan balon udara yang dipanaskan. Percobaan penerbangan tersebutditeruskan oleh Montgofellier bersaudara di Perancis dengan menggunakan baon yang diisi udara panas. Sebenarnya jauh sebelum peran Franco-Prussia pada tahun 1852, Gifford telah berhasil terbang dengan balon yang diberi mesin uap, kemudian tahun 1884, Reward dan Krebbs juga berhasil menciptakan balon dengan proppeller bermesin listrik yang digerakkan oleh tenaga baterai. Terakhir, Von Zeppelin pada tahun 1889 juga berhasil membuat balon yang bermotor yang dapat dikemudikan serta berhasil terbang melintasi Danau Constance di Swiss pada tahun 1900. Kemudian pada tahun berikutnya Santos Dumont berhasil terbang di sekitar Kota Paris. 32 32 K Martono, SH, LLM, Perjanjian Negara di Ruang Angkasa, Pusat Penelitian Hukum Angkasa, Jakarta, 1972, hal 158. Universitas Sumatera Utara Sejak penerbangan Fransisco de Lana sampai penerbangan Von Zappelin, pesawat udara yang digunakan adalah pesawat udara yang lebih ringan dari udara, sedangkan sejak Santos Dumont pada akhir abad 19 mulai digunakan teknik pembuatan peswat udara yang lebih berat dari udara, walaupun sebenarnya pemikiran demikian, telah diimpikan sejak abad ke-15 Pada awal abad ke-19, Sir George Cayley menciptakan model pesawat udara seperti pesawat terbang layang, tapi sayang pada waktu itu motor bakar belum ditemukan, sehingga pesawat terbang yang diimpikannya tidak dapat tercipta. Namun demikian, dia telah menemukan syarat-syarat utama bagi penciptaan pesawat udara. 33 Sejak penerbangan tersebut telah terbukti bahwa penerbangan dapat dilakukan dengan pesawat udara yang lebih berat dari udara maupun yang lebih ringan dari udara, dan kedua jenis penerbangan tersebut hanya dapat dilakukan pada ruang udara yang terdapat gas-gas udara. Penerbangan balon udara dikembangkan lebih lanjut sehingga tercipta pesawat udara yang lebih berat dari udara, dan untuk pertama kalinya Wright bersaudara berhasil terbang dengan pesawat udara yang lebih berat dari udara selama 12 detik, dengan pesawat yang menggunakan mesin berbahan bakar minyak. 34 Dengan meletusnya Perang Dunia Pertama, penerbangan mulai memainkan peranannya yang sangat penting. Pada Mei 1918, Departemen Dengan perkembangan teknologi penerbangan dan berlalunya waktu, manusia sudah mampu terbang lebih tinggi, lebih cepat dan lebih jauh. 33 Achmad Moegandi, Mengenal Dunia Penerbangan Sipil, Penerbit Sinar Harapan, Jakarta, 1996, hal 40. 34 Op.Cit, hal. 3 Universitas Sumatera Utara Pertahanan Amerika Serikat meresmikan pembukaan pelayanan pos udara yang pertama kali antara New York dan Washington. Penerbangan sebagai pelayanan pos tersebut. Merupakan cikal bakal sistem angkutan udara dewasa ini. Mulai tahun 1919 hingga tahun-tahun permulaan dekade 1920-an adalah awal didirikannya berbagai perusahaan-perusahaan penerbangan di Eropa dan Amerika Serikat. Perusahan-perusahan penerbangan mulai banyak didirikan di Eropa seperti Deustch Lufthansa di Jerman dan Air France di Prancis, dan Imperial Airways di Inggris yang merupakan pendahulu dari British Airways yang mendapat subsidi dari pemerintah. Perusahaan-perusahaan penerbangan yang didirikan oleh negara- negara Eropa pada waktu itu yang juga mempunyai tanah jajahan, adalah untuk memantapkan posisi mereka dan sebagai simbol keberadaan imperialis di tanah jajahannya. Hampir semua negara Eropa, pertimbangan ekonomi telah mempercepat konsolidasi beberapa perusahaan penerbangan kecil menjadi satu perusahaan penerbangan besar dan secara keseluruhan atau sebagian sahamnya dimiliki oleh negara. Pemilikan perusahan penerbangan oleh negara adalah dengan maksud untuk menjamin agar tersediannya pasar bagi penjualan produk dari pabrik pesawat dan mesin pesawat dari negara-negara tersebut. Di Amerika Serikat, pabrik pesawat Boeing, membeli suatu perusahaan penerbangan dan bergabung dengan perusahan penerbangan lain yang kemudian mendirikan United Aircraft and Transport Corporation. Namun, hal ini tidak berlangsung lama, karena berdasarkan Air Mail Act yang dikeluarkan oleh Universitas Sumatera Utara Kongres Amerika Serikat pada tahun 1934, yang salah satu pasal nya menyebutkan : “Demi alasan keamanan dan keselamatan penerbangan, Kongres menentukan bahwa pabrik pesawat tidak boleh mengusai dan mengendalikan perusahaan penerbangan dan untuk itu, harus ditetapkan pemisahan antara pabrik pembuatan pesawat dan peralatannya dari usaha pengoperasian penerbangan perusahaan angkutan udara”. 35 Menjelang berakhirnya Perang Dunia Kedua, Presiden Amerika Serikat, Roosevelt mengundang sekutu-sekutunya pada perang dunia kedua untuk mengadakan konferensi penerbangan sipil internasional di Chicago dalam tahun 1944. Hadir dalam Konvensi tersebut 54 delegasi, dua delegasi dalam kapasitasnya masing-masing sebagai pribadi, sedangkan 52 delegasi mewakili negara masing-masing. Dua negara yang diundang, masing-masing adalah Saudi Dengan demikian, Air Mail Act menyatakan bahwa penggabungan operasi antara pabrik pesawat dengan perusahaan penerbangan adalah ilegal atau dikatakan melawan hukum. Pola penerbangan sipil berubah dengan cepat selama Perang Dunia Kedua. Di negara yang diduduki oleh musuh, maka perusahaan penerbangan lokal menghentikan operasinya. Di negara yang melibatkan diri dalam perang, biasanya pesawat udara sipil dikerahkan untuk dijadikan transpor militer. Rute-rute penerbangan yang sudah ada sebelum Perang Dunia Kedua menjadi terputus karena perang tersebut dan rute-rute penerbangan kalaupun masih ada dijadikan sebagai jalur penerbangan militer, bukan sebagai jalur penerbangan komersial. 35 Achmad Moegandi, Op.cit hal. 107 Universitas Sumatera Utara Arabia dan Uni Sovyet tidak hadir dalam Konferensi penerbangan sipil internasional tersebut. Ketidakhadiran Saudi Arabia, tidak ada yang mempermasalahkannya, akan tetapi hal ini berbeda dengan ketidakhadiran Uni Sovyet yang dipermasalahkan, padahal delegasi Uni Sovyet sudah dalam perjalanan menuju Chicagom, namun tiba-tiba diinstruksikan oleh pemerintahnya untuk tidak ikut dalam konferensi penerbangan sipil internasional tersebut. Di antara spekulasi pendapat mengenai alasan ketidakhadiran dalam konferensi tersebut, antara lain: Uni Sovyet tidak menghendaki pesawat udara asing beroperasi di Uni Sovyet, sebab angkutan udara nasional akan dieksploitasi sendiri. Karena Uni Sovyet masih mengutamakan keamanan nasional daripada kesejahteraan nasional. Uni Sovyet tidak mau hadir dalam konferensi penerbangan sipil internasional, walaupun delegasinya sudah dalam perjalanan dengan alasan ekonomi. Mengenai ketidakhadiran tersebut, mungkin ada benarnya sebab Uni Sovyet mempunyai daerah yang cukup luas dan angkutan udara yang cukup banyak sehingga tidak perlu mengadakan tukar menukar hak-hak penerbangan dengan negara lain. cukup mengeksploitasi sendiri, tanpa ada perusahaan penerbangan asing melakukan penerbangan ke atau dari Uni Sovyet. Selain itu Uni Sovyet tidak menghendaki adanya peswat udara asing terbang di atas Uni Sovyet tanpa melakukan pendaratan. 36 Pada tahun 1944, sebelum perang berakhir, diadakan Konferensi di Chicago pada November 1944. Konferensi ini diadakan untuk merencanakan 36 Martono, K, H, Dr., SH., LLM., Pengantar Hukum Udara Nasional dan Internasional, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. hal. 14 Universitas Sumatera Utara pengorganisasian penerbangan sipil tersebut. Hasilnya adalah dengan ditandatanganinya Konvensi Chicago 1944 dan berdirinya International Civil Aviation Organisation ICAO.

