LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap negara pada dasarnya memiliki kedaulatan penuh dan ekskusif atas wilayah udara di atas teritorialnya. Hal ini merupakan salah satu prinsip yang diatur dalam Konvensi Chicago 1944. Ketentuan tersebut mengindikasikan bahwa setiap negara berhak untuk membuat aturan sendiri demi kepentingan nasional. Namun, ketentuan nasional itu harus diberlakukan tanpa perbedaan kepada setiap negara. Sebagaimana kita ketahui, bahwasanya atas dasar tersebut Uni Eropa memberlakukan ketentuan larangan terbang terhadap pengangkut sipil dari Indonesia ke wilayahnya. Larangan tersebut dibuat untuk melindungi kepentingan 27 negara-negara Uni Eropa yang dikeluarkan oleh European Commission pada 4 Juli 2007 EC No.7872007. Ketentuan sepihak tersebut dikeluarkan oleh Uni Eropa dengan alasan bahwa terdapat bukti kurang terpenuhinya faktor keselamatan yang dikeluarkan oleh regulator, kemampuan dan keinginan dari pengangkut untuk mengambil langkah-langkah yang serius untuk menanggulangi minimnya standar keselamatan, kemampuan dan keinginan dari regulator untuk menjamin bahwa pengangkut melaksanakan ketentuan tentang keselamatan penerbangan serta penegakan hukum terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pengangkut, kemampuan dan keinginan regulator untuk menyelesaikan masalah keselamatan yang timbul karena kecelakaan. Universitas Sumatera Utara Bahwa harusnya Indonesia dan Uni Eropa sama-sama harus mematuhi ketentuan yang diatur dalam Organisasi Penerbangan Sipil Internasional ICAO. Uni Eropa tidak berhak melakukan tindakan unilateral yang bertentangan dengan ketentuan ICAO. Mestinya yang memutuskan apakah suatu negara memadai atau kurang memadai dalam memajukan keselamatan penerbangan adalah ICAO dan bukan sekelompok negara dalam Uni Eropa. Meskipun, dalam sebuah hubungan internasional tidak dapat dihindari sebuah kepentingan politik nasional tiap pihak, namun dalam konteks masalah ini, harus diselesaikan melalui mekanisme hukum internasional yang berlaku. Dalam hal ini, maka Konvensi Chicago 1944 tentang penerbangan sipil internasional harus menjadi acuan utama. Hal inilah yang menarik minat penulis untuk menulis dan mengetengahkan skripsi tentang zona larangan terbang yang diterapkan pada beberapa negara. Di lain pihak penulis merasa bahwa masih sedikit mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utarayang membahas tentang zona larangan terbang ini, ataupun tentang Hukum Udara Internasional, khususnya Mahasiswa Bagian Huku m Internasional. Selain itu juga karena belum memasyarakatnya Hukum Udara Internasional, karena Hukum Udara Internasional itu sendiri baru mulai tumbuh dan berkembang pada tahun 1900, di mana untuk pertama kalinya dibahas oleh Prof. Ernest Nys dari Universitas Brussel dalam laoprannya pada Institut of International Law pada tahun 1902. Dalam laporannya tersebut, Prof. Nys mengatakan bahwa : Universitas Sumatera Utara “... masalah hukum yang harus dipecahkan mengenai hal keudaraan adalah bukanlah mengenai gas-gas udaranya, tetapi ruang di mana kita dapat udara dan hukum itu pada umumnya mempersoalkan hubungan antar manusia dan hubungan yang kita teliti sekarang adalah hubungan yang terjadi di dalam satu lapisan udara di sekililing bumi, hubungan ini akan terjadi, kalau ada navigasi udara” Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis berkeinginan untuk mengangkat sebagai judul skripsi penulis yaitu: “IMPLIKASI PENERAPAN KONSEP LARANGAN TERBANG OLEH SUATU NEGARA DAN KETERKAITANNYA PADA PRINSIP COMMON HERITAGE OF MANKIND BERDASAR PERATURAN INTERNASIONAL KONVENSI CHICAGO 1944” Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada Konvensi Chicago 1944 yang ditandatangani pada tanggal 17 Desember 1944 di Chicago, Amerika Serikat. Selain itu penulis juga mengacu kepada Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009, tentang Penerbangan, yang merupakan ketentuan Hukum Nasional Indonesia. Sebelum diuraikan lebih lanjut, penulis ingin menguraikan dan mengartikan kata perkata dari judul skripsi ini sebagai berikut :  IMPLIKASI : keterlibatan atau suatu keadaan terlibat.  PENERAPAN : proses, cara, pemanfaatan, mempraktikan.  KONSEP : Rancangan, ide, pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.  LARANGAN : perintah aturan yang melarang suatu perbuatan, sesuatu yang terlarang karena kekecualian.  TERBANG : Bergerak atau melayang di udara dengan tenaga mesin pesawat terbang. Universitas Sumatera Utara  OLEH : Kata depan yang digunakan untuk menandai pelaku.  SUATU : hanya satu, satu-satunya, kebendaan  NEGARA : suatu organisasi pemerintahan yang terdiri dari Pemerintah, rakyat dan wilayah.  DAN : penghubung satuan dua kalimat yang setara.  KETERKAITAN : suatu keadaan yang mempunyai hubungan, tidak mandiri  PADA : kata yang dipakai untuk menunjukkan suatu posisi  PRINSIP : asas atau dasar  COMMON : bersama, sama-sama  HERITAGE : Warisan, pusaka, suatu benda atau hak yang dapat dimiliki bersama oleh sekelompok orang, yang diuperoleh karena hal turun temurun.  OF : Dari, melalui, melewati.  MANKIND : Umat manusia  BERDASAR : beralaskan, bersendikan  PERATURAN : atura-aturan yang dibuat dan telah dibukukan atau disahkan.  INTERNASIONAL : Antar bangsa, antar negara, hal-hal yang berkaitan dengan hubungan antar negara atau antar bangsa.

