Motivasi Menonton Dan Tayangan Just Alvin Di Metro TV (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Just Alvin di Metro TV Terhadap Motivasi Menonton Mahasiswa FISIP USU )

(1)

MOTIVASI MENONTON DAN TAYANGAN JUST ALVIN DI METRO TV

(Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Just Alvin di Metro TV Terhadap Motivasi Menonton Mahasiswa FISIP USU )

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh :

MARVELINA BR GINTING

070922034 ILMU KOMUNIKASI

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Marvelina Br. Ginting

NIM : 070922034

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : MOTIVASI MENONTON DAN TAYANGAN JUST

ALVIN DI METRO TV

(Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Just Alvin di Metro TV Terhadap Motivasi Menonton Mahasiswa FISIP USU )

Medan, 23 Maret 2010

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Rusni, M.A Drs. Amir Purba, M.A

NIP. 131460522 NIP. 131654104

Dekan FISIP USU

Prof. M. Arif Nasution, M.A NIP. 131 757 010


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DAPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Departemen Komunikasi FISIP USU

Nama : Marvelina Br. Ginting

NIM : 070922034

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Panitia Penguji :

Ketua Penguji : ( )

Penguji I : ( )


(4)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Motivasi Menonton dan Tayangan Just Alvin di Metro TV (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Just Alvin di Metro TV terhadap Motivasi Menonton Mahasiswa FISIP USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif mahasiswa FISIP USU menonton tayangan Just Alvin, untuk mengetahui pengaruh tayangan Just Alvin terhadap motivasi menonton mahasiswa FISIP USU dan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Media terhadap Khalayak.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yaitu metode yang bertujuan untuk meneliti sejauh mana variabel suatu faktor berkaitan dengan vaktor yang lain. Teori pendukung yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Komunikasi dan Komunikasi Massa, Media Massa dan Televisi, Teori Uses and Gratification dan Motivasi.

.Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FISIP USU stambuk 2006 sampai dengan 2009 dari seluruh populasi dengan jumlah 1747 orang. Smpel penelitian diperoleh dengan menggunakan rumus Toro Tamane yakni menjadi 95 orang. Dengan teknik penarikan sample menggunakan Stratified Sampling dan Purposive sampling dengan teknik penarikan data menggunakan kuisioner.

. Dalam menganalisis data penelitian digunakan tabel tunggal dan tabel silang sedangkan untuk menguji hipotesis penelitian digunakan tes statistic spearman, dan hasil pengujian menunjukkan hubungan bahwa hipotesis (Ha) diterima, dan diperoleh Rs = 0,408, dan jika dilihat dalam skala Guilford yaitu terdapat hubungan yang cukup berarti dilihat dari nilai koefisien korelasi .Artinya bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara tayangan Just Alvin terhadap Motivasi Menonton mahasiswa FISIP USU


(5)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan puji dan syukur pada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, rahmat dan hidayah-Nya yang berlimpah kepada Peneliti sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Motivasi Menonton dan Tayangan Just Alvin di Metro TV (Studi Korelasional

Tentang Pengaruh Tayangan Just Alvin di Metro TV Terhadap Motivasi Menonton Mahasiswa FISIP USU ) Guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Univesitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial dari Departemen Ilmu Komunikasi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalamnya kepada kedua orang tua, Lenni Ginting dan Rudiah br Karo, saudara – saudara peneliti Risdiyanto Ginting ST.Ismanto Ginting dan Asminto Ginting, serta kepada Alm Nasip Ginting, Ngepkep br Karo,Parlan Ginting, bitua Kinahun br Ginting, Kiranta br Karo dan Syifa br Ginting yang selalu memberi kasih sayang yang begitu besar, menjaga, mendoakan, memberi nasehat, semangat serta dukungan moral dan materi. Sungguh tiada kata yang bisa tergambarkan betapa berharganya dan sayangnya mereka bagi penulis

Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H.M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara


(6)

3. Ibu Dra. Rusni, Ma, selaku Dosen Pembimbing peneliti yang telah banyak membantu memotivasi dan membimbing peneliti selama penulisan skripsi ini. Terima Kasih sedalam dalamnya atas waktu, tempat, nasehat dan pemikirannya yang telah diberikan kepada penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Suardi Lubis, M.S. selaku Dosen Wali yang telah banyak membimbing peneliti selama masa perkuliahan.

5. Bapak / Ibu Dosen Ilmu Komunikasi pada khususnya dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara pada umumnya yang telah memberikan bekal pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Kak Icut, Kak Maya, Kak Ros yang telah membantu dalam proses administrasi

7. Teman – teman peneliti: Yono, Bib, Brando, Pia, Yeni, Siddik, Ney, Kak Novi, Yonce, dan semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu peneliti selama ini

8. Teman – teman komunikasi ekstensi 2007 yang selalu mau memberikan peneliti banyak informasi, dan membantu peneliti dalam segala hal, dan dalam segala bidang

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu semua saran, kritik dan masukan penulis terima dengan tangan terbuka dan hati yang lapang. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih

Medan, Maret 2010


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.4.2.Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Kerangka Teori ... 6

1.5. 1 Komunikasi Massa ... 7

1.5.2 Teori Uses and Grativication ... 9

1.5.3 Fungsi Televisi Sebagai Media Massa ... 11

1.5.4 Program Acara Talk Show ... 11

1.5.5 Motivasi ... 13

1.6 Kerangka konsep ... 15

1.7 Model Teoritis ... 16

1.8 Operasional Variabel ... 16

1.9 Defenisi Operasional ... 17

1.10 Hipotesis ... 19

BAB II LANDASAN TEORI ... 20

2.1 Komunikasi ... 20

2.2 Fungsi Komunikasi ... 22

2.3 Teori Komunikasi Massa ... 25


(8)

2.4 Media Massa ... 29

2.5. Televisi ... 29

2.5.1 Sejarah dan Perkembanganya di Indonesia ... 29

2.5.2 Dampak Acara Televisi ... 31

2.6 Teori Uses And Gratification ... 31

2.7 Motivasi ... 35

2.7.1 Penggolongan Motivasi ... 36

2.7.2 Proses Motivasi ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 39

3.1.1 Sejarah Perkembangan FISIP USU ... 39

3.1.2 Visi dan Misi FISIP USU ... 44

3.1.3 Tujuan, Tugas dan Fungsi FISIP USU ... 44

3.2. Gambaran Umum Metro TV Sebagai Media Hiburan ... 45

3.3 Deskripsi Tentang Tayangan Just Alvin di Metro TV ... 47

3.4 Metode Penelitian ... 49

3.5 Populasi dan Sampel ... 50

3.5.1 Populasi ... 50

3.5.2 Sampel ... 51

3.6 Teknik Penarikan Sampel ... 53

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.7.1 Teknik Analisa Data ... 54

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 57

4.1.1. Tahap Awal... 57

4.1.2. Pengumpulan Data ... 57

4.2. Teknik Pengumpulan Data ... 58

4.3. Analisa Tabel Tunggal ... 59

4.3.1. Karakteristik Responden ... 59


(9)

4.3.3 Motivasi Menonton Mahasiswa ... 70

4.4 Analisa Tabel Silang ... 77

4.5 Uji Hipotesa ... 80

4.6 Pembahasan ... 82

BAB V PENUTUP ... 84

5.1. Kesimpulan ... 84

5.2. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

Tabel 1.1 Variabel Operasi ... 17

Tabel 3.1. Teknik Penarikan Sampel ... 52

Tabel 4.1 Data Responden ... 59

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Angkatan ... 60

Tabel 4.3 Karakteristik Jurusan ... 60

Tabel 4.4 Tayangan Just Alvin responden yang Sering Menonton ... 61

Tabel 4.5 Tayangan Just Alvin Frekuensi Penayangan ... 62

Tabel 4.6 Tayangan Just Alvin Jam Tayang ... 62

Tabel 4.7 Tayangan Just Alvin Durasi Penayangan ... 63

Tabel 4.8 Tayangan Just Alvin Materi Pembicaraan ... 64

Tabel 4.9 Tayangan Just Alvin_Tingkat kemenarikan Materi ... 64

Tabel 4.10 Tayangan Just Alvin _Tata Panggung ... 65

Tabel 4.11 Tata Panggung Hanya Dengan Menggunakan Sofa ... 66

Tabel 4.12 Penampilan Alvin Adam Sebagai Host ... 66

Tabel 4.13 Alvin Adam membawakan _Materi Acara ... 67

Tabel 4.14 Alvin Adam Membawakan Acara Berbeda dengan Talk Show Lain ... 67

Tabel 4.15 Apakah Anda Mengenal Narasumber pada Just Alvin ... 68

Tabel 4.16 Sesuaikah Antara Narasumber dengan Materi yang di sajikan …………. 69

Tabel 4.17 Menarikkah Narasumber Yang dihadirkan ... 69

Tabel 4.18 Tayangan Just Alvin Memberikan Informasi Baru ... 70

Tabel 4.19 Tayangan Just Alvin Memperluas Pengetahuan ... 71

Tabel 4.20 Tayangan Just Alvin memberikan Kesenangan ... 72

Tabel 4.21 Tayangan Just Alvin membuat mendapat pengalaman baru ... 72

Tabel 4.22 Tayangan Just Alvin memberikan hiburan Terhibur ... 73

Tabel 4.23 Tayangan Just Alvin Diminati Khalayak ... 73

Tabel 4.24 Tayangan Just Alvin dapat Membuat Rilek / Santai ... 74

Tabel 4.25 Tayangan Just Alvin Dapat Melepas Ketegangan Rutinitas Sehari hari ... 75

Tabel 4.26 Tayangan Just Alvin merupakah Acara yang Sering Anda Saksikan ... 75


(11)

Tabel 4.28 Berminat Menonton Tayangan Just Alvin Selanjutnya ... 77 Tabel 4.29 CrosstabulationTayangan Just Alvin Menambah Informasi dan * tingkat Keseringan Menonton ... 78 Tabel 4.30 Crosstabulation Tayangan Just Alvin dapat memberikan kesenangan bagi penonton * tingkat keseringan menonton ... 79 Tabel 4.31 Crosstabulation Tayangan Justr Alvin membuat santai dan rileks

* Materi yang disajikan dalam tayangan Just Alvin ... 80 Tabel 4.32 Correlations Motivasi Menonton Mahasiswa Dengan Tayangan Just Di Metro TV ... 81


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

- Kuisioner Penelitian

- Hasil Observasi Tayangan Just Alvin di Metro TV

- Tabel Data Mentah

- Lembar Catatan Bimbingan Skripsi

- Surat Penelitian


(13)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Motivasi Menonton dan Tayangan Just Alvin di Metro TV (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Just Alvin di Metro TV terhadap Motivasi Menonton Mahasiswa FISIP USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif mahasiswa FISIP USU menonton tayangan Just Alvin, untuk mengetahui pengaruh tayangan Just Alvin terhadap motivasi menonton mahasiswa FISIP USU dan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Media terhadap Khalayak.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yaitu metode yang bertujuan untuk meneliti sejauh mana variabel suatu faktor berkaitan dengan vaktor yang lain. Teori pendukung yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Komunikasi dan Komunikasi Massa, Media Massa dan Televisi, Teori Uses and Gratification dan Motivasi.

.Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FISIP USU stambuk 2006 sampai dengan 2009 dari seluruh populasi dengan jumlah 1747 orang. Smpel penelitian diperoleh dengan menggunakan rumus Toro Tamane yakni menjadi 95 orang. Dengan teknik penarikan sample menggunakan Stratified Sampling dan Purposive sampling dengan teknik penarikan data menggunakan kuisioner.

. Dalam menganalisis data penelitian digunakan tabel tunggal dan tabel silang sedangkan untuk menguji hipotesis penelitian digunakan tes statistic spearman, dan hasil pengujian menunjukkan hubungan bahwa hipotesis (Ha) diterima, dan diperoleh Rs = 0,408, dan jika dilihat dalam skala Guilford yaitu terdapat hubungan yang cukup berarti dilihat dari nilai koefisien korelasi .Artinya bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara tayangan Just Alvin terhadap Motivasi Menonton mahasiswa FISIP USU


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Motivation atau motivasi adalah dorongan sesorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan kekuranganya. Keinginan, kebutuhan, dan kekurangan sesorang berbeda dengan orang lain, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga karenanya motivasi itu berbeda dalam intensitasnya. Demikian pula intensitas tanggapan sesorang terhadap suatu komunikasi.

Motivasi menonton tayangan televisi mahasiswa dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu (intrinsik) dan faktor yang datang dari luar diri individu (ekstrinsik). faktor

intrinsik yang diduga berpengaruh terdiri atas beberapa variabel yaitu usia, jenis kelamin,

tingkat pendapatan dan etnis. Sedangkan faktor ekstrinsik yang dipengaruhi oleh adanya informasi yang didapatkan dari program acara yang ditayangkan dan hiburan untuk melepaskan rasa lelah karena aktifitas sehari-hari, atau untuk mengisi waktu yang kosong.

Setiap individu memiliki prilaku tertentu dalam menggunakan media massa. Prilaku menonton televisi adalah suatu tindakan menonton televisi karena adanya dorongan dalam diri mahasiswa untuk menonton televisi. Dorongan ini dapat dikatakan sebagai motif atau motivasi seseorang dalam pemuasan kebutuhannya atau konsekuensi lain yang tidak diinginkan sebagai dampak dari perbandingan antara harapan individu sebelum menonton televisi dengan yang sesungguhnya diperoleh individu tersebut setelah menonton televisi.

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan,


(15)

baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar individu Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks menonton, belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya, untuk memahami motivasi menonton individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: 1. durasi kegiatan sehari-hari, 2. frekuensi menonton dalam sehari, 3. devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan dan mendapatkan informasi yang diinginkan, 4. tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan dalam menonton televisi

Televisi menghadirkan berbagai bentuk program acara yang dikemas sedemikian menarik perhatian penonton. Seperti news reality, talk show, reality show, infotainment dan berbagai program lainnya yang kesemuanya itu dapat menarik perhatian pemirsa sesuai dengan berkembangnya motivasi individu untuk memilih program acara mana yang dapat memenuhi kebutuhan akan informasi maupun hiburan.

Sekarang ini telah terdapat 10 stasiun televisi swasta, seperti Indosiar, TPI, Trans TV, Global TV, RCTI, SCTV, Metro TV, Trans 7, TV one, ANTV ditambah beberapa media lokal seperti Deli TV, dan DAAI TV. Televisi swasta kini berlomba – lomba menghadirkan tayangan informasi maupun hiburan yang menarik, cepat dan fenomenal. Ke sepuluh televisi swasta ini menunjukkan bagaimana tingkat kemajuan masyarakat dalam memilih stasiun televisi mana yang menyajikan program acara yang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga stasiun – stasiun televisi tersebut saling bersaing untuk menghadirkan dan menyuguhkan program – program acara yang dekat dengan realita kehidupan.

Ada beberapa perogram acara yang menguak dan menayangkan berbagai realita kehidupan, misalnya acara – acara talk show yang banyak di minati oleh masyarakat


(16)

seperti: Kick Andy (Merto TV), D`Show (Trans TV), Bukan Empat Mata (Trans 7), dan Just Alvin di Metro TV.

Talk Show, tidak bisa dipungkiri dalam perkembangannya. Sajian program yang satu ini memang disuguhkan sangat spesial untuk penggemarnya, salah satunya adalah program talkshow Just Alvin yang cara penyajiannya mempunyai gaya tersendiri dengan seorang Host bernama Alvin Adam, yang sudah dikenal di dunia entertainment

Sekarang ini kebutuhan masyarakat akan informasi tentang sosok seorang tokoh publik figur semakin meningkat terlihat dari banyaknya stasiun televisi yang menyajikan dan secara khusus membahas seputar kehidupan selebritis baik itu dari segi karir sampai dengan masalah kehidupan pribadinya pun sudah menjadi rahasia umum dan konsumsi publik. Bergerak dari kebutuhan masyarakat yang tinggi tersebut, program acara Just Alvin yang penayanganya mulai pada awal februari 2009 dan di tayangkan setiap hari kamis pukul 22.05 WIB. Siaran ulangnya di tayangkan pada hari jumat pukul 13.30 WIB di Metro TV. Just Alvin berusaha membuat suatu ruang dan menciptakan suasana yang nyaman dan semenarik mungkin agar narasumber yang dihadirkan merasa nyaman dan bersedia menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan oleh pembawa acara sebagai topik atau materi dalam acara tersebut dengan terbuka dan terus terang atas dasar konsep pendekatan human interest, manusiawi dan tidak memojokkan narasumber.

Tayangan Just Alvin bukan merupakan acara gosip yang memaparkan isu – isu yang belum jelas kebenarannya, tetapi disini menjelaskan tentang kehidupan sosok narasumber yang belum banyak di ketahui oleh masyarakat. Misalnya, bagaimana sang narasumber sebelum menjadi seseorang yang berhasil dalam karirnya ketika ia masih dalam perjalanan untuk menjadi seorang yang sukses, kesulitan – kesulitan yang dihadapinya, bagaimana ia bergerak dari angka nol hingga ia menjadi seorang yang sukses. Narasumber juga tidak


(17)

akan sungkan menerangkan bagaimana hubungannya dengan keluarga, lingkungan, sahabat dan pada saat menjadi sosok publik figur. Ia juga bukan hanya menceritakan keberhasilannya, tetapi juga menceritakan bagaimana susahnya untuk menggapai impian. Kadang juga sang narasumber sampai mengeluarkan air mata sehingga membuat suasana menjadi haru, namun karena kepiawaian Alvin dalam mensiasati suasana haru menjadi cair kembali dengan membuat sedikit lelucon tanpa harus membuat narasumber merasa dipojokkan atau sakit hati.

Untuk narasumber, Alvin sering kali membuat kejutan – kejutan misalnya menghadirkan seseorang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan, dan seseorang itu juga akan melengkapi informasi dengan menceritakan bagaimana pandangannya, dukungannya kepada narasumber. Untuk mendapatkan informasi yang maksimal terkadang sosok narasumber itu diliput bagaimana kehidupannya sehari – hari dalam sosok seorang biasa dan dokumenter tersebut akan ditayangkan diakhir acarannya, biasanya narasumber yang dihadirkan dalam tayangan ini adalah sosok yang fenomenal sehingga tema yang ditentukanpun haruslah semenarik mungkin agar pembicaraan menjadi menarik untuk disaksikan dan masyarakat lebih terpuaskan.

Dalam penyajiaanya talk show Just Alvin lebih cendrung konsisten dan tidak basa – basi pada tema yang dibawakannya, sehingga konsep acaranya dibuat formal sehingga mengalir apa adannya.

Dari uraian diatas peneliti merasa tertarik untuk meneliti tayangan Just Alvin karena dianggap berbeda dengan talk show yang lain terlihat dari narasumber yang dihadirkan, materi yang dibawakan hanya mencakup ruang lingkup sang narasumber sehingga tema yang dibahas lebih fokus.


(18)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikemukan perumusan masalah yaitu sebagai berikut:

“Sejauhmanakah hubungan Tayangan Just Alvin di Metro TV terhadap Motivasi Menonton Mahasiswa FISIP USU?”

