UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 6. Metode Induksi Oxazolon Edema Telinga Mencit.
Pada percobaan ini tikus telinga tikus diinduksi 0.01 ml 2 larutan oxazolon ke dalam telinga kanan. Inflamasi terjadi dalam 24 jam.
Kemudian hewan dikorbankan dibawah anastesi lalu dibuat preparat dengan 8 mm dan perbedaan berat preparat menjadi indicator inflamasi
udem Vogel, 2002.
2.6 Karagenan
Karagenan dikenal juga dengan nama carragenan, carragenin, carraghenates, chondrus extrax dan irish moss extrak. Sweetman, 2009.
Karagenan merupakan polisakarida hasil ekstraksi rumput laut dari family Euchema, Chondrus, dan Gigartina. Bentuknya berupa serbuk berwarna putih
hingga kuning kecokelatan, ada yang berbentuk butiran kasar hingga serbuk halus, tidak berbau, serta memberi rasa berlendir di lidah. Berdasarkan kandungan sulfat
dan potensi pembentukan gelnya, karagenan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu lamda karagenan, Iota karagenan, dan Kappa karagenan. Ketiga karagenan ini
memiliki sifat larut dalam air bersuhu 80
O
C Rowe et al, 2009. Penggunaan karagenan sebagai penginduksi radang memiliki beberapa
keuntungan antara lain: tidak meninggalkan bekas, tidak menimbulkan kerusakan jaringan dan memberikan respon yang lebih peka terhadap obat antiinflamasi
dibanding senyawa iritan lainnya Siswanto dan Nurulita, 2005.
2.7 Asetosal
Gambar 2.1. Struktur Asetosal
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Rumus molekul : C
9
H
8
O
4
Nama kimia : Asam Asetil Salisilat
Berat molekul
: 180,16 Pemerian
: Hablur, tidak berwarna, atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau; rasa asam.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol, larut dalam kloroform, dan dalam eter Farmakope Indonesia, 1979.
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin merupakan salah satu senyawa yang secara luas digunakan, aspirin
digunakan sebagai obat analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi yang sangat luas digunakan Wilmana,1995.
2.7.1 Mekanisme Kerja Asam Asetil Salisilat
Asam asetil salisilat bekerja menghambat enzim siklooksigenase secara ireversibel prostagladin sintetase, yang mengkatalisis perubahan asam
arakidonat menjadi senyawa endoperoksida ; pada dosis yang tepat obat ini akan menurunkan pembentukan prostagladin maupun tronboksan A2, tetapi tidak
leukotrien Gunawan, 2008 ; Katzung, 1998.
2.7.2 Efek Samping Asam Asetil Salisilat
Terjadi gangguan pada lambung gastritis, pendarahan saluran cerna, muntah, tinusitus, penurunan pendengaran, vertigo, meningkatkan kadar asam urat
serum dan hepatitis ringan Muatchler, 1991; Guawan, 2008; Katzung, 1998.
18 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia, Laboratorium Hewan Animal house, dan Labolatorium Kimia Obat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Mulai dari bulan April sampai Juli 2013.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Neraca analitik wiggen hauser, blender, vacuum rotary evaporator, spatel, erlenmeyer, gelas
ukur, gelas becker, tabung reaksi, batang pengaduk, spatula, kaca arloji, pipet tetes, almunium foil, lumpang dan satmfer, kertas saring, kapas, tisu gulung, lebel,
spuit injeksi suplantar dan peroral 1 mL dan 3 mL, stopwatch, timbangan hewan, plestimometer, kandang tikus, sonde, sarung tangan, masker.
3.2.2 Bahan
Ekstrak n-heksan dari lumut hati Mastigophora diclados yang diperoleh gunung slamet purwokerto. Bahan dalam uji antiinflamasi yaitu: n-heksan
Bratako, kappa karagenan Balitro bogor, Natrium Karboksimetilselulosa Na CMC , Etanol 70, NaCl Fisiologis 0,9, air raksa Hg Bratako Dwinika,
Asam asetil salisilat Bratako, Aquadest, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendroff, amonia encer, HCl, FeCl
3
0,1, kloroform, H
2
SO
4
1 M, NaOH, pereaksi Lieberman-Buchard, HCl pekat, Tikus jantan putih galur Sprague Dawley SD.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Penyiapan Bahan dan Pembuatan Ekstrak Uji
Lumut hati Mastigophora diclaodos terlebih dahulu dipisahkan dari pengotor yang menempel pada lumut, dan dibersihkan dengan air mengalir hingga
bersih, kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di dalam ruangan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
selama 2 hari, setelah benar-benar kering dilakukan kembali sortasi kering untuk memastikan lumut hati Mastigophora diclados bebas dari pengotor, kemudian
ditimbang dan dihaluskan menggunakan blender hingga menjadi serbuk. Sampel serbuk Mastigophora diclaodos sebanyak 2103 gram dimasukan
kedalam botol gelap 1 L, diekstraksi dengan metode maserasi bertingkat dengan menggunakan pelarut non polar, semi polar, dan polar yaitu pelarut n-heksan, etil
asetat dan metanol sampai serbuk terendam oleh pelarut, disimpan di tempat yang gelap dan sesekali digoyang-goyangkan. Pelarut diganti sampai diperoleh filtrat
yang bening, kemudian filtrat disaring, filtrat yang telah disaring, dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental,
kemudian dihitung hasil rendemen ekstrak dengan rumus:
3.3.2 Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan dengan menguji adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin, tanin dan fenolik. Prosedur pengujiannya
adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi Golongan Alkaloid
Untuk mengidentifikasi alkaloid, ekstrak dilarutkan dengan etanol 96 kemudian ditambahkan asam klorida encer 2N. Filtrat yang diperoleh
disaring kemudian diidentifikasi menggunakan pereaksi Mayer LP, Bouchardat LP, Dragendorff LP. Pada penambahan Mayer LP, hasil
positif ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna putih atau kuning. Hasil positif Dragendorff LP ditunjukan dengan terbentuknya
endapan berwarna merah bata. Penambahan Bouchardat LP memberikan hasil positif jika terbentuk endapan coklat sampai hitam
Ayoola et al, 2008
b. Identifikasi Golongan Flavonoid
Tiga metode yang digunakan untuk menguji flavonoid. Pertama, amonia encer 5 mL ditambahkan ke sebagian filtrat encer dari ekstrak.
Kemudian asam sulfat pekat 1 mL ditambahkan. Hilangnya warna
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kuning menunjukan adanya flavonoid. Kedua, beberapa tetes larutan aluminium 1 ditambahkan ke sebagian dari filtrat, terbentuknya
warna kuning menunjukan adanya flavonoid. Ketiga, sebagian dari ekstrak dipanaskan dengan 10 mL etil asetat yang telah diuapkan
selama 3 menit. Campuran kemudian disaring dan 4 mL filtrat dikocok dengan penambahan 1 mL larutan amonia encer, terbentuknya warna
kuning menunjukan adanya flavonoid. Ayoola et al, 2008.
c. Identifikasi Golongan Saponin