2. Sosialisme Demokrat
Selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, beberapa penulis sosialis mulai mengusulkan beberapa perubahan tertentu dalam teori Marxis. Mereka
merasa bahwa penilaian kembali doktrin ini mendesak karena kegagalan dari ramalan-ramalannya, dan upaya ini dilakukan dengan mempertimbangkan
perubahan situasi sosial. Marx berpendapat bahwa proletariat akan tenggelam dalam kesengsaraan yang lebih besar ; namun, pada saat meninggalnya Marx,
nasib pekerja sudah semakin membaik. Ia menyatakan bahwa kelas menengah akan tumbang secara bertahap ditangan proletariat ; namun kenyataannya kelas
menengah semakin kuat. Ia meramalkan adanya krisis ekonomi, tetapi kenyataannya bencana semacam ini tidak terjadi. Dengan adanya perubahan-
perubahan dibidang ekonomi, sosial, dan politik yang lebih baik, partai-partai sosialis menghadapai dilemma. Untuk tujuan praktis, mereka menjadi wakil-wakil
politik bagi kepentingan kelas pekerja, dan dalam kapasitas ini mereka mampu mendapatkan tujuan praktis bagi pekerja dalam kerangka tatanan yang ada.
Tetapi, sebagai pewaris ideologi Marxis, mereka tetap berniat untuk menggulingkan tatanan yang sama dengan cara-cara revlusioner. Dilema ini
tercermin dalam karya-karya para teori sosialis sesudah Marx.
66
Sosialisme Demokrat adalah suatu paham yang menghubungkan antara sosialisme dengan demokrasi. Sebuah arah politik yang pertama sekali dilakukan
oleh Partai Sosialis Demokrat Jerman SPD sebelum tahun 1914. Ketika itu, dalam program Erfurt, Marxisme secara resmi menjadi landasan teori partai
Demokrasi Sosial Jerman. Setelah masa penindasan yang dialami oleh undang-
66
Ibid
Universitas Sumatera Utara
undang anti sosialis, diprediksilah masa depan yang gemilang dengan keruntuhan tata borjuis kapitalis serta perwujudan masyarakat sosialis. Prediksi ini
dikemukakan sebagai keniscayaan sejarah yang mirip “hukum alam”.
67
Satu keyakinan berlapiskan teori yang mencerminkan pemikiran, harapan, dan
perasaan anggota partai. Bagian program yang mengandung gabungan antara analisa marxis dengan keyakinan akan hukum sejarah ini ditulis oleh Karl
Kautsky. Selain itu, Dalam program Erfurt dikemukakan pula tuntutan akan reformasi sosial di masa kini yang ditulis oleh Eduard Berstein. Dengan tuntutan-
tuntutan tersebut SPD berpijak pada realitas. Pada tahap Erfurt, gabungan antara tujuan revolusioner dan reformasi sosial yang praktis belum dinilai sebagai
sesuatu yang bertolak belakang. Benih konflik ini baru mekar kemudian dan meningkat menjadi pertikaian sengit yang disebut perselisihan revisionisme.
68
Munculnya partai Sosial Demokrat yang mempunyai kedudukan penting dalam politik Jerman dibarengi dengan perpecahan didalam partai sendiri. Satu
faksi yakin bahwa reformasi bertahap melalui parlemen tidak akan pernah menghancurkan sistem kapitalistik ; faksi lain berpendirian bahwa masyarakat
bisa dan seharusnya dicapai dengan metode konstitusional. Selama tahun 1890-an faksi yang disebut terakhir ini menjadi semakin kritis terhadap kepemimpinan
partai karena menafsirkan ajaran Marx terlalu harfiah. Berpendapat bahwa dogma tradisional mengenai sosialisme ilmiah tidak memadai, faksi ini menuntut supaya
partai merevisi asumsi-asumsi teoritis yang menjadi dasarnya. Ia berpendapat bahwa partai sosialis demokrat mendapat dukungan besar dari kelas menengah,
dan partai harus menentukan apakah akan menerima peran dari partai parlementer
67
Katalog Demi Kebebasan dan Keadilan Sosial : Program dan Politik Partai Demokrasi Sosial Sejak Pertengahan Abad 19, Friedrich Ebert Stiftung, 2008, Hal 8
68
Ibid
Universitas Sumatera Utara
yang bertanggungjawab atau menanggung resiko dengan mengeluarkan banyak anggota partai. Pendukung pandangan ini melihat bahwa organisasi perlu
mencapai tujuan praktis dalam kerangka politik yang ada, dan melupakan saja dogma yang berisi kebijakan-kebijakan harian. Revisi teoritis terhadap Marxisme
ini tercakup dalam karya Eduard Bernstein. Selama masa tinggalnya di Inggris, Bernstein menjalin hubungan erat dengan para pemimpin Fabian. Ia sangat
terpengaruh oleh penolakan mereka terhadap sebagian besar doktrin Marx dan oleh keyakinan mereka akan evolusi masyarakat yang berjalan secara bertahap
menuju sosialisme negara.