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari salah pengertian dan memperjelas masalah yang dibahas dalam penelitian, maka peneliti merasa perlu melakukan pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini bersifat korelasional yang mencari hubungan atau menjelaskan hubungan antara Pengaruh Tayangan Just Alvin di Metro TV Terhadap Motivasi Menonton Mahasiswa.

b. Penelitian ini terbatas pada mahasiswa FISIP USU angkatan 2006 - 2009 yang tercatat aktif dalam perkuliahan.

c. Mahasiswa FISIP USU angkatan 2006 - 2009 yang pernah menonton tayangan Just Alvin di Metro TV

d. Penelitian ini dalakukan pada bulan November 2009 - Selesai

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Motif Menonton Mahasiswa FISIP USU menonton Tayangan Just Alvin di Metro TV


(19)

b. Untuk mengetahui Pengaruh tayangan Just Alvin terhadap motivasi menonton mahasiswa FISIP USU.

c. Untuk mengetahui Sejauhmana pengaruh media terhadap khalayak.

1.4.2.Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk dapat memperluas cakrawala pengetahuan peneliti mengenai motivasi menonton mahasiswa setelah menyaksikan tayangan Just Alvin di Metro TV.

b. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif kepada mahasiswa FISIP USU khususnya terhadap Ilmu Komunikasi.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak – pihak yang membutuhkan pengetahun yang berkenaan dengan masalah penelitian.

1.5 Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti (nawawi. 1997:40).

Teori menurut F..M Kerlinger merupakan himpunan konstruk (konsep),defenisi,dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara varabel,untukmenjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2002:6). Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan memiliki landasan dalam menentukan tujuan arah penelitianya.

Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah Teori Uses and


(20)

1.5. 1 Komunikasi Massa

Komunikasi massa sebagai bagian dari komunikasi memiliki defenisi sederhana dikemukakan oleh Brittner, yakni: Komunikasi massa adalah pesan yang di komunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar (Ardianto,2004:3). Defenisi komunikasi massa yang lebihn rinci di kemukakan oleh Gerbner.kominkasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto 2004:3)

Josep A. Devito dalam bukunya, Communicology; An Introduction to the Study Of

Communication, menampilam defenisinya mengenai komunikasi massa dengan lebih tegas,

yakni sebagai berikut: (Ardianto 2004:3)

Petama, komunikasi massa adalah komunikasi yang di tujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk , semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya sulit di defenisikan.

Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar – pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barang kali akan lebih mudah dan lebih logis bila di defenisikan menurut bentuknya:Televisi, Radio, surat kabar, majalah, film dan buku.

Seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard, Jr, komunikasi massa adalah keterampilan, seni, dan ilmu, dikaitan dengan pendapat Devito bahwa komunikasi massa itu ditujukan kepda massa dengan melalui media masa dibandingkan dengan jenis komunikasi lainnya, maka komunikasi massa mempunyai ciri – ciri khusus yang disebabkan oleh sifat – sifat komponennya. Ciri – cirinya adalah sebagai berikut:(effendy, 2004:22 - 25)


(21)

a. Komunikasi massa berlangsung satu arah

Berbeda dengan komunikasi antarpersona yang berlangsung dua arah (two way

traffic communication), komunikasi massa berlangsung satu arah (one way traffic communication). Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada

komunikator. Setidaknya komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikannya secara langsung.

b. Komunikator melembaga

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu komunikatornya melembaga.

c. Pesan yang bersifat umum

Pesan yang disalurkan melalui media massa bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu.

d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesean – pesan yang disebarkan. Hal inilah yang merupkan ciri yang paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi lainnya.

e. Komunikasi massa bersifat heterogen

Komunikan atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sarana yang dituju komunikator yang bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencar – pencar dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing – masing berbeda dalam beberapa hal : jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita – cita dan sebagainya. Heterogenitas khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan seorang komunikator dalam menyebarkan pesannya melalui media massa karena setiap individu dari khalayak itu menghendaki agar keinginannya dipenuhi.

Media massa atau pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media massa yang secara khusus di disain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari – hari istilah ini sering disingkat sebagai Media.

Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi dari pada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih


(22)

tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.

1.5.2 Teori Uses and Grativication

Teori uses and grativication adalah teori yang menjelaskan bagaimana komunikan memilih medianya sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Teori Uses and Grativication menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. (effendy, 2004 : 289-290).

Katz, Blummer dan Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori Teori

Uses and Grativication yaitu (Ardianto, 2004 : 71):

a. Khalayak yang di anggap aktif, artinya khalayak dianggap sebagai bagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

b. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.

c. Media massa harus bersaing dengan sumber – sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas, bergantung pada khalayak yang bersangkutan.

d. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi – situasi tertentu.

e. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus dipertanggungkan sebelum diteliti lebih dahulu oleh orientasi khalayak.

Agar lebih jelas elemen-elemenya dapat di lihat dalam bagan ‘model uses and


(23)

Dari model diatas dapat dilihat bahwa:

1. Khalayak aktif dan selektif dalam menggunakan media sebagai salah satu cara untuk memuaskan kebutuhan yang timbul dari lingkungan sosialnya mengikuti ciri-ciri demografis, afilasi kelompok dan karakteristik personal atau ciri-ciri kepribadian . 2. Berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh media tersebut meliputi: kebutuhan

kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional. Kebutuhan pribadi secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual.hal ini bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri. Kebutuhan sosial secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguh kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal tersebut di dasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. Sementara itu, kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.kebutuhan ini dapat dipuaskan dengan memenfaatkan media yang digunakan khalayak tersebut yang mengarah kepada pemuasan atau fungsi-fungsi media yang meliputi: pengawasan lingkungan, diversi, identitas dan hubungan sosial.

Lingkungan sosial 1. karakteristik demografis 2. afiliasi kelompok 3. karakteristik personal Kebutuhan individu: 1. kebutuhan kognitif 2. kebutuhan afektif 3. kebutuhan integrasi personal 4. kebutuhan integrasi sosial 5. kebutuhan pelepasan ketegangan/ melarikan diri Sumber pemenuhan kepuasan non media: 1. keluarga, teman 2. komunikasi interpersona 3. hobbi 4. tidur 5. obat-obatan Penggunaan media unsur:

1. tipe medi koran, radio 2. terpaan media 3. hubungan sosial dari terpaan media Gratifikasi media: 1. pengawasan 2. hiburan 3. pribadi 4. hubungan sosial


(24)

1.5.3 Fungsi Televisi Sebagai Media Massa

Pada Hakikatnya media televisi sebagai media komunikasi pandang dengar mempunyai tiga fungsi (Kuswandi, 1996 : 20-21) yaitu :

a. Fungsi informasi ( The Information function)

Televisi dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana informasi tidak hanya dalam bentuk siaran pandang mata atau berita yang dibacakan penyiar, dilengkapi dengan gambar- gambar yang faktual, akan tetapi juga menyiarkan bentuk lain seperti ceramah, diskusi dan komentar. Televisi dianggap sebagai media massa yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan

b. Fungsi Pendidikan ( The Educational Function )

Sebagai media komunikasi massa televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak. Sesuai dengan makna pendidikan yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran mereka, televisi menyiarkan acara – acara tertentu secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, elektronika dan lain – lain.

c. Fungsi Hiburan ( The Entertainment Function)

Dinegara –negara yang kehidupan masyarakatnya bersifat agraris, fungsi hiburan yang melekat di televisi siaran lebih dominan. Sebagian besar dari alokasi siaran diisi oleh acara – acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup serta suara bagaikan kenyataan, dan dapat dinikmati dirumah – rumah oleh seluruh keluarga, serta dapat dinikmati oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing bahkan tuna aksara.

1.5.4 Program Acara Talk Show

Talk Show merupakan acara yang digemari saat ini, dapat dilihat dari hampir setiap stasiun televisi swasta memiliki program acara talk show, mungkin karena narasumbernya yang fenomenal, topik yang yang dibahas biasanya merupakan perasangka – perasangka yang sedang berkambang dimasarakat, misalnya gosip tentang masalah perceraian seleberitis, dimana semua akan diungkap mulai dari penyebab perceraian itu atau alasan – alasan lain yang menjadi faktor penyebabnya, materi yang dibahas juga dapat memberikan banyak peluang usaha dapat kita lihat dari kegigihan seorang narasumber dalam mencapai


(25)

karir atau usahanya yang mulai dari nol sampai berkembang pesat.juga dapat dijadikan hiburan karena presenternya menyampaikan materi dengan cara yang kocak dan menarik.

Talk Show, tidak bisa dipungkiri dalam perkembangannya sehingga banyak program – program televisi yang notabenenya merupakan acara talk show. Talk show sendiri mempunyai gaya sendiri dalam penyampaian informasinya, sehingga acara talk show banyak digemari khalayak. Karena acara talk show banyak digemari, banyak media televisi menyajikan talk show – talk show yang mempunyai kekhasan sendiri sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa talk show merupakan program yang dapat menyebarkan dan menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh pemirsa dan penggemarnya. Didalam talk show terdapat komponen-komponen pendukungnya seperti: host atau pembawa acara, materi acara yang akan dibawakan, bintang tamu yang akan dihadirkan dalam acara tersebut, studio atau tempat acara itu di laksanakan, frekuensi penayangan acara tersebut, dan waktu penayanganya (Munson:1993)

Bermacam-macam jenis talk show muncul dilayar televisi. Dengan pembawa acara mulai dari pria, wanita, bahkan ada pula yang dipadu berdua. Menurut Timberg (2002), berdasarkan waktu penayanganya talk show bisa dibedakan menjadi 3 subgenre utama, yakni:

1. The Late-Night Entertainment Talk show

Jenis ini biasanya paling lekat pada benak khalayak, jika mengingat talk show, yakni acara yang menghadikan selebritis, juga biasa bersama orang lain, dan mereka duduk berdekatan


(26)

2. The Daytime Audience-Participation Show

Berbeda dari host yang lain yang berdiri dipanggung sepanjang acara, host berkeliling diantara penonton studio, sehingga menimbulkan kesan akrab.

3. The Early-Morning News Talk Megazine Show

Talk show ini muncul lebih awal, yang biasanya mengambil waktu siaran dari mulai pagi atau sebelum tengah hari.

