Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN
satu keyakinan dan pegangan dalam kehidupannya kelak. Keimanan bukan hanya cukup meyakini dan mengucapkan, namun harus mampu diaplikasikan dalam
seluruh kehidupannya. Artinya, keimanan adalah pondasi dari seluruh segi kehidupan manusia. Untuk itu, pendidikan keimanan adalah hal yang krusial
dikenalkan semenjak dini kepada anak agar menjadi pedoman sekaligus barometer yang mampu mengarahkan dan membimbing anak dalam hal sikap, ucapan dan
perilakunya dalam lapangan kehidupan yang luas. Dan yang kedua yaitu Pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak adalah
serangkaian dasar-dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa mumayyiz hingga menjadi seorang
mukallaf. Adapun upaya pendidikan akhlak dalam pandangan Ulwan adalah
meliputi: Pertama, mendidik seorang anak semenjak kecil didik untuk berlaku benar, dapat dipercaya, istiqamah, mementingkan orang lain, menghargai orang
besar, menghormati tamu, berbuat baik kepada tetangga, dan mencintai orang lain; Kedua, membersihkan lidah anak dari kata-kata yang buruk dan cela serta dari
segala perkataan yang menimbulkan dekadensi moral dan buruknya pendidikan; Ketiga, membiasakan anak-anak dengan perasaan-perasaan manusiawi yang
mulia, seperti berbuat baik kepada anak yatim, kaum fakir dan mengasihi para janda dan kaum miskin.
2
Berkaitan dengan pendidikan akhlak Ulwan menekankan pentingnya menjauhkan anak dari gejala suka dusta, mencuri, mencela dan mencemooh, serta
kenakalan dan penyimpangan yang dewasa ini telah menjamur dalam kehidupan masyarakat. Keempat gejala tersebut merupakan gambaran kehidupan masyarakat
dewasa ini. Uraian di atas dapat dipahami bahwa akhlak sebagai cerminan dari ucapan,
perilaku dan tindakan seseorang yang tercermin dalam dirinya. Akhlak juga merupakan implementasi dari iman yang tercermin dalam setiap perbuatan.
Seseorang yang mempunyai dasar iman yang kuat cenderung akan berperilaku dan bertindak sesuai dengan ajaran agama, begitu juga sebaliknya, orang yang
2
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-Aulad, jilid 1, hal. 180.
tidak punya dasar keimanan yang kuat akan cenderung berperilaku dan bertindak tanpa mengindahkan nilai-nilai ajaran agama.
Adapun pendapat Zakiah Daradjat tentang pendidikan akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan
bawaan, dan kebiasaan yang menyatu membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Dari kelakuan itu lahirlah
perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang
bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk.
Dan zakiah menambahkan bahwa Akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku. Di antara contoh akhlak yang diajarkan pendidik
kepada anaknya adalah: 1 Akhlak anak terhadap kedua ibu-bapak.
2 Akhlak terhadap orang lain. adalah adab, sopan santun dalam bergaul, tidak sombong dan tidak angkuh, serta berjalan sederhana dan bersuara
lembut. 3 Akhlak dalam penampilan diri.
3
Materi yang sama lainnya dari kedua tokoh ini adalah Pendidikan sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan kehadiran orang lain
sebagai partner dalam berbagai aktivitasnya. Begitu pula seorang anak akan senantiasa berada di tengah-tengah orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan tata
cara berinteraksi dengan orang lain yang sesuai dengan ajaran agama. Abdullah Nashih Ulwan mendefinisikan pendidikan sosial adalah
mendidik anak agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dan dasar-dasar psikis yang mulia dan bersumber pada akidah islamiyah yang abadi dan perasaan
keimanan yang mendalam, agar di dalam masyarakat nanti bisa tampil dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang
bijaksana.
3
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: CV. Ruhama, 1995, Cet. II, hlm. 55-58