Fokus Penelitian METODOLOGI PENELITIAN
pendidikan keimanan, moral, Intelektual, dan sosial. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan Abdullah Nashih Ulwan dan Zakiah Darajat berikut:
Pendidikan dengan keimanan menurut Abdullah Nashih Ulwan adalah mengikat anak-anak dengan dasar-dasar iman, rukun Islam dan dasar-dasar
syariah sejak anak mulai mengerti dan memahami sesuatu. Dalam hal ini pendidik berkewajiban untuk menumbuhkan dasar-dasar pendidikan keimanan dan ajaran
Islam kepada anak sejak masa pertumbuhannya dengan tujuan anak terikat dengan Islam, baik akidah maupun ibadah, dan hanya akan mengenal Islam sebagai
agamanya, al-Qur`an sebagai imamnya dan Rasulullah saw, sebagai pemimpin dan teladannya.
Dan cara penerapan Pendidikan keimanan dalam pandangan Ulwan meliputi: “Pertama, membuka kehidupan anak dengan kalimat Lâ Ilâha Illâ
Allâh, Kedua, mengenalkan hukum- hukum halal dan haram kepada anak agar anak setelah besar telah mengetahui perintah-perintah Allah dan mampu
melaksanakan, bahkan menjauhi larangan-Nya, Ketiga, menyuruh anak untuk beribadah pada usia tujuh tahun agar setelah besar cenderung mentaati Allah dan
bersandar kepada-Nya, Keempat, mendidik anak untuk mencintai Rasul, ahl al- bait dan membaca al-Quran”.
1
Sedangkan pendidikan keimanan menurut Zakiah darajat mengenalkan dan menumbuhkan nilai-nilai tauhid kepada anak mulai dari kecil. Ketika anak lahir
kedunia segera dikumandangkan adzan dekat telinganya, agar pengalaman pertama lewat pendengarannya adalah kalimat-kalimat tauhid. Bayi yang baru
lahir memang belum mengerti arti kalimat tersebut, namun demikian dasar-dasar keimanan dan keislaman sudah masuk dalam hatinya.
Zakiah Daradjat juga sangat setuju jika seorang anak sejak kecil dibiasakan ikut serta dalam ibadah salat bersama orang tuanya. Sebab dengan
terbiasa melihat orang tuanya salat, maka anak akan ikut-ikutan menirukan gerakan salat dan membiasakan sholat dalam kehidupannya.
Jadi demikian pendidikan keimanan yang dimaksud Ulwan dan Zakiah adalah sebagai upaya pembentukan kekuatan akidah seorang anak agar menjadi
1
Abdullah Nashih Ulwan, Hatta Yalam al-Syabab, cet. ke-13, hal. 113-115.
satu keyakinan dan pegangan dalam kehidupannya kelak. Keimanan bukan hanya cukup meyakini dan mengucapkan, namun harus mampu diaplikasikan dalam
seluruh kehidupannya. Artinya, keimanan adalah pondasi dari seluruh segi kehidupan manusia. Untuk itu, pendidikan keimanan adalah hal yang krusial
dikenalkan semenjak dini kepada anak agar menjadi pedoman sekaligus barometer yang mampu mengarahkan dan membimbing anak dalam hal sikap, ucapan dan
perilakunya dalam lapangan kehidupan yang luas. Dan yang kedua yaitu Pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak adalah
serangkaian dasar-dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa mumayyiz hingga menjadi seorang
mukallaf. Adapun upaya pendidikan akhlak dalam pandangan Ulwan adalah
meliputi: Pertama, mendidik seorang anak semenjak kecil didik untuk berlaku benar, dapat dipercaya, istiqamah, mementingkan orang lain, menghargai orang
besar, menghormati tamu, berbuat baik kepada tetangga, dan mencintai orang lain; Kedua, membersihkan lidah anak dari kata-kata yang buruk dan cela serta dari
segala perkataan yang menimbulkan dekadensi moral dan buruknya pendidikan; Ketiga, membiasakan anak-anak dengan perasaan-perasaan manusiawi yang
mulia, seperti berbuat baik kepada anak yatim, kaum fakir dan mengasihi para janda dan kaum miskin.
2
Berkaitan dengan pendidikan akhlak Ulwan menekankan pentingnya menjauhkan anak dari gejala suka dusta, mencuri, mencela dan mencemooh, serta
kenakalan dan penyimpangan yang dewasa ini telah menjamur dalam kehidupan masyarakat. Keempat gejala tersebut merupakan gambaran kehidupan masyarakat
dewasa ini. Uraian di atas dapat dipahami bahwa akhlak sebagai cerminan dari ucapan,
perilaku dan tindakan seseorang yang tercermin dalam dirinya. Akhlak juga merupakan implementasi dari iman yang tercermin dalam setiap perbuatan.
Seseorang yang mempunyai dasar iman yang kuat cenderung akan berperilaku dan bertindak sesuai dengan ajaran agama, begitu juga sebaliknya, orang yang
2
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-Aulad, jilid 1, hal. 180.