SOSIALISME ABAD 21 CHAVEZ MODEL SOSIALISME ABAD 21 CHAVEZ

B. SOSIALISME ABAD 21 CHAVEZ

Dalam upaya membedakan jenis-jenis sosialisme yang beragam, Henry J Schmandt 2005 membuat dua pembedaan dasar : satu, menyangkut metode, dua, menyangkut premis-premis filsafat. Yang pertama tergantung pada apakah aliran sosialisme itu evolusioner dan demokratis, atau revolusioner dan totaliter. Jika yang pertama, ia disebut sosialisme demokratis ; jika yang kedua ia disebut dengan komunisme. Pembedaan kedua, terletak pada apakah gerakan tersebut diilhami oleh filsafat Marx, atau oleh prinsip-prinsip tradisional atau prinsip- prinsip yang tidak begitu doktriner. Komunisme selalu revolusioner, totalitarian, dan begitu doktriner. Sosialisme demokratis adalah evolusioner, non-totalitarian, bisa Marxis atau Non-Marxis. Jika ia menganut doktrin Marxian, ia disebut sebagai sosialisme ortodoks, atau Marxisme yang melepaskan diri dari aspek revolusionernya. 78 Namun hal ini juga ternyata harus dilihat melalui konteks kekinian mengenai bagaimana bentuk kapitalisme neoliberal dalam menjalankan imperialismenya di belahan bumi terutama di negara-negara berkembang. Dengan berakhirnya perang dingin pada era 1990-an menjadikan Amerika Serikat sebagai simbol dan motor dari propaganda kapitalisme global, melakukan hegemoninya terhadap dunia melalui berbagai metode, baik itu dengan menawarkan “resep- resep” ekonomi pembangunan neo-liberal, ideologi pembangunan hingga demokrasi yang berwajah ganda dan bias. Hal ini dilakukan sebagai upaya menundukkan berbagai kalangan baik akademisi, aktivis, LSM dan organisasi 78 Henry J Schmandt, Filsafat Politik : Kajian Historis Dari Zaman Yunani Kuno Sampai Zaman Modern, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005, Hal 538 Universitas Sumatera Utara kemasyarakatan lainnya untuk menuju moderatisasi sikap dan perlawanan. Hingga akhirnya jatuh kedalam skenario permainan “demokratisasi” politik dan ekonomi. Sebagaimana yang dicetuskan oleh Anthony Giddens 2003, bahwa saat ini sulit membedakan arti antara “kanan” dan “kiri”. Sebab keberadaan sebuah kelompok akan berada di kanan atau di kiri ditentukan oleh posisinya dalam kurun waktu tertentu. Bisa saja satu partai, pada saat tertentu, memegang kekuasaan, sementara partai yang lain menjadi oposisi. Pada saat yang lain, partai yang tadi oposisi menjadi pemegang kekuasaan sementara yang kalah menjadi oposisi. Dalam konteks demikianlah kemudian Gidden mengatakan bahwa tabir pemisah kiri dan kanan menjadi kabur. Propaganda seperti inilah yang dilakukan oleh para pemikir dan intelektual pembela “demokrasi”, hal ini jelas sangat menimbulkan ambiguitas. Dalam melihat sebuah kelompok atau partai menjadi ‘kiri’ atau ‘kanan’ bukan pada posisi saat ia menjadi oposisi atau pemegang kekuasaan. Kategori seperti ini akan mengaburkan definisi dan akan menghilangkan substansi. Sebuah partai disebut kiri atau kanan dilihat dari keberpihakannya pada rakyat, dalam arti sesungguhnya, yang termanifestasikan program-programnya. Pertanyaannya adalah siapakah rakyat itu sebenarnya. Dari sini, mau tidak mau agar kita tidak terjebak politik lips service, kita harus berbicara tentang kelas-kelas sosial dalam masyarakat. Keberadaan sebuah kelas dalam masyarakat ditentukan oleh posisi dan hubungan seseorang