1.5.5 Motivasi

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) penggerak seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi

ekstrinsik). Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah memperoleh kekuatan

untuk mencapai kepuasan dan keberhasilan dalam kehidupan..

Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja, menonton maupun dalam kegiatan lainnya.

Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari rangsangan di dalam diri setiap individu. Ia terdiri daripada dorongan dan minat individu untuk me-lakukan suatu aktivitas tanpa mengharap ataupun meminta ganjaran. Sebagaimana yang sudah


(27)

dibicarakan, Bruner (1966) mengaitkan motivasi intrinsik ini dengan naluri ingin tahu dan dorongan mencapai tujian atau pemuasan.

Harter (1981) mengenal pasti lima dimensi kecenderungan motivasi intrinsik dalam bidang pembelajaran. Dimensi-dimensi ini adalah insentif bekerja untuk memuaskan minat dan sifat ingin tahu, percobaan untuk mencapai penguasaan yang bebas, penilaian yang bebas berkenaan dengan apa yang hendak dilakukan di dalam melakukan kegiatan dan semangat untuk dapat meraih keberhasilan.

Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk rangsangan dari luar yang bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan suatu aktivitas yang membawa manfaat kepada individu itu sendiri. Motivasi ekstrinsik ini dapat dirangsang dalam bentuk-bentuk seperti pujian, insentif, hadiah, dan nilai. Selain itu membentuk suasana dan lingkungan yang kondusif juga dapat dikategorikan kedalam bentuk motivasi ekstrinsik

Konsep Motivasi Internal dan Eksternal

Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .


(28)

Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan.

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.

Jadi, dari penjelasan diatas motivasi menonton dapat diartikan merupakan suatu iklim dimana seseorang mempunyai kekuatan penggerak yang timbul karena mendapat informasi dan kepuasan serta dorongan dari dalam diri yang mempunyai dimensi – dimensi dalam menonton untuk memuaskan minat dan keingin tahuan.

1.6 Kerangka konsep

Seorang peneliti harus menetapkan variabel – variabel penelitian dalam penelitiannya sebelum memulai pengumpulan datanya. Kerangka konsep merupakan pemikiran rasional yang bersifat teoritis dalam memperkirakan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi 1991 : 56). Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang akan diteliti yaitu :

a. Variabel Bebas (X)

Yaitu suatu gejala, faktor atau unusr yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain (Nawawi 1997 : 40) variabel bebas


(29)

merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Motivasi Menonton Mahasiswa FISIP USU

b. Variabel Terikat ( Y )

Yaitu sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada ataupun muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan adanya variabel lain. Variabel terikat yaitu variabel yang merupakan akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rahmat, 1997 : 12 ). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Tayangan Just Alvin

1.7 Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat dibuat suatu model teoritis sebagai berikut :

1.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dibuat operasional variabel untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian yaitu :

VARIABEL BEBAS (X) Motivasi Menonton

Mahasiswa

VARIABEL TERIKAT (Y) Tayangan Just Alvin di


(30)

Tabel 1.1 Variabel Operasi

Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Variabel Bebas (X)

Motivasi Menonton Mahasiswa FISIP USU

Berdasarkan Kategori-kategori kebutuhan : 1. kebutuhan informasi tentang

narasumber

2. kebutuhan akan kesenangan dan pengalaman

3. kebutuhan pelepasan ketegangan 4. kebutuhan akan hiburan

5. kebutuhan dalam mengisi waktu 2. Variabel Terikat (Y)

Tayangan just alvin di Metro TV

Komponen-komponen talkshow: 1. host atau pembawa acara 2. materi acara

3. bintang tamu acara 4. studio/ panggung acara 5. frekuensi penayangan 6. waktu penayanggan

1.9 Defenisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995:46) defenisi Operasional adalah hasil penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini, variabel – variabel dapat didefenisikan sebagai berikut :


(31)

- Kebutuhan akan informasi tentang narasumber yaitu: khalayak mendapatkan informasi, dan dapat melapasakan rasa ingin tahu serta kejelasan akan isu yang sedang berkembang di masyarakat tentang narasumber

- Kebutuhan akan kesenangan dan pengalaman yaitu: khalayak tidak hanya mengetahui dan memahami makna yang di tangkap, juga dapat memberikan kesenangan dan menjadikanya pengalaman dalam kehidupan

- Kebutuhan pelepasan ketegangan yaitu: kebutuhan akan pelarian dan pengendalian diri dari rutinitas dan masalah, serta pelepasan emosi

- Kebutuhan akan hiburan yaitu: khalayak merasa mendapatka hiburan setelah seharian beraktifitas ketika menonton just alvin

- Kebutuhan mengisi waktu yaitu: ketika khalayak menonton just alvin dalam keadaan santai dan mengisi waktu yang kosong

b. Variabel Terikat (Y) : tayangan just alvin di Metro TV

Pembawa acara/ host: adalah seseorang yang membawakan suatu program acara dimana ia memiliki ciri khas, nilai jual, interest, misalnya pembawa acara tersebut memiliki sifat manusiawi dan tidak memojokkan narasumbernya

- Materi acara: topik-topik apa yang di angkat dalam acara tersebut misalnya, gaya hidup, perjalanan karier, dan kejelasan isu-isu

- Bintang tamu: narasumber yang di hadirkan dalam acara tersebut seperti selabritis dan tokoh masyarakat

- Studio/ tata ruang: tata ruang dan tempat yang digunakan untuk mengadakan acara talkshow sehingga kelihatan menarik

- Frekuensi penayangan: adalah berapa lama acara tersebut di tayangkan sehingga tidak menimbulkan rasa bosan


(32)

- Waktu penayangan: adalah kapan acara itu di tayangkan sehingga kemungkinan banyak khalayak yang menyaksikannya

1.10 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu kesimpulan yang masih kurang, yang masih belum sempurna. Pengertian ini diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian (Bungin 2001:75).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara Motivasi Menonton Mahasiswa terhadap Tayangan Just Alvin di Metro TV

Ha : Terdapat hubungan antara Motivasi Menonton Mahasiswa terhadap Tayangan Just Alvin di Metro TV


(33)

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris “communication” berasal dari kata Latin yang berarti sama, sama disini maksudnya adalah sama makna, maksudnya bila seseorang mengadakan kegiatan komunikasi suatu pihak, maka orang tersebut cenderung berusaha untuk mengadakan persamaan arti dengan pihak lain yang menjadi lawan komunikasinya.(Effendy, 2004:9)

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilangsungkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang di kemukakan oleh Harold Lasswel dalam karyanya, the structure and function of communicate in society. Lasswel mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut;

“who say what in which channel to whom with what effect”

Paradigma Lasswel tersebut menunjukan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni; (Effendy,2004:10)

a. Komunikator (Communicator)

b. Pesan (Message)

c. Media (Channel)

d. Komunikan (Ccommunicate,comunicant)

e. Efek (Impact,Influence)

Everett M. Rogers. Seorang pakar sosiologi pedesaan Amerika yang telah banyak memberikan perhatian pada studi riset komunikasi beserta Dr. Lawrence Kincaid (1981)


(34)

mengembangkan defenisi komunikasi yang sebelumnya diberikan oleh Rogers, menjadi; komunikasi adalah suatu peroses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada giliranya akan tiba pada dalam pengertian yang mendalam. Rogers mencoba menspesifasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan), dimana ia menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamman dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu peroses komunikasi. Kemudian, Shnnon dan Weaver mengungkapkan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh-mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Awal tahun 1960, David K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana yaitu: “SMCR”, yakni: Source (pengirim), Message (pesan),Channel (saluran atau media) dan Reciver (penerima). (Mulyana, 2005)

Howard Stephenson dalam bukunya “handbook of public relation” menjelaskan komunikasi merupakan proses penyampaian pesan komunikasi dan juga efek komunikasi dari sesorang atau kelompok, kepada orang atau kelompok lainnya. Sedangkan Josep A. Devito dalam bukunya “communicology: an introduction to the study communication” menjelaskan bahwa komunikasi adalah kegiatan yaang dilakukan seseorang atau lebih dari kegiatan menyampaikan dan menerima pesan komunikasi yang terganggu keributan, dalam suatu konteks, bersama dengan beberapa efek yang timbul dan kesepakatan arus balik (Lubis, 2005:10)

Tahun 1976, Dance dan Larson mengumpulkan 126 defenisi komunikasi yang berlainan. Saat ini, jumlah itu telah meningkat lebih banyak lagi. Namun, mereka mengidentifikasi tiga dimensi konseptual penting yang mendasari perbedaan dari ke-126 defenisi temuan itu.


(35)

1. Tingkat observasi atau derajat keabstrakkanya, yang bersifat umum, misalnya defenisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang menghubungkan satu bagian denga bagian yang lainnya dalam kehidupan. Yang bersifat terlalu khusus misalnya, defenisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah alat untuk mengirimkan pesan militer, pemerintah, dan sebagainya melalui telepon, telegraf, radio dan lainnya

2. Tingkat kesengajaan yaitu mengisyaratkan kesengajaan, misalnya defenisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan pada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi prilaku penerima. Sedangkan defenisi yang mengabaikan kesengajaan misalnya dari Gode, menyatakan komunikasi merupakan suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang atau monopoli seseorang menjadi dimiliki dua orang atau lebih.

3. Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan, yang menekankan keberhasilan dan diterimanya pesan, misalanya defenisi yang menyatakan komunikasi adalah proses pertukaran informasi untuk mendapatkan saling pengertian. Dan yang tidak menekankan pengertian adalah defenisi komunikasi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses transmisi informasi.

2.2 Fungsi Komunikasi

Secara terperinci, Horald D. Laswel mengemukakan fungsi – fungsi komunikasi: ( Hendy, 2004)


(36)

1. Penjajagan / pengawasan lingkungan (surveillance of the environtment). Fungsi yang pertama ini, menurut laswell dijalankan oleh para diplomat, etase, koresponden luar negeri untuk menjaga lingkungan.