69
Dalam tulisan-tulisan awalnya, Bernstein mengaku mempertahankan doktrin Marx menghadapi penafsiran yang keliru, tetapi ketika meninggalkan
Inggris ia menjadi yakin bahwa banyak dari analisis kapitalisme Marxian tidak benar atau ketinggalan zaman. Meminjam ungkapannya sendiri, perkembangan
lebih lanjut serta elaborasi doktrin Marxis harus dimulai dengan kritik terhadapnya. Ia berpendapat bahwa Marx telah salah hitung ketika berasumsi
bahwa nasib proletariat akan semakin buruk sampai tiba masa revolusi. Sebaliknya, pertentangan kelas sebenarnya menjadi berkurang. Perkembangan
perusahaan saham gabungan telah menghapuskan pemilik alat-alat produksi dan meningkatkan jumlah para kapitalis pemilik modal. Dengan kemajuan dalam
demokrasi politik serta sikap Negara yang berubah terhadap uni-uni dagang dan perundangan social, pekerja telah mencapai tujuan yang signifikan dalam wilayah
politik dan ekonomi. Proletariat tidak lagi terancam oleh Negara yang didominasi
69
Opcit, Henry J Schmandt, Hal 539
Universitas Sumatera Utara
oleh kapitalis. Hak-hak minoritas yang kaya ini tidak lagi menjadi kendala serius bagi kemajuan sosial.
70
Revisionisme Bersntein paling tepat dijelaskan dalam kalimat yang diambil dari karyanya sendiri, Evolutionary Socialism. “apa yang biasanya disebut
tujuan sosialisme bagi saya tidak lain adalah gerakan”. Ia menjelaskan bahwa ia tidak bermaksud menolak tujuan dan sasaran tertinggi sosialisme, tetapi
menyatakan bahwa program sosialisme tidak boleh dilemahkan oleh pemahaman terhadap misi sejarahnya. Tidaklah penting apakah gerakan sosialis pernah
mencapai tujuan akhirnya, yaitu masyarakat tanpa kelas, atau tidak. Sosialisme menghasilkan hal baru bagi pekerja – ini adalah kenyataan penting yang harus
diingat. Mengacu pada pengalaman Inggris, Bernstein menyatakan bahwa tidak ada sosialis yang cerdas yang mempunyai pikiran bahwa kemenangan sosialisme
bias dicapai dengan cara-cara revolusi kekerasan, dan tidak ada yang bermimpi untuk menaklukkan parlemen melalui revolusi proletariat. Sosialisme harus tetap
berada dibawah proses demokratis. Pertentangan kelas mungkin saja tidak bisa dihapuskan, tetapi gerakan sosialis bias mendapat pengikut yang lebih banyak
serta mendapatkan keuntungan bagi pekerja dengan menjalankan metode demokratis, bukannya dengan mempropagandakan perang kelas.
Bernstein menyimpang dari Marxisme dalam aspek lain yang penting dan mendasar. Mengecam Materialisme Historis dan Dialektika, ia menolak bahwa
sosialisme bisa dijustifikasi secara etis atas dasar tekanan ekonomis atau pertentangan kelas. Betapapun pentingnya tujuan-tujuan sosialisme, harus tetap
dilakukan dengan cara-cara yang benar untuk mencapainya. Etika yang dibangun
70
Ibid
Universitas Sumatera Utara
diatas kepribadian watak moral manusia menggantikan etika yang didasarkan pada tekanan kekuatan materi.
71
Bahkan Semenjak tahun 1896 Eduard Bernstein menentangi beberapa gagasan inti teori Marxis yang menurut pendapatnya perlu “direvisi”. Menurut
pendapatnya, masyarakat telah berkembang tidak sejajar dengan pertentangan kelas bukanlah “hukum alam”, kaum proletar tidak terkutuk untuk senantiasa
makin tenggelam dalam kemiskinan, dan keruntuhan masyarakat borjuis-kapitalis bukanlah suatu keniscayaan sejarah.
72
Kritik yang dilontarkan oleh para revisionis diarahkan kepada para Marxis sekitar Bebel dan Kautsky di pusat pimpinan partai
dan kepada tokoh sayap kiri partai sekitar Rosa Luxemburg. Landasan kritik kaum revisionis adalah tujuan besar yang oleh segenap kaum sosialis diyakini sebagai
buah hasil pengsosialisasian produksi ; yakni perwujudan kebebasan. Para revisionis tidak ingin mencapainya dengan kekerasan. Transisi menuju sosialisme
seharusnya melalui demokratisasi politik dan pengaturan ekonomi oleh seluruh masyarakat. Mereka menyangkal harapan bahwa sebuah tindakan tunggal, yaitu
sosialisasi atau nasionalisasi alat-alat produksi akan otomatis melahirkan kebebasan.