terhadap alat-alat produksi. Posisi seseorang itu berupa memiliki atau tidak memiliki terhadap alat produksi. Pola hubungan yang terjadi kemudian, sang pemilik alat produksinya mengeksploitasi, memeras, dan menindas para kaum mayoritas yang tidak memiliki alat produksi. Dari posisi dan Universitas Sumatera Utara hubungan terhadap alat produksi inilah masyarakat terbagi menjadi dua: kelas fundamental dan kelas non-fundamental. Kelas fundamental itu sendiri masih terbagi dalam dua kelas; penindas dan tertindas. Semantara kleas non-fundamental terdiri dari copet, lumpen, jambret dan sebagainya. Jadi secara politis, ‘kiri’ atau ‘kanan’–nya sebuah kelompok atau partai politik ditentukan pada keberpihakannya yang sungguh-sungguh pada rakyat tertindas sebagaimana dimaksud di atas. Secara idiologis, tegas bahwa ‘kiri’ adalah gerakan yang diilhami oleh paham marxisme dalam berbagai varian turunannya, sementara yang ‘kanan’ adalah praktek-praktek politik kepanjangan tangan, atau bahkan, kapitalis itu sendiri. 79 Njoto, seorang sosialis Indonesia saat memberikan kuliah umum mengenai pelurusan defenisi dan praktek sosialisme pada Maret 1962 di Universitas Rakjat di Jember, berpendapat bahwa Sosialisme adalah Sosialisme. Dimanapun sosialisme itu berkembang, bagaimanapun dia berkembang serta telah berbaur atau tidak dengan culture dan keadaan sosial di suatu negara, ketika dia menetapkan prinsip-prinsip dasar dari sosialisme, maka dia tetap dikatakan sosialisme. Hal ini dikatakannya ketika menjelaskan bahwa sosialisme seringkali disalah artikan, dengan menggunakan kekhususan-kekhususan dan keistimewaan- keistimewaan, yang menunjukkan “ciri khas” sehingga dia khawatir bahwasanya sebenarnya yang dimaksud dengan sosialisme Istimewa tersebut ternyata bukanlah sosialisme. Sebagai contoh, Simin adalah manusia khusus. Tetapi setiap kita tahu bahwa tidak akan ada itu manusia Simin jika tak ada manusia pada umumnya. Lagipula, sekalipun Simin itu manusia khusus, tetapi dia toh manusia 79 http:id.shvoong.comsocial-sciencessociology2084961-membaca-jalan-ketiga diakses pada tanggal 4 Juli 2011 Pukul 23.48 Universitas Sumatera Utara juga: kepalanya satu, tangannya dua, kakinya dua, melihat bukan dengan telinga melainkan dengan mata, berpikir bukan dengan punggung melainkan dengan otak, dsb. Sebab, sekiranya Simin itu berpikir tidak dengan otaknya, saya kira kita tidak akan berkata Simin itu manusia khusus, melainkan Simin itu manusia abnormal, atau bukan manusia sama sekali 80 Oleh sebab itu - sosialisme adalah sosialisme, Sosialisme Indonesia adalah Sosialisme Indonesia; dia bercorak Indonesia, tetapi dia sosialisme. E. Utrech S.H., ketika sebagai sesama anggota Dewan Pertimbangan Agung bersama-sama saya mengadakan indoktrinasi Manipol ke Nusa Tenggara, merumuskan soalnya sebagai berikut: Sosialisme Indonesia adalah sosialisme yang diindonesiakan, atau Indonesia yang disosialiskan. Saya kira perumusan sarjana ini bukan perumusan seorang profesor linglung, melainkan perumusan yang obyektif benar. Hal ini berdasarkan kekhawatiran yang ada pada diri Njoto saat itu, bahwasanya seratus limabelas tahun yang lalu Karl Marx dan Friedrich Engels menerangkan kepada kita supaya berhati-hati dengan sosialisme, sebab, demikian Marx dan Engels, selain sosialisme proletar, juga