2. Menghubungkan bagian – bagian yang terpisah dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya (correlation of the part of society in responding the environtment). Fungsi ini lebih diperankan editor, wartawan dan juru bicara sebagai penghubung respon internal.

3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya (transpormation of the

social heritage). Fungsi ini dijalankan oleh para pendidik di dalam pendidikan formal

maupun non formal karena terlibat mewariskan adat kebiasaan, nilai dari generasi ke generasi. Fungsi ini lebih berfokus pada pengetahuan, nilai dan norma sosial.

Fungsi Komunikasi Pelaku Tujuan

Penjajakan Lingkungan Diplomat, Atase, Pemimpin

Opini

Mencari tahu, Pertimbangan, Tujuan

Korelasi Wartawan, Juru Bicara, Juru

Pena

Memberi Pengertian, Mempengaruhi, Menafsirkan

Pewarisan Pendidik Menjaga Kontinuitas

Keseimbangan

Hiburan Semua Sumber Informasi Menghibur

Sedangakan Charles R. Wright menambahkan suatu fungsi yakni entertainment (hiburan) yang menunjukkan pada tindakan – tindakan komunikatif yang terutama sekali dimaksudkan untuk menghibur dengan tidak mengindahkan efek – efek instrumental yang dimilikinya (Narudin, 2005 : 15-17).


(37)

Pendapat lain mengatakan bahwa untuk memahami fungsi komunikasi kita perlu lebih dahulu memahami tipe – tipe komunikasi, sebab hal ini akan membedakan fungsinya yang secara umum dibagi menjadi empat yakni Komunikasi Dengan Diri Sendiri (

Interpersonal Communication) yakni komunikasi yang terjadi di dalam diri individu atau

berkomunikasi dengan diri sendiri. Fungsi komunikasi tipe ini adalah untuk mengembangkan kreativitas imajinasi, memahami dan mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan sebelum mengambil keputusan. Mengembangkan kreativitas imajinasi berarti menciptakan sesuatu lewat daya nalar melalui komunikasi dengan diri sendiri. Tipe komunikasi Antar Pribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Fungsi komunikasi ini adalah berusaha meningkatkan hubungan insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik – konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.

Tipe berikut adalah Komunikasi Publik yakni bisa disebut komunikasi kolektif, komunikasi pidato, komunikasi retorika, public speaking, dan komunikasi khalayak. Komunikasi ini memiliki ciri bahwa pesan yang disampaikan ini tidak berlangsung secara spontanitas, tetapi direncana dan dipersipkan lebih awal, biasanya ditemui pada kuliah umum, khotbah, rapat akbar, pengarahan, ceramah dan semacamnya. Karena itu komunikasi publik ini juga disebut komunikasi kelompok. Fungsi komunikasi ini adalah menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik, dan menghibur. Tipe komunikasi yang terakhir adalah komunikasi massa. Komunikasi Massa didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dan sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat – alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film.


(38)

Dalam komunikasi massa sumber dan penerima dihubungakn oleh saluran yang telah diproses secara mekanik. Proses komunikasinya berlangsung satu arah serta tanggapan baliknya lambat dan terbatas. Fungsi komunikasi massa yakni menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang (Cangara, 2006:29-36;55-57).

2.3 Teori Komunikasi Massa

Komunikasi Massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (Human

Communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat – alat mekanik,

yang mampu melipat gandakan pesan – pesan komunikasi. Dalam sejarah publisistik dimulai dengan saru setengan abad setelah ditemukan mesin cetak oleh Johannes Guttenberg. Sejak itu di mulai suatu zaman yang dikenal sebagai zaman publisistik atau awal dari era komunikasi massa. Istilah publisistik sering dipakai dalam arti yang identik dengan istilah komunikasi massa. Lee dalam bukunya Publisistik Pers mendefinisikan ilmu publisistik sebagai ilmu kemasyarakatan yang mempelajari gejala komunikasi malam seginya. Di Amerika Serikat, komunikasi massa sebagai ilmu yang baru lahir di tahun 1940-an, ketika para ilmuwan sosial mulai melakukan pendekatan – pendekatan ilmiah mengenai gejala komunikasi. Di Indonesia, gejala komunikasi baru dipelajari diperguruan tinggi sekitar tahun 1950-an.

Komunikasi massa di adopsi dari istilah bahasa Inggris yakni Mass

Communication,kependekan dari Mass Media Communication atau Komunikasi Media

Massa. Artinya Komunikasi yang menggunakan media massa komunikasi yang “Mass

Mediated. Massa disini bukan hanya diartikan sebagai orang banyak disuatu lokasi yang


(39)

orang – orang pada ujung lain dari saluran. Pool mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang berlangsung pada situasi Interpossed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan – pesan komunikasi mengalir pada penerima melalui saluran – saluran media massa, seperti majalah, surat kabar, radio, film atau televisi ( Wiryanto, 2000; 1-3).

Selain itu komunikasi massa juga didefinisikan sebagai suatu proses dimana organisasi media memproduksi pesan – pesan dan mengirimkan kepada publik. Little John menambahkan bahwa sentral studi komunikasi massa adalah pada media. Bila dikatakan bahwa sistem media merupakan bagian dari sistem dalam konteks yang lebih besar yakni politik, ekonomi, dan institusi kekuasaan, maka studi komunikasi masa juga mempelajari kaitan sistem – sistem tersebut dengan keberadaan fungsi media massa dalam masyarakat.

Karakteristik terpenting komunikasi massa adalah sifattnya yang satu arah, dan kedua, selain ada proses seleksi. Misalnya setiap media memilih khalayaknya, misalnya koran New Yorker untuk kalangan menengah keatas saja. Ketiga, karena media mampu meninjau khalayak luas, jumlah media yang diperlukan sebenarnya tidak terlalu banyak, sehingga kompetisinya berlangsung ketat. Keempat, untuk meraih khalayak sebanyak mungkin harus berusaha membidik sasaran khalayak tertentu. Misalnya televisi merancang programnya untuk memikat segmen khalayak yang akan menyebarluaskannya, contohnya opera sabun untuk ibu – ibu rumah tangga. Kelima komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka terhadap kondisi lingkungannya. Media tidak hanya mempengaruhi khalayak yang mengkonsumsinya, tetapi juga dipengaruhi olehnya (Rivers, 2003; 19-20).

Michael W. Gamble dan Tery K. Gamble (1986) akan semakin memperjelas apa itu komunikasi massa dengan mendefinisikan komunikasi massa jika mencakup :


(40)

1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak luas dan terbesar. 2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan – pesannya

bermaksud mencoba dengan berbagai pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain.

3. Pesan adalah Publik, artinya pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang, karena itu dijadikan milik publik.

4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan dan perkumpulan.

5. komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper artinya pesan – pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa.

6. umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Dalam komunikasi massa, komunikasi yang dilakukan lewat media massa umpan balik dari komunikasi tidak bisa langsung dilakukan (Nurudin; 2004:6).

Sedangkan Jay Black dan Frederick C. Whitney disebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan – pesan yang diproduksi secara massal disebarkan kepada massa penerima yang luas, anonim dan heterogen (Nurudin, 2004:11).

Dari definisi – definisi diatas komunikasi massa dapat didefinisikan dalam tiga ciri :

1. Komunikasi Massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen dan anonim 2. Pesan – pesan yang disebarkan secara umum, dijadwalkan bisa mencapai sebanyak

mungkin audiens secara serempak dan sifatnya sementara

3. Komunikator cenderung berada dalam sebuah organisasi yang komplek yang membutuhkan biaya yang besar

2.3.1 Fungsi Komunikasi Massa

Wilbur Schramm menyatakan, komunikasi massa berfungsi sebagai decoder,

interprenuer dan encoder . Komunikasi massa meng decode lingkungan sekitar untuk kita,


(41)

efek – efek dari hiburan. Pendapat Schramm pada dasarnya tidak berbeda dengan pendapat Harold D. Lasswell yang menyebutkan fungsi – fungsi komunikasi massa sebagai berikut : 1. Surveillance Of The Environment

Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan, yang oleh Schramm disebut sebagai

decoder yang menjalankan fungsi the watcher

2. Corelation Of The Parts of Society responding to the environment

Fungsinya menghubungkan bagian – bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungan. Schram menamakan fungsi ini sebagai interpreter yang melakukan fungsi

The Forum

3. Transmission of the sosial Heritage from one generation to the next

Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Schramm menamakan fungsi ini sebagai encoder yang menjalankan fungsi the teacher.

Lasswell tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai fungsi – fungsi yang ia kemukakan itu, sehingga terbuka kesempatan terhadap berbagai spekulasi dan penafsiran. Seorang ahli sosiologi, Charles R. Wright menambahkan fungsi keempat yaitu

entertainment dan ia memberikan penjelasan keempat fungsi itu sebagai berikut :

1. Surveilance

Menunjukkan pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian – kejadian dalam lingkungan, baik di luar maupun didalam masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut Handling of news.

2. Correlation

Meliputi fungsi interprestasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian – kejadian. Untuk sebagian fungsi ini di identifikasikan sebagai fungsi editorial dan propaganda.

3. Transmission

Menunjukkan pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai – nilai dan norma sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini di identifikasikan sebagai fungsi pendidikan.

4. Entertainment

Menunjukan pada kegiatan komunikatif yang dimasukan untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek – efek tertentu.


(42)

2.4 Media Massa

Perkembangan masyarakat dan perkembangan teknologi komunikasi menyebabkan perubahan dalam bidang komunikasi. Teknologi komunikasi di tuntut untuk menjangkau masyarakat dalam lingkup yang lebih luas dan serentak, karena kebutuhan informasi masyarakat semakin meningkat dan bersifat penting. Media massa sebagai salah satu alat yang mampu mengantarkan informasi kepada masyarakat, memberikan karakteristik yang sesuai dan selain itu mudah digunakan oleh masyarakat dari berbagai jenis keragaman masyarakat. Media massa yang kita kenal saat ini adalah media cetak, yang terdiri dari surat kabar, majalah, tabloid, dan media elektronik, terdiri dari radio siaran, dan televisi siaran. Selain pembagian di atas, banyak pula ahli yang mengungkapkan film sebagai bagian dari komunikasi massa dalam media massa bahkan dinegara maju, buku dan kaset musik rekaman dianggap sempurna.

