UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Indonesia terhadap aktivitas antiinflamasi dengan metode ekstraksi bertingkat yaitu dengan pelarut n-heksan, etil asetat, dan metanol. Pada penelitian ini akan
dilakukkan uji antiinflamasi dari ekstrak senyawa non polar yang terdapat dalam pelarut n-heksan dari lumut hati Mastigophora diclados.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ekstrak n-heksan dari lumut Mastigophora diclados dapat memberikan efek antiinflamasi pada tikus putih
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menguji aktivitas antiinflamasi dari ekstrak n-heksan lumut Mastigophora diclados melalui penggukuran volume udem pada telapak kaki
tikus putih jantan Sprague Dawley secara in vivo.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang aktivitas lumut hati Mastigophora diclados, yang dapat digunakan sebagai
antiinflamasi sehingga dapat dijadikan salah satu alternatif pengobatan inflamasi.
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Lumut Hati
Mastigophora diclados 2.1.1
Klasifikasi Tanaman Klasifikasi Tanaman Mastigophora diclados adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Phylum : Marchantiophyta
Class : Jungermanniopsida
Order : Jungermanniales
Suborder : Lophocoleineae
Family : Mastigophoraceae
Genus : Mastigophora Nees.
Species : M. diclados Brid. Nees
Crandall-Stotler B; Stotler RE; Long DG, 2008
2.1.2 Kandungan Kimia Mastigophora diclados
Berdasarkan kandungan kimianya, Mastigophoraceae dan herbertaceae memiliki kesamaan, karena sama-sama menghasilkan senyawa seskuiterpenoid
herbertan sebagai komponen utamanya Asakawa, 1995; 2004; Harinantenaina Asakawa, 2007.
Dari pemeriksaan GC MS ekstrak eter M. diclados Brid. Ex F. Weber dari borneo menunjukkan adanya senyawa herbertene, herbertenol, herbertene-
2,3-diol dan herbertene-1 ,2-diol. Dalam koleksi sebelumnya dari M. diclados Malaysia Timur, selain herbertanes, herbertane dimer, juga ditemukan pada
Mastigophorenes A-D Asakawa et al, 1991.. Namun, menurut Leong Harrison, 1997 spesies di Malaysia Barat tidak menghasilkan herbertanes,
melainkan jenis trachylobane diterpenoids dari hasil diisolasi. Koleksi Jepang menjabarkan
herbertene dan α-herbertenol dengan siklik diklorinasi bis-bibenzyls, dimana tidak ada diterpenoids dan dimer herbertane
yang telah terdeteksi Hashimoto et al, 2000..
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Data ini menunjukan bahwa setidaknya ada tiga ras geografis Mastigophora diclados di Asia: tipe bis-bibenzyl di Jepang, jenis Mastigophorene
di borneo Malaysia Timur, dan jenis pimarane serta turunan pimarane trachylobane diterpenoid di Taiwan dan Malaysia Barat Harinantenaina
Asakawa, 2004 Agnieszka Asakawa, 2010.
2.1.3 Aktivitas Biologi
Aktivitas yang dimiliki Mastigophora diclados adalah aktivitas sitotoksik terhadap HL-60 dan sel KB, aktivitas antimikrobial, dan aktivitas antioksidan
Komala, 2010 ; Komala, et al., 2010.
2.1.4 Habitat
Lumut Mastigophora diclados dapat tumbuh pada batang pohon pinus dan agathis, batu-batuan, dan dinding lereng gunung Ida Haerida, et al, 2011.
2.2. Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat dan belum mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral Depkes RI, 1979.
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara
spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni Depkes RI, 2000.
Simplisia Hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian dari hewan atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa
zat kimia murni Depkes RI, 1979. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni Depkes RI, 1979.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.3.
Ekstrak dan Ekstrasi 2.3.1 Pengertian Ekstrak dan Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair, dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk Depkes RI, 1979.
Faktor yang mempengaruhi ekstrak yaitu faktor biologi dan faktor kimia. Adapun faktor biologi meliputi: spesies tumbuhan, lokasi tumbuh, waktu
pemanenan, penyimpanan bahan tumbuhan, umur tumbuhan dan bagian yang digunakan. Sedangkan faktor kimia meliputi beberapa hal, yaitu: faktor internal
Jenis senyawa aktif dalam bahan, komposisi kualitatif senyawa aktif, komposisi kuantitatif senyawa aktif, kadar total rata-rata senyawa aktif dan faktor eksternal
metode ekstraksi, perbandingan ukuran alat ekstraksi, ukuran, kekerasan dan kekeringan bahan, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam
berat, kandungan peptisida Depkes RI, 2000. Ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah
obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan larut. Simplisia yang akan diekstrak mengandung senyawa aktif yag dapat larut dan
senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut. Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-
senyawa tersebut terhadap suhu, udara, cahaya, dan logam berat. Simplisia yang lunak seperti rimpang, akar dan daun mudah diserap oleh pelarut, sehingga pada
proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai halus. Sedangkan simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu, dan kulit akar susah diserap oleh pelarut, karena itu
perlu diserbuk sampai halus. Selain sifat fisik dan senyawa aktif dari simplisia, senyawa-senyawa yang terdapat dalam simplisia seperti protein, karbohidrat,
lemak dan gula juga harus diperhatikan. Dengan diketahuinya akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Depkes, 2000.
Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipilih berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan jumlah maksimum dari zat aktif dan
seminimum mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan Ansel, 2008.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Metode dasar ekstraksi adalah maserasi, perkolasi, dan sokletasi. Pemilihan terhadap ketiga metode diatas disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh
sari Harborne, 1987.
2.3.2 Proses Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak dapat dilakukkan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pembuatan Serbuk Simplisia
Zat aktif semula berada di dalam sel akan ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut. Pada
umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas. Dengan demikian maka
makin halus serbuk simplisia seharusnya makin baik penyariannya. Tetapi dalam pelaksanaannya tergantung pada sifar fisik dan sifat kimia simplisia
yang bersangkutan, serbuk yang terlalu halus membentuk suspensi yang sulit dipisahkan dengan penyarian serta serbuk yang terlalu halus menyebabkan
banyak dinding sel yang pecah, sehingga zat yang tidak diinginkan pun ikut ke dalam hasil penyarian Depkes, 2000.
b. Pembasahan
Pembasahan serbuk dilakukan pada penyarian. Dimaksudkan memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki pori-pori
dalam simplisia sehingga mempermudah penyarian selanjutnya Depkes, 2000.
c. PenyariPelarut
Cairan peyari yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah penyari yang baik untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau aktif.
Penyari tersebut harus dapat dipisahkan dari bahan dan sari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa
kandungan yang diinginkan. Faktot utama yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan penyari adalah selektifitas, ekonomis, dan kemudahan bekerja
Depkes, 2000.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta d.
Pemisahan dan Pemurnian
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghilangkan memisahkan senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada
senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses-proses pada tahap ini adalah pengendapan, pemisahan dua
cairan tak campur, sentrifugasi, dekantasi, filtrasi, serta proses absorbsi, dan penukaran ion Depkes, 2000.
e. PemekatanPenguapan