ada sosialisme borjuis kecil, sosialisme borjuis, bahkan sosialisme feodal. Dengan pengalaman Inggris dan Nederland di atas maka kita harus menambahkan bahwa selain sosialisme kerajaan itu masih ada lagi sosialisme kolonial 81 Sejalan dengan apa yang telah dikemukakan oleh Leon Trotsky ketika menjelaskan tentang revolusi borjuis demokratik, yaitu revolusi yang secara alami merupakan transfer kekuasaan ke tangan kaum borjuis dan pembangunan kondisi 80 http:kaskus.usshowthread.php?t=1384448 diakses pada tanggal 4 Juli 2011 Pukul 23.48 81 Ibid Universitas Sumatera Utara bagi parlementer borjuis. 82 Revolusi borjuis demokratk adalah ungkapan yang secara konvensional digunakan dalam periode kemunculan kapitalisme untuk menyatakan revolusi-revolusi melawan kelas feudal yang berkuasa. Revolusi- revolusi borjuis klasik Revolusi Perancis tahun 1789 adalah contoh yang paling terkenal darinya. Diantarkan untuk mengantarkan kelas borjuis kepada kekuasaan dengan melimpahnya gerakan massa dibawah panji-panji demokrasi. 83 Hal ini terjadi ketika sebelum Perang Dunia pertama, ada perdebatan yang sengit terjadi dalam tubuh Sosial Demokrasi Rusia, menegenai perspektif Revolusi Rusia, ketika itu kaum Menshevik dari bahasa Rusia yang berarti minoritas, lawannya adalah Bolshevik yang berarti mayoritas yang merupakan sayap oportunis dari gerakan buruh Rusia. Mereka berarguman bahwa, karena tugas-tugas revolusi ini adalah tugas-tugas revolusi borjuis demokratik, maka kelas borjuis demokratik nasional-lah yang harus mengambil kepemimpinan revolusi ini. Mereka menunda revolusi sosialis kehari depan yang jauh , dan menyerahkan kepemimpinan buruh kepada kaum liberal. Pendapat ini berseberangan dengan Teori Revolusi Permanen Trotsky maupun pandangan Lenin yang berpendapat bahwa kaum Liberal Rusia tidak mampu melaksanakan revolusi borjuis-demokratik, dan tugas ini hanya bisa dilaksanakan oleh kaum proletar yang beraliansi dengan kaum tani miskin. Dengan mengikuti jejak langkah Marx, yang telah menjelaskan bahwa bagi kaum buruh, partai borjuis demokratik lebih berbahaya daripada kaum liberal sebelumnya. 84 82 Leon Trotsky, Revolusi Permanen, Yogyakarta, Resist Book, 2009, Hal 4 83 Ibid 84 Opcit, Hal xviii Universitas Sumatera Utara Menurut James Petras, seorang pensiunan profesor di Amerika Serikat memberikan 14 kriteria dalam mendefenisikan “kiri” yaitu 85 : 1. Mengurangi ketimpangan sosial 2. Meningkatkan standar kehidupan 3. Kepentingan umum dan kepemilikan nasioanl dari pada kepemilikan asing dan privat 4. Pajak progressif 5. Anggaran untuk investasi public dan pembiayaan sosial 6. Penguasaa sumber-sumber alam 7. Produktivitas diarahkan pada aktivitas yang membawa nilai-lebih 8. Fokus pada pasar dalam negeri 9. Partisipasi popular 10. Gerakan masyarakat 11. Anti pasar bebas dan pangkalan militer 12. Mengembalikan anti-privatisasi 13. Meningkatkan upah minimum 14. Mempromosikan serikat buruh, pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis Untuk mengetahui bentuk dari gerakan sosialisme abad 21 yang dicetuskan oleh Chavez, ada beberapa kategori yang bisa digunakan menjadi pisau analisis, seperi yang diungkapkan Henry J Schmandt : Pertama, menyangkut metode, apakah gerakan Revolusi Bolivarian Chavez bersifat revolusioner, 85 Opcit, Jurnal Sosdem Hal 15 Universitas Sumatera Utara totaliter dan Marxian atau bukan. Kedua, menyangkut premis-premis filsafat, apakah gerakan Revolusi Bolivarian Chavez diilhami oleh Marx atau bukan. Bentuk dari Sosialisme abad 21 Chavez adalah “sosialisme yang demokratis dan humanis”. 