Sulit dibayangkan masyarakat modern tanpa media massa : surat kabar, majalah, buku, radio, TV dan film. Media massa memiliki arti yang bermacam – macam bagi masyarakat dan memiliki berbagai macam fungsi pula, tergantung pada jenis sistem politik dan ekonomi dimana media massa itu berfungsi, tingkat perkembangan masyarkat, serta minat dan perkembangan individu tertentu.

2.5. Televisi

2.5.1 Sejarah dan Perkembanganya di Indonesia

Dalam buku Empat Windu TVRI disebutkan, televisi merupakan media yang ditemukan oleh orang Eropa. Perkembanganya sejalan dengan kemajuan teknologi elektronika, yang bergerak pesat sejak ditemikanya transistor oleh William Sockley pada tahun 1946.


(43)

Selanjutnya pada tahun 1923 Vladimir Katajev Z berhasil menciptakan sistem televisi elektris. Dan pada tahun 1930 Philo T. menciptakan sistem televisi. Penemuen ini terus berkembang sampai akhirnya Paul Nipkow melahirkan televisi mekanik. Hal ini dibuktikan ketika tahun 1939 dipamerkan pesawat televisi berukuran 8 x 10 inci. Dari sinilah akhirnya berkembang pesawat televisi yang kita kenal sekarang.

Televisi sejak tahun 1976 telah dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat Indonesia. Sebagai tonggak dari penyebaran siaran televisi secara nasional adalah diluncurkanya satelit Palapa pada tahun itu,dan peresmianya tanggal 17 Agustus 1976.

Masuknya televisi ke Indonesia pada wakti itu berhubungan erat dengan peristiwa olahraga Asia ke-4 (the 4th Asian Games) di mana Indonesia mendapat giliran menjadi tuan

rumah. Peresmian televisi bersama dengan dibukanya peristiwa olahraga itu oleh Soekarno tanggal 24 Agustus 1962. tujuan utamanya adalah untuk meliput kegiatan dan pertandingan selama kejuaraan itu berlangsung.

Setelah peristiwa itu selesai, Televisi Republik Indonesia (TVRI) terus mengudara. Suatu perkembangan sangat berarti bagi dunia televisi di Indonesia adalah dengan diizinkanya pemancar televisi swasta untuk mengudara. Dengan demikian,pada tahun 1989 mulailah siaran RCTI yang kemudian diikuti pula oleh TPI dua tahun kemudian. Dewasa ini malah sudah ada beberapa stasiun televisi swasta, di samping TVRI yang mengudara, baik secara lokal maupun yang sudah bisa diterima secara nasional. Hal demikian tentu membawa implikasi bagi masyarakat penonton. Jika dahulu mereka hanya bisa menonton dari satu stasiun saja, maka sekarang mereka bisa mempunyai beberapa pilihan. Di samping itu, dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi maka banyak pula yang bisa menikmati televisi dari mancanegara melalui parabola.


(44)

2.5.2 Dampak Acara Televisi

Media televisi sebagaimana media yang lainnya berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial dan penghubung wilayah secara strategis. Bersamaanya dengan jalanya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.

Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman pemirsa terhadap isi pesan acara televisi bekaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situs dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demilian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa:

a. Dampak kognitif yaitu kemampuan seorang atau pemirsa yang menyerap dan memahami acara yang ditayangkkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa

b. Dampak peniruan yaitu pemirsa yang diharapkan pada trendi aktual yang ditayangkan pada televisi

c. Dampak perikaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari (Kuswandi, 1996 : 99)

2.6 Teori Uses And Gratification

Model ini membahas tentang penggunaan media oleh khalayak untuk memenuhi kebutuhannya sehingga diperolehlah kepuasan, penghargaan, kesenangan dan hiburan dari


(45)

media tersebut. Dengan demikian setiap orang menggunakan media (dalam hal ini televisi) dengan tujuan yang tidak sama.

Uses and gratification meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial,

yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan atau keterlibatan pada kegiatan lain, dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barang kali yang tidak kita inginkan.(Ardianto : 2004)

Model ini digambarkan sebagai a dramatic break with effects tradition of the past, suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada khalayak, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.Karena penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi.

Konsep dasar model ini diringkas oleh para pendiri dengan model yang diteliti adalah (1) sumber sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau sumber-sumber yang lain, yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media (atau keterlibatan dalam kegiatan lain), dan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibat-akibat yang tidak dikehendaki (Rakhmat : 2004).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan ”model Modifikasi Rakhmat” di bawah ini :


(46)

1. Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis seperti usia, jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan, serta variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial.

2. Motif dapat dioperasionalisasikan dengan berbagai cara; unifungsional (hasrat melarikan diri, kontrak sosial, atau bermain), bifungsional (informasi-edukasi, fantasiscapist atau gratifikasi tertangguhkan).

3. Penggunaan media merupakan aktifitas dari individu sebagai upaya pemenuhan kebutuhannya dengan mengkonsumsi isi media, dimana dalam hal aktfitas penggunaan media terdapat dua unsur penting yang dapat menentukan dampak media berupa gratifikasi media yaitu tingkat perhatian pada isi media dan frekuensi penggunaan media.

4. Efek media dapat dioperasionalisasikan sebagai evaluasi kemampuan media memberikan kepuasan

Uses and Gratification memiliki asumsi bahwa audience dipandang sebagai aktif,

memiliki kebutuhan kebutuhan tertentu, tersedianya berbagai alternatif komunikasi, dan secara sadar audience memilih saluran komunikasi dan pesan–pesan paling memenuhi kebutuhanya (Effendy 2004 ).

Katz dan Blumer selanjutnya mengemukakan ada beberapa faktor sosial yang menyebabkan timbulnya kebutuhan seseorang yang berhubungan dengan media, yaitu :

Antaseden Variabel individual Variabel lingkungan

Motif Pengguna Media Keb. Kognitif Keb. Afektif Keb. Integratif personal

Keb. Integratif sosial Keb. Pelepasan

Penggunaan media Lokasi

Frekuensi menonton Cara menonton

Efek Tumbuhnya minat


(47)

1. Social situation produces tensions and conflict, leading to resure for their easement via mass media consumption (Situasi sosial menimbulkan ketegangan dan pertentangan.

Orang berusaha melepaskan dirinya dari hal itu dengan mengkomsumsi media massa ). 2. Social Situation creates an awareness of problem that demand attention, information

about which may be sought in the media. (Situasi sosial menciptakan kesadaran akan

adanya masalah-masalah yang membutuhkan perhatian dan informasi. Informasi itu dapat dicari lewat media ).

3. Social situation gives to rise certain values, the affirmation and reinforcement of which is facilitated by the consumption media material ( Situasi sosial memberikan dukungan

dan penguatan pada nilai – nilai tertentu melalui komsumsi media yang selaras ). Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan memiliki relevansi tinggi saat digunakan untuk menentukan hal-hal sebagai berikut :

a. Pemilihan musik sesuai selera. Saat memilih musik kita tidak hanya mengandalkan mood tertentu, namun juga berusaha untuk menunjukkan jati diri dan kesadaran sosial lainnya. Banyak jenis musik yang dapat dipilih dan pilihan kita menunjukkan kebutuhan tertentu yang spesifik.

b. Penerimaan akan media-media baru (seperti internet) dan penggunaan media-media lama , bahkan dengan adanya media baru pengganti. Inovasi diadopsi saat media baru pengganti memiliki dan dapat menggantikan fungsi-fungsi media lama tradisional. Contohnya alat komunikasi pager yang tergantikan dengan telepon selular. Atau media TV yang tetap tidak tergantikan oleh telepon selular walaupun telepon selular kini dapat berfungsi seperti TV. Di lain pihak pengguna lama mulai menggunakan internet dan terpaksa mempelajarinya saat ada informasi-informasi yang disalurkan hanya dapat


(48)

dilihat melalui internet. Contohnya seperti detik.com saat kerusuhan 1998. Koran jelas kurang cepat dan TV terlalu seragam penayangannya, sementara detik.com menawarkan berita yang lebih spesifik, dituangkan tertulis dan dapat diulang.

2.7 Motivasi

Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri sesorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Usaha yang dapat menyebabkan sesorang atau kelompok orang tertentu tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin menvcapai tujan yang dikehendaki atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebebkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.

Motif adalah daya penggerak dalam diri sesorang untuk melakukan aktifitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapatdalam diri sesorang untuk berusaha mengadakan perubaha tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhanya.

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan sesorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri sesorang yang menggerakan untuk melekukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan sesorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.


(49)

Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat kepada mau melaksanakan tagas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong sesorang untuk menapai tujuan tertentu yang telah ditetapakan sebelumnyaatau dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental terhadap perorangan atau oranh-orang sebagai anggota masyarakat. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses untuk mencobamempengaruhi orang atau orang-orang yang dipimpinnya agar melakukan pekerjaan yang diinginkan, sesuai dengan tujuan tettentu yang ditetapakn terlebih dahulu.

Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri sesorang untuk berusaha mengadakan perubahantingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhanya. (uno, 2007 : 1-3)

2.7.1 Penggolongan Motivasi

Berkaitan dengan pengertian motivasi, beberapa psikolog menyebutkan motivasi sebagai konstruk hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan keinginan, arah, intensitas dan prilaku yang diarahkan oleh tujuan. Dalam motivasi mencakup konsep-konsep seperti kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan berafiliasi, kebiasaan dan keingintahuan sesorang terhadap sesuatu. Pada dasarnya, motif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Motif Biogenetis, yaitu motif – motif yang berasal dari kebutuhan – kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya, misalnya lapar, haus, kebutuhan atau kegiatan dan istirahat, mengambil nafas, seksualitas dan sebagainya.