B. RUMUSAN PERMASALAHAN

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Sipil Terhadap Kerugian yang Timbul Berdasarkan Konvensi Chicago Tahun 1944

2 43 114

Pelanggaran Pesawat F-18 Hornet Milik Amerika Serikat Diwilayah Kedaulatan Indonesia Ditinjau Dari Konvensi Chicago Tahun 1944

3 28 90

Penetapan Laik Terbang Pesawat Udara Indonesia Dikaitkan Dengan Konvensi Chicago 1944.

0 0 6

Penerapan Prinsip-Prinsip Unidroit Dan Konvensi Internasional Terhadap Pembaharuan Hukum Kontrak Indonesia.

0 0 6

STATUS HUKUM PESAWAT UDARA SIPIL YANG DIGUNAKAN SEBAGAI SENJATA PENGHANCUR BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO 1944.

0 0 2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM UDARA INTERNASIONAL MENURUT KONVENSI CHICAGO 1944 A. Sejarah Hukum Udara Internasional - Tinjauan Yuridis Hukum Udara Internasional Dalam Kasus Jatuhnya Pesawat Tempur Rusia Akibat Penembakan Turki

0 0 29

BAB II PANDANGAN UMUM TENTANG ZONA LARANGAN TERBANG A. PENGERTIAN ZONA LARANGAN TERBANG - Pemberlakuan Zona Larangan Terbang Di Suriah Menurut Ketentuan Hukum Internasional

0 0 29

Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Sipil Terhadap Kerugian yang Timbul Berdasarkan Konvensi Chicago Tahun 1944

0 2 36

BAB II Pengaturan Aspek Ekonomi Penerbangan Sipil Menurut Konvensi Chicago 1944 - Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Sipil Terhadap Kerugian yang Timbul Berdasarkan Konvensi Chicago Tahun 1944

0 0 15

PENGATURAN ANNEX 13 KONVENSI CHICAGO 1944 DALAM PROSES INVESTIGASI KECELAKAAN PESAWAT TERBANG SIPIL YANG JATUH DI WILAYAH KONFLIK (STUDI KASUS KECELAKAAN PESAWAT MH17 DI UKRAINA)

0 0 16