73
Menurut pemikiran Bernstein paling tidak sejak tahun 1910, sosialisme mustahil bersandarkan ilmu pengetahuan seperti yang dilakukan oleh
Marx, melainkan hanya mungkin beralaskan etika sebagai hasil perjuangan untuk meraih keadilan serta siasat demi kepentingan kelas pekerja. Yang sangat
mendalam bagi kaum buruh supaya sanggup bertanggung jawab secara mandiri dalam pelaksanaan ekonomi sosialis. Baginya, tanggung jawab diri sendiri
hanyalah “satu sisi dari prinsip sosial, yang lain adalah kebebasan pribadi.”
71
Ibid
72
Opcit, Hal 9
73
Ibid
Universitas Sumatera Utara
August Babel bersama mayoritas partai secara tajam menolak posisi revisionis ini. Pertikaian antara kedua kubu ini meningkat sampai kongres partai
SPD di Dresden dengan suara mayoritas besar menolak “usaha-usaha revisionis”, meskipun keputusan ini tidak berhasil menghentikan peredaran gagasan yang baru
ini.
74
Konflik antara teori partai Marxis dan siasat reformasi sosial terus membara. Bebel secara kuat memepertahankan program Erfurt dan Marxisme dalam
usahanya untuk menjaga persatuan partai. Tetapi usaha itu sekaligus membahayakan tunas pemikiran baru yang dapat mengembangkan SPD kearah
sebuah partai reformasi sayap kiri atas dasar tatanan sosial yang ada. Ada dua hal yang menjadi aspek perjalanannya. ketika perusahaan-
perusahaan kapitalis berskala besar secara terus menerus berusaha untuk memperbesar kontrol mereka atas sistem ekonomi, yang melahirkan krisis over
produksi secara lebih parah lagi, maka kebijakan yang fundamental adalah keharusan merebut kekuasaan politik yang didasarkan pada kepemilikan bersama.
Selanjutnya, berkonsentrasi pada serangkaian langkah strategis yang kelihatan seperti program reformasi dalam sistem ketimbang transformasi total. Dengan
kata lain, kebijakan yang dilakukan oleh Sosialis Demokrat pada saat itu reformis sekaligus revolusioner, dimana langkah-langkah reformasi dilakukan dalam
sistem kapitalisme bukan sebagai pengganti substitute bagi revolusi, namun sebagai sarana means menuju revolusi.
75
Namun, langkah-langkah tersebut tereduksi dan menyebabkan karakter dari partai Sosial Demokrat berubah. Ketika pengeluaran social social expenditure
meningkat dan tingkat full employment tercapai, kebanyakan partai sosial
74
Ibid
75
Michael Newman, Op cit, Hal 49
Universitas Sumatera Utara
demokrat mengalami evolusi lebih lanjut. Saat ini, mereka menjadi lebih terbuka komitmennya terhadap tujuan reformasi sosial yang progressif ketimbang
terhadap tujuan penghapusan kapitalis.
76
Perubahan karakter ini bukanlah sebuah proses yang berlangsung secara mulus atau seragam karena partai-partai tersebut
mengandung dalam dirinya minoritas-minoritas yang masih menganut sebuah versi sosialisme yang lebih tradisional. Fakta bahwa kontrol atas ekonomi masih
berada di tangan swasta, mau tidak mau membatasi kekuasaan sosial demokrasi dan muncul rintangan-rintangan yang harus dihadapi oleh sosial demokrasi dalam
hal bagaimana dia bisa mengamankan dukungan pemilih atas langkah- langkahnya, sehingga sosial demokrasi dikarakteristikkan sebagai usaha untuk
mendorong meningkatnya keuntungan-keuntungan yang diterima oleh kelas buruh dalam sistem yang bersifat kapitalis.
Prinsip dasar dari sosialisme demokrasi adalah membangun tatanan negara, ekonomi dan sosial yang bebas dan sosialistis, mendukung perubahan melalui
cara-cara legal parlementariat, dan bersikap demokratis dengan cara memperjuangkan negara hukum yang demokratis dan bebas.
Adapun nilai-nilai dasar dari sosialisme demokrat adalah kebebasan, keadilan dan solidaritas. Keadilan berarti kesempatan yang sama begi penentuan
nasib sendiri untuk semua orang. Solidaritas menuntut tiap individu menggunakan kebebasan-nya sebagai abdi masyarakat.
77
76
Michael Newman, Op cit, Hal 81
77
Jurnal Sosial Demokrasi, Vol 4 No 1, Oktober-Desember 2008, Hal 60
Universitas Sumatera Utara
B. SOSIALISME ABAD 21 CHAVEZ