86 Sebuah penekanan tentang sosialisme baru yang dimaksudkan untuk membedakannya dengan “sosialisme” yang pernah eksis di negara-negara lain seperti Uni Soviet dan negara-negara lainnya. Dalam memandang revolusi, Chavez menolak determinisme yang pernah ada pada revolusi. Sebagaimana pemahaman ini sangat dekat dengan filsuf Kiri Baru seperti Louis Althusser yang mengatakan bahwa dengan memakai sudut pandang proletariat justru akan “merendahkan Marxisme ke tingkat Ideologi saja”. Seperti yang dikatakan oleh Chavez, Bahwasanya : “Saya tidak percaya pada postulat dogmatis dari Revolusi Marxis. Saya tidak menerima bahwa kita sedang berada pada era revolusi proletariat. Semua itu harus direvisi. Realitas mengatakan hal itu pada kita setiap hari. Apakah tujuan kita di Venezuela sekarang ini untuk menghapuskan kepemilikan pribadi atau suatu masyarakat tanpa kelas? Saya kira tidak… Saya tidak akan menerima bahwa tidak ada pembagian kembali yang adil dalam masyarakat. Kelas atas di negeri kita bahkan tidak mau membayar pajak. Itulah alasan mereka membenci saya. Saya katakan, ‘Kamu harus membayar pajak’. Saya meyakini lebih baik mati dalam pertempuran… mencobalah dan buatlah revolusi, pergilah bertempur, gapailah sedikit-demi sedikit, daripada memimpikan utopia”. 87 Bahkan Chavez mengakui bahwa ia merupakan seorang pengagum berat Leon Trostky dalam teori revolusi permanen yang pernah ditulisnya. Dalam acara TV mingguannya Alo Presidente, yang ditayangkan pada hari Minggu, 22 April dari Urachiche di propinsi Yaracuy, presiden Chavez menganjurkan kepada 86 Opcit, Nurani Soyomukti, Hal 70 87 Opcit, Nurani Soyomukti, Hal 71 Universitas Sumatera Utara semua rakyat Venezuela untuk membaca dan mempelajari tulisan-tulisan Leon Trotsky, dan memberikan komentar yang positif kepada Program Transisional, yang ditulis Trotsky untuk kongres pembentukan Internasional Keempat pada tahun 1938. 88 Presiden Chavez mengatakan bahwa dia terkesima oleh pernyataan Trotsky bahwa di Eropa dan negara-negara lain kondisi-kondisi untuk revolusi proletar bukan hanya sudah matang tetapi sudah mulai membusuk. Dan kemudian Chavez juga merujuk pada tesis utama Program Transisional-nya Trotsky, ketika dia menjelaskan bahwa “krisis umat manusia tereduksi ke krisis kepemimpinan revolusioner.” “Kemudian”, lanjut Chavez, “Trotsky menunjukkan satu hal yang sangatlah penting, dan dia mengatakan bahwa [kondisi-kondisi untuk revolusi proletar] sudah mulai membusuk, bukan karena kaum buruh, tetapi karena kepemimpinan yang tidak melihat hal itu, yang tidak tahu, yang penakut, yang bertekuk lutut di bawah perintah kapitalisme, di bawah perintah demokrasi borjuis, mereka adalah serikat-serikat buruh. Oleh sebab itu, untuk mengetahui bagaimana konsepsi sosialisme abad 21 Chavez dalam hal kebijakan yang bersifat sosialis dan anti imperialism. Maka akan ditinjau kebijakan politik yang diambil Hugo Chavez selama menjabat. 88 http:www.detik.comforum sosialisme-dan-komunisme-html Universitas Sumatera Utara

C. Kebijakan Politik Hugo Chavez