2. Motif Sosiogenetis, yaitu motif- motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang berada. Jadi motif ini tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan setempat. Misalnya,


(50)

keinginan mendengarkan musik, menonton televisi, makan cokelat dan lain – lain. 3. Motif Teologis, dalam motif ini manusia adalah sebagai mahluk yang berkebutuhan,

sehingga ada interaksi antara manusia dengan tuhannya, seperti ibadahnya dalam kehidupan sehari – hari.

Penggolongan lain yang didasarkan atas terbentuknya motif, terdapat dua golongan, yaitu motif bawaan dan motif yang dipelajari. Motif bawaan sudah ada sejak lahir dan tidak perlu dipelajari, misalnya makan, minum, dan seksual. Motif yang kedua adalah motif yang timbul karena kedudukan atau jabatan.

Dari sudut sumber yang menimbulkan, motif dibedakan menjadi dua macam, yaitu intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhan. Sedangkan motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu. ( Uno 2007: 4 ).

2.7.2 Proses Motivasi

Motivasi adalah proses prikologi yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan kata lain, perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan demikian motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Kekuatan – kekuatan ini pada dasarnya dirancang oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti keinginan yang hendak dipenuhinya, tingkah laku, tujuan, umpan balik.


(51)

Proses motivasi dasar ( Basic Motivation Process ) dapat digambarkan sebagai berikut :

.

David Mc Clelland berpendapat bahwa a motive is a rediintegration by a cue of

change in an affevtive situation, yang berarti motif merupakan implikasi dari hasil

pertimbangan yang telah dipelajari (rediintegration) dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif. Sumber utama munculnya motif adalah rangsangan (stimulasi) perbedaan situasi yang diharapkan. Motivasi dalam pengertian tersebut memiliki dua aspek yaitu adanya dorongan dalam dan dari luar untuk mengadakan perubahan dari suatu keadaan pada keadaan yang diharapkan dan usaha untuk mencapai tujuan. (Uno, 2007 : 5 ).

Needs, Desires or Expectation

Feed Back Goal


(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

3.1.1 Sejarah Perkembangan FISIP USU

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik adalah fakultas ke-9 di lingkungan USU. Kelahiran FISIP USU hampir sama dengan kelahiran fakultas lainya di USU dengan banyak mengalami suka dan duka. Prakarsa pendiri FISIP USU berasal dari beberapa dosen di bidang ilmu Sosial, Administrasi dan Manajemen yang berada di Fakultas Ekonomi USU, untuk mendapat tempat sesuai dengan perkembangan saat itu.

Persiapan proposal pendiri dilakukan oleh Drs. M. Adham Nasution, Asma affan MPA, Dr. AP. Parlindungan, SH, M. Solly Lubis, SH dan beberapa dosen lainnya. Berdasarkan proposal tersebut Rektor USU Dr. Parlindungan SH. Memperjuangkan agar di Universitas Sumatera Utara didirikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Pada tahun 1980 mulanya FISIP USU merupakn jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat di Fakultas Hukum USU. Para pendiri FISIP USU ini sepakat untuk mengangkat Drs. M. Adham Nasution sebagai ketua jurusan dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU Nomor 1181/PT05/C.80 tertanggal 1Juli 1980.

Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat ini pertama kali menerima mahasiswa melalui ujian SIPENMARU pada tahun ajaran 1980/1981dengan jumlah mahasiswa sebanyak 75 orang. Kegiatan perkuliahan pertama kali dimulai tanggal 18 Agustus 1980 yang pembukaanya diresmikan oleh Rektor USU Prof. DR. AP. Parlindungan, SH di gedung perkuliahan Fakultas Kedokteran Gigi USU, dan perkuliahan selanjutnyadilaksanakan sore hari di gedung tersebut. Walaupun jurusan Ilmu Pengetahuan


(53)

Masyarakat merupakan salah satu jurusan di Fakultas Hukum USU, namun kegiatan perkuliahanya dan kegiatan administrasi jurusan tidak dilaksanakan di Fakultas hukum USU.

Kegiatan administrasi dilaksanakan di salah satu ruangan BAAK USU yang sekarang merupakan Pusat Komputer. Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat merupakan cikal bakal berdirinya FISIP USU

Berkat perjuangan dan usaha yang dilakukan pendiri FISIP USU, maka dua tahun kemudian, yakni tahun 1982, keluarlah Surat Keputusan Presiden republik Indonesia Nomor 36 tahun 1982. dalam Surat Keputusan tersebut dicantumkan FISIP USU yang merupakan fakultas ke-9 di USU. Semua mahasiswa yang terdaftar pada jurusan Ilmu pengetahuan Masyarakat tersebut menjadi mahasiswa FISIP USU.

Setelah jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat di Fakultas hukum USU ditetapkan menjadi FISIP USU, maka dalam rangka perkembanganya dibentuklah satu panitia persiapan pemilihan dekan FISIP USU denag Surat Keputusan Rektor USU nomor 573/PTO/C.82 tertanggal 26 Oktober1982

Tujuan dari pembentukan panitia tersebut adalah untuk memilih Dekan yang akan meminpin FISIP USU yang baru berdiri. Dalam rapat tersebut, dengan suara bulat menyetujui Dr. M. Adham Nasution sebagai Pjs. Dekan FISIP USU. Pada saat itu Pembantu Dekan I adalah Ahmad Daud, SH, Pembantu Dekan II adalah Drs. Haniful Chair dan Pembantu Dkan III adalah Dra. Nurlela Ketaren.

Kemudian pada tahun 1983 dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 77121/CI/83, Drs. M. Adham Nasution menjadi Dekan pertama FISIP USU untuk priode 1983-1986. susunam Pembantu Dekan adalahsebagai berikut, Pembantu Dekan I adalah Dra. Arnita Zainuddin, Pembantu Dekan


(54)

II adalah drs. Haniful Chair, Pembantu Dekan III adalah Drs. Arifin Siregar, yang sebelumnya dijabat oleh Drs. Firman Pelawi sebagai pelaksana harian.

Pada tahun 1983 dengan Surat Keputusan Mendikbut RI nomor 0535/0/83 tenyang jenis dan jumlah jurusanpada fakultas-fakultas di lingkungan USU disebutkan bahwa FISIP USU mempunyai lima jurusan dengan urutan sebagai berikut:

1. Jurusan Ilmu Administrasi 2. Jurusan Ilmu Komunikasi

3. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 4. Jurusan Sosiologi

5. Jurusan Antropologi

Dalam proses pengenbangan FISIP USU, ke-5 jurusan tersebut tidak dibuka sekaligus, tetapi secara bertahap. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan pemerintah daerah serta tenaga pengajar yang tersedia sesuai dengan disiplin ilmu yang dikembangkan. Untuk menindaklanjuti Surat Keputusan Menteri nomor 0535/0/83 maka dibuka dua jurusan yaitu:

1. Ilmu Administrasi 2. Ilmu Komunikasi

Pada tanggal 18 Agustus 1984 semua kegiatan perkuliahan dan kegiatan administrasi FISIP USU dipusatkan di gedung baru yang terdapat di jalan Dr. A. Sofyan No. 1. Pada Tahun Ajaran 1984/1985 kedua jurusan menghasilkan sarjana S-1 sebanyak 10 orang yang terdiri dari 7 orang sarjana Ilmu Administrasi dan 3 orang sarjana Ilmu Komunikasi. Pelantikanya dilakukan pada tanggal 8 Maret 1985 di gedung perkuliahan FISIP USU.


(55)

Melalui Keputusan Menteri Depdikbud nomor 79511/A2.1.2./1986 tanggal 23 Oktober 1986 mengangkat kembali Prof. M. Adham Nasution sebagai Dekan untuk priode kedua dengan susunan Pembantu Dekan I adalah Dra. Nurhaina Burhan, Pembantu Dekan II adalah Drs. Armyn Sipahutar, Pembantu Dekan III adalah Dra. Irmawati.

Pada tahun 1985/1986 tenaga pengajar tetap FISIP USU masih berjunlah 20 orang yang terdiri dari 10 orang staf pengajar tetap lagi masih Calon Pegawai Negeri Sipil, dan selebihnya merupakan staf pengajar luar biasa yang di rekrut dari berbagai instansi pemerintah yang ada di Propinsi Sumatera Utara, seperti dari Akademi Pemerintahan Dalam Negeri, PEMDA.TK.I Sumatera Utara, Kakanwil Departemen Sosial, Kakanwil Departemen Perindustrian, PWI Sumut, IKIP Medan dan staf pengajar yang berada di lingkungan USU. Pada tahun akademik 1985/1986 FISIP USU melakukan kerja sama dengan Menteri Dalam Negeri dalam rangka melanjutkan pendidikan bagi Pegawai Departemen Dalam Negeri untuk mengambil sarjana S-1 di FISIP USU. Pada tahun akademik 1988/1989 kegiatan MKDU, pindah ke FISIP USU yang sebelumnya berada di Biro Rektor yang dikoordinir oleh Pembantu Rektor USU

Pada awalnya mahasiswa yang menentukan jurusan yang akan dipilihnya, yang akan dipenuhi setelah mengikuti perkuliahan dari semester I sampai dengan semester VI dengan beban SKS yang telah diperoleh sekurang-kurangnya 110 SKS. Prosedur seperti ini berlangsung sampai tahun akademik 1986/1987. pada tahun akademik 1987/1988 jurusan yang akan dipilih ditentukan sendiri pada saat mendaftar sebagai calon mahasiswa dengan dua jurusan pilihan yang telah ada di FISIP USU. Pada tahun akademik 1985/1986 telah dibuka Ilmu Kesejahteraan Sosial dan pada tahun yang sama jurusan Antropologi Fakultas Sastra USU dipindahkan nomor 0335/0/83 sehingga semua dosen dan mahasiswa yang terdaftar di jurusan Antropologi Fakultas Sastra menjadi bagian FISIP USU kecuali


(56)

mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi dan yang sedang mengikuti perkuliahan semester akhir, dan tahun akademik 1986/1987 dibuka jurusan Sosiologi.

