t t t t

Menurut Olarn Chawang 2002, penelitian ini menjelaskan Hasil perkiraan dari elastisitas impor dan ekspor menyatakan secara tidak langsung bahwa kondisi Marshall-Lerner kemungkinan besar terpenuhi, dan bahwa depresiasi mata uang Bath akan memperbaiki neraca perdagangan secara cepat. Disini disarankan supaya Thailand secara potensial menggunakan kebijakan nilai tukarnya untuk memperbaiki neraca perdagangan yang defisit. Menurut Ferda Halicioglu 2008, melakukan studi untuk melihat J-curve untuk kasus Turki dengan 13 mitra dagangnya. Dalam penelitian ini, peneliti mengikuti model dari Bahmani-Oskooee et al 2006, dan Bahmani Oskooee dan Wang 2006, yaitu : ln TB

j,t

= a + a 1 ln Y

t,t

+ a 2 ln Y

j,t

+ a 3 ln RER

j,t

+ ut Dengan menggunakan data secara kuartalan dari tahun 1985Q1 – 2005Q4 bahwa penelitian mengenai J-curve dengan kasus Turki dengan 13 mitra dagangnya yang memakai data secara agregate dan menghasilkan hasil yang tidak dapat meyakinkan. Menggunakan data agregate dapat menyembunyikan pergerakan dari nilai tukar. Studi ini untuk mentest keberadaan fenomena J-curvepada kasus Turki dan 13 mitra dagangnya. Efek jangka pendek dan jangka panjang dari depresiasi nilai mata uang Lira pada neraca perdagangannya diperkirakan dengan pendekatan kointegrasi, dengan pandangan untuk menentukan efek J-curve. Secara empiris hasil yang disarankan bahwa tidak terjadi J-curve terhadap neraca perdagangan bilateral Turki. Namun, dapat dikatakan bahwa depresiasi riil pada nilai mata uang Lira Turki telah memberikan pengaruh yang kuat terhadap neraca perdagangan dengan UK dan USA Nancy Nopeline : Pengaruh Nilai Tukar Riil Terhadap Neraca Perdagangan Bilateral Indonesia Marshall-Lerner Condition Dan Fenomena J-Curve, 2009 USU Repository © 2008 pada jangka panjang, yang mana telah terjadi dan mendukung untuk kondisi Marshall-Lerner ML. Menurut Jungho Baek 2006, dalam penelitiannya meneliti mengenai efek J-curve dan juga perdagangan produk hutan antara US dan Canada. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek dinamis pada nilai tukar US dan Canada pada neraca perdagangan dari produk hutan antara kedua Negara tersebut. Dan juga perhatian yang lebih khusus adalah untuk melihat J-curve: apakah terjadi atau tidak pada neraca perdagangan US untuk perdagangan produk hutan Canada keuntungan dari penurunan nilai mata uang US Dollar. Perdagangan produk hutan antara US dan Canada mencakup lima komoditi hutan yaitu; softwood lumber getah kayu lembut, hardwood lumber getah kayu keras, Produk Kayu Triplek, kayu gelondongan, dan produk kayu lainnya. Dengan menggunakan data kuartalan dari perdagangan bilateral dari tahun 1985 – 2005. Penulis menemukan sedikit bukti-bukti fenomena J-curve untuk perdagangan US – Canada untuk ke lima produk kehutanan yang diperdagangkan. Ini membuktikan bahwa, bahwa dalam jangka pendek, perubahan nilai US Dollar merupakan faktor yang tidak signifikan dalam mempengaruhi perdagangan produk hutan US. Penemuan ini diperkuat dari hasil Buongiorno et al. 1998, Buongiorno and Uusivouri 1991 and Sarker 1996. Sebagai contoh, Buongiorno and Uusivouri 1991 menunjukkan bahwa depresiasi dari US Dollar tidak efektif dalam meningkatkan eksport dari prosuk hutan dalam jangka pendek. Penemuan ini lebih lanjut lagi menyarankan bahwa peningkatan perdagangan produk hutan defisit dan Nancy Nopeline : Pengaruh Nilai Tukar Riil Terhadap Neraca Perdagangan Bilateral Indonesia Marshall-Lerner Condition Dan Fenomena J-Curve, 2009 USU Repository © 2008 mengalami penurunan pada nilai mata uang US Dollar selama tahun 2002 – 2004 tidak dapat dijelaskan dengan efek J-Curve. Dilain pihak, ini ditemukan bahwa nilai tukar memainkan peran yang sangat penting dalam mempengaruhi perilaku jangka panjang dari neraca perdagangan US dengan Canada dalam produk kehutanannya. Hasil ini dikuatkan dengan hasil dari Bolkesjø and Buongiorno 2006 .

2.8 Kerangka Pemikiran