C. KONVENSI CHICAGO 1944 DAN PRINSIP-PRINSIP YANG

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Sipil Terhadap Kerugian yang Timbul Berdasarkan Konvensi Chicago Tahun 1944

2 43 114

Pelanggaran Pesawat F-18 Hornet Milik Amerika Serikat Diwilayah Kedaulatan Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Chicago Tahun 1944

3 28 90

Penetapan Laik Terbang Pesawat Udara Indonesia Dikaitkan Dengan Konvensi Chicago 1944.

0 0 6

Penerapan Prinsip-Prinsip Unidroit Dan Konvensi Internasional Terhadap Pembaharuan Hukum Kontrak Indonesia.

0 0 6

STATUS HUKUM PESAWAT UDARA SIPIL YANG DIGUNAKAN SEBAGAI SENJATA PENGHANCUR BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO 1944.

0 0 2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM UDARA INTERNASIONAL MENURUT KONVENSI CHICAGO 1944 A. Sejarah Hukum Udara Internasional - Tinjauan Yuridis Hukum Udara Internasional Dalam Kasus Jatuhnya Pesawat Tempur Rusia Akibat Penembakan Turki

0 0 29

BAB II PANDANGAN UMUM TENTANG ZONA LARANGAN TERBANG A. PENGERTIAN ZONA LARANGAN TERBANG - Pemberlakuan Zona Larangan Terbang Di Suriah Menurut Ketentuan Hukum Internasional

0 0 29

Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Sipil Terhadap Kerugian yang Timbul Berdasarkan Konvensi Chicago Tahun 1944

0 2 36

BAB II Pengaturan Aspek Ekonomi Penerbangan Sipil Menurut Konvensi Chicago 1944 - Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Sipil Terhadap Kerugian yang Timbul Berdasarkan Konvensi Chicago Tahun 1944

0 0 15

PENGATURAN ANNEX 13 KONVENSI CHICAGO 1944 DALAM PROSES INVESTIGASI KECELAKAAN PESAWAT TERBANG SIPIL YANG JATUH DI WILAYAH KONFLIK (STUDI KASUS KECELAKAAN PESAWAT MH17 DI UKRAINA)

0 0 16