Priode berikutnya berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud nomor 20208/A.212/C/1990tanggal 14 Maret 1990 diangkat Prof. Asma Affan MPA sebagai Dekan FISIP priode 1990/1993 dengan susunan Pembantu Dekan I adalah Drs. Rahim Siregar, MA, Pembantu Dekan II adalah Dra. Arnit Z, Pembantu Dekan III adalah Drs. Siswo S.

Berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud nomor 520931/AA2.12.C/1993tanggal 20 Agustus 1993 diangkat Drs. Amru Nasution sebagai Dekan FISIP priode 1993/1996 dengan susunan Pembantu Dekan I adalah dra. Nurwida Nuru, Pembantu Dekan II adalah Dra. Irmawati, Pembantu Dekan III adalah Drs. Sakhyan Asmara.

Pada tahun akademik 1995/1996 FISIP USU membuka program Diploma I (DI) dan program Diploma III yang bekerja sama dengan Direktorat Jendral Pajak. Pada tahun ajaran 2000/2001 program DI Administrasi Perpajakan tidak menerima mahasiswa baru lagi dengan jumlah alumni DI seluruhnya 153 orang.

Pada perode 1996-1999, berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud nomor 51151/A.2.1.2/KP/96 tanggal 23 September 1996 diangkat kembali Drs. Amru Nasution sebagai Dekan FISIP priode 1996/1999 dengan susunan Pembantu dekan I adalah Dra. Nurwida Nuru, Pembantu Dekan II adalah Drs. Subhilhar, MA, Pembantu Dekan III adalah Drs. Sakhyan Asmara.

Pada perode 1999-2003 berdasrakan Surat Keputusan Rektor nomor 1998/J05/SK/Kp/1999 tanggal 9 Desember 1999, diangkat Drs. Subhilhar,MA sebagai Dekan FISIP dengan susunan Pembantu Dekan I adalah Dr. Swardi Lubis, Pembantu Dekan II adalah Drs. Mukti Sitompul, Msi dan Pembantu Dekan III adalah Drs. R. hamdani


(57)

harahap, Msi. Sesuai dengan Surat Keputusan Rektor nomor 69/J05/SK/KP/2001 tanggal 2 Feberuari 2001. jumlah sarjana yang dihasilkan oleh FISIP USU sampai 27 April 2002 adalah 2995 orang.

Pada tahun akademik 2001/2002 telah dibuka program studi Ilmu Politik berdasarkan Surat Keputusan nomor 616/J05/SK/PP/2002 dan telah menerima sejumlah 60 mahasiswa.

3.1.2 Visi dan Misi FISIP USU

1. Visi yang diemban FISIP USU adalah menjadi pusat pendidikan dan rujukan bidang ilmu sosiolgi di Asia Tenggara

2. Misi yang diemban FISIP USU adalah menghasilkan alumni yang mampu bersaing dalam skala global, menjadi pusat riset dan studi ilmu-ilmu sosial

3.1.3 Tujuan, Tugas dan Fungsi FISIP USU Tujuan

Sebagai lembaga pendidikan yang bernaung di bawah USU mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademika dan profesional yang mampu menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang tinggi, disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsa dan sesama manusia dengan falsafah

2. Mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional sesuai dengan pancasila


(1)

(2)

Tabel Skor Data Mentah " Tingkat Motivasi Menonton Mahasiswa FISIP USU dan Tayangan Just Alvin di Metro TV "

Nomor Motivasi Menonton Motivasi Menonton Responden Mahasiswa ( x ) Mahasiswa ( x )

0 1 15 31

0 2 22 30

0 3 22 30

0 4 26 31

0 5 25 28

0 6 22 28

0 7 25 28

0 8 25 33

0 9 26 33

1 0 23 35

1 1 23 28

1 2 26 29

1 3 29 28

1 4 29 31

1 5 27 29

1 6 28 30

1 7 26 30

1 8 20 30

1 9 29 31

2 0 19 32

2 1 25 31

2 2 31 31

2 3 29 31

2 4 29 34

2 5 34 34

2 6 33 31

2 7 23 28

2 8 24 27

2 9 25 32

3 0 26 30

3 1 22 29

3 2 17 33

3 3 19 28

3 4 18 33

3 5 24 29

3 6 29 36

3 7 23 28

3 8 23 28

3 9 24 30

4 0 25 30

4 1 26 30

4 2 25 30

4 3 26 33


(3)

4 5 26 33

4 6 26 31

4 7 26 31

4 8 33 32

4 9 31 32

5 0 26 34

5 1 24 30

5 2 24 28

5 3 25 30

5 4 25 29

5 5 26 27

5 6 26 29

5 7 28 31

5 8 22 29

5 9 26 28

6 0 31 29

6 1 31 33

6 2 30 35

6 3 26 34

6 4 28 31

6 5 28 30

6 6 27 29

6 7 28 30

6 8 29 32

6 9 20 29

7 0 19 30

7 1 19 28

7 2 21 29

7 3 22 29

7 4 22 29

7 5 18 27

7 6 18 26

7 7 19 29

7 8 18 27

7 9 21 23

8 0 29 34

8 1 28 35

8 2 29 38

8 3 27 35

8 4 26 34

8 5 26 34

8 6 25 34

8 7 26 30

8 8 25 30

8 9 25 27

9 0 27 28

9 1 26 28

9 2 26 26


(4)

9 4 27 26


(5)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jln. Dr. A. Sofyan No. 1 Telepon (061) 8217168

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA

: MARVELINA BR. GINTING

NIM

: 070922034

PEMBIMBING

: DRA. RUSNI, M.A

No

Tanggal

Pembahasan

Paraf

Pertemuan

Pembimbing

1

2 Desember 2009

Seminar Proposal

2

20 Desember 2009

Penyerahan Perbaikan Proposal dan ACC BAB I

3

6 Januari 2010

Penyerahan BAB II

4

20 Januari 2010

Perbaikan BAB II dan Penyerahan BAB III

5

28 Januari 2010

ACC BAB II dan Perbaikan BAB III

6

10 Februari 2010

ACC BAB III dan penyerahan Kuisioner

7

17 Februari 2010

ACC Kuisioner

8

10 Maret 2010

Penyerahan BAB IV dan BAB V

9

22 Maret 2010

Perbaikan BAB IV dan BAB V

10

11

12

13

14

15

16


(6)

BIODATA

Nama

: MARVELINA BR GINTING

NIM

: 070922034

Tempat/tanggal lahir : Sukanalu, 29 Maret 1986

Anak

: Kedua dari 4 bersaudara

Alamat

: Jl Gitar no,16 P. Bulan Medan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1992 – 1998

SD Negeri Sukanalu

1998 – 2001

SLTPN 1 Berastagi

2001 – 2004

SMUN 1 Berastagi

2004 – 2007

Diploma III Bahasa Jepang USU

2007 – 2010

Mahasiswa FISIP USU

NAMA ORANG TUA

LENNI GINTING

RUDIAH BR KARO

NAMA SAUDARA

RISDIYANTO GINTING, ST

ISMANTO GINTING


Dokumen yang terkait

Tayangan “Mario Teguh Golden Ways” Di Metro Tv Dan Konsep Diri Mahasiswa (Studi Korelasional Tayangan “Mario Teguh Golden Ways” di Metro TV Terhadap Konsep Diri Mahasiswa FISIP USU)

2 38 89

Tayangan “Mario Teguh Golden Ways” Di Metro Tv Dan Konsep Diri Mahasiswa (Studi Korelasional Tayangan “Mario Teguh Golden Ways” di Metro TV Terhadap Konsep Diri Mahasiswa FISIP USU)

0 3 89

JURNALISME EMPATI DALAM PROGRAM JUST ALVIN METRO TV (Studi Analisis Framing Penerapan Jurnalisme Empati dalam Program Just Alvin Metro TV pada Episode “Cinta untuk Ainun”).

0 2 15

PENDAHULUAN JURNALISME EMPATI DALAM PROGRAM JUST ALVIN METRO TV (Studi Analisis Framing Penerapan Jurnalisme Empati dalam Program Just Alvin Metro TV pada Episode “Cinta untuk Ainun”).

0 5 47

PENUTUP JURNALISME EMPATI DALAM PROGRAM JUST ALVIN METRO TV (Studi Analisis Framing Penerapan Jurnalisme Empati dalam Program Just Alvin Metro TV pada Episode “Cinta untuk Ainun”).

0 2 43

CODE SWITCHING IN “JUST ALVIN” TALK SHOW PROGRAM ON METRO TV.

2 4 26

PENGAMBILAN GILIRAN BICARA DALAM JUST ALVIN DI METRO TV: Sebuah Tinjauan Pragmatik.

0 0 13

Tayangan “Mario Teguh Golden Ways” Di Metro Tv Dan Konsep Diri Mahasiswa (Studi Korelasional Tayangan “Mario Teguh Golden Ways” di Metro TV Terhadap Konsep Diri Mahasiswa FISIP USU)

0 0 9

Tayangan “Mario Teguh Golden Ways” Di Metro Tv Dan Konsep Diri Mahasiswa (Studi Korelasional Tayangan “Mario Teguh Golden Ways” di Metro TV Terhadap Konsep Diri Mahasiswa FISIP USU)

0 0 1

Tayangan “Mario Teguh Golden Ways” Di Metro Tv Dan Konsep Diri Mahasiswa (Studi Korelasional Tayangan “Mario Teguh Golden Ways” di Metro TV Terhadap Konsep Diri Mahasiswa FISIP USU)

0 0 14