BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Neraca Perdagangan
Trade Balance
Neraca perdagangan trade balance merupakan bagian dari neraca transaksi berjalan current account yang menghitung net trade dari barang
merchandise goods yang merupakan selisih ekspor dengan impor perdagangan
barang Batiz, 1994. Sedangkan neraca transaksi berjalan current account sendiri
menggambarkan arus barang, jasa, dan hadiah. Kindleberger Lindert, 1983 Neraca perdagangan menyediakan informasi tentang ulasan dari performa
perekonomian suatu negara dan juga pola perdagangan sebagaimana tergambarkan dalam perdagangan barangnya.
Ekspor merupakan fungsi dari nilai tukar riil, dan pendapatan riil luar negeri. Sedangkan impor merupakan fungsi dari nilai tukar riil dan pendapatan riil
domestik. Secara simbolis ekspor dan impor domestik dapat dituliskan sebagai berikut:
M = M q,Y .............................................................................. 2.1 M = Mq,Y ..................................................................................... 2.2
Dimana M adalah ekspor domestik, M adalah impor domestik, q adalah nilai tukar riil, Y adalah pendapatan riil domestik, dan Y adalah pendapatan riil luar negeri.
Nancy Nopeline : Pengaruh Nilai Tukar Riil Terhadap Neraca Perdagangan Bilateral Indonesia Marshall-Lerner Condition Dan Fenomena J-Curve, 2009
USU Repository © 2008
Sehingga dengan melakukan subtitusi dari kedua persamaan tersebut, kita memperoleh persamaan neraca perdagangan adalah sebagai berikut:
T = Mq,Y – qMq,Y = Tq, Y,Y ...................................................................................................... 2.3
Dari persamaan 2.3 kita bisa melihat bahwasanya neraca perdagangan dipengaruhi oleh nilai tukar riil, pendapatan riil domestik,dan pendapatan riil luar
negeri.
2.2 Nilai Tukar
2.2.1 Nilai Tukar Nominal dan Nilai Tukar Riil
Para ekonom membedakan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar
nominal adalah harga relatif mata uang dua negara. Sedangkan, nilai tukar riil adalah harga relatif barang-barang di kedua negara, atau kadangkala disebut term of trade.
Hubungan antara kedua nilai tukar ini dirumuskan sebagai berikut Mankiw, 2000 :
Nilai Tukar Riil = Nilai Tukar Nominal x Rasio Tingkat Harga
i
= e x Pd Pf ................................................................................... 2.4
Nancy Nopeline : Pengaruh Nilai Tukar Riil Terhadap Neraca Perdagangan Bilateral Indonesia Marshall-Lerner Condition Dan Fenomena J-Curve, 2009
USU Repository © 2008
Dimana; arg
arg arg
tingkath abarangdomestik
Rasiotingkath a
tingkath abarangluarnegeri
= ............................. 2.5
Dengan demikian, semakin tinggi nilai tukar riil, berarti harga barang- barang luar negeri relatif lebih murah dibandingkan harga barang-barang domestik.
Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya transaksi impor di negara tersebut, sehingga berpengaruh terhadap nilai ekspor bersih NX.
Faktor-faktor yang menentukan nilai tukar riil Mankiw, 2000 :
1. Ekspor bersih
net export NX, tercermin dalam neraca perdagangan current account negara yang bersangkutan.
Ekspor bersih = output nasional – pengeluaran domestik
NX = Y – C + I + G
persamaan tersebut menunjukkan, bahwa dalam perekonomian terbuka open economic, pengeluaran domestik tidak harus sama dengan produksi
domestik. Karena apabila terjadi selisih, maka selisihnya dapat diekspor NX positif atau diimpor NX negatif.
Hubungan antara nilai ekspor bersih dengan nilai tukar riil dapat dirumuskan sebagai:
NX = f i
Nancy Nopeline : Pengaruh Nilai Tukar Riil Terhadap Neraca Perdagangan Bilateral Indonesia Marshall-Lerner Condition Dan Fenomena J-Curve, 2009
USU Repository © 2008
2. Ekspor bersih harus sama dengan investasi asing bersih.
Investasi asing bersih net foreign investment, adalah jumlah tabungan nasional S, dimana S = Y – C – G dikurangi jumlah investasi I di suatu
negara. Atau, investasi asing bersih sama dengan total pinjaman yang diberikan masyarakat dari luar negeri. Jadi, investasi asing bersih
mencerminkan arus dana internasional untuk mendanai akumulasi modal di dalam negeri.
Ekspor bersih = Investasi asing bersih S – I = NX
Persamaan di atas menunjukkan, bahwa arus dana internasional untuk mendanai akumulasi modal serta arus barang dan jasa internasional adalah dua sisi
mata uang yang sama. Jika tabungan melebihi investasi, maka tabungan yang tidak diinvestasikan secara domestik akan dipinjamkan kepada pihak asing yang
membutuhkan, hal ini akan menyebabkan surplus perdagangan bagi negara yang bersangkutan. Tetapi, bila investasi melebihi tabungan, maka kelebihan investasi
tersebut harus didanai dengan dana pinjaman dari luar negeri. Dengan dana pinjaman dari luar negeri ini, memungkinkan negara yang bersangkutan untuk mengimpor lebih
banyak barang dan jasa dari luar negeri daripada mengekspornya, maka terjadilah defisit neraca perdagangan.
Nancy Nopeline : Pengaruh Nilai Tukar Riil Terhadap Neraca Perdagangan Bilateral Indonesia Marshall-Lerner Condition Dan Fenomena J-Curve, 2009
USU Repository © 2008
2.3 Marshall-Lerner Condition
Peningkatan ekspor dan penurunan impor belum tentu akan meningkatkan nilai neraca perdagangan atau net ekspor. Neraca perdagangan hanya akan meningkat
saat nilai tukar riil terdepresiasi bila persyaratan kondisi Marshall-Lerner yang terpenuhi, yaitu apabila jumlah elastisitas ekspor dan elastisitas impor terhadap nilai
tukar riil lebih besar dari 1. Depresiasi nilai tukar itu sendiri pada dasarnya akan mempengaruhi
neraca perdagangan melalui dua cara yaitu melalui perubahan volume dan perubahan nilai. Kondisi Marshall-Lerner menyatakan bahwa perubahan volume akan
mendominasi perubahan nilai, sehingga meskipun nilai impor akan meningkat dan nilai ekspor akan menurun namun peningkatan volume ekspor dan penurunan volume
impor akan mendominasi sehingga secara total neraca perdagangan akan membaik. Namun demikian, ada kecenderungan bahwa elastisitas akan lebih rendah dalam
jangka pendek sehingga kondisi Marshall-Lerner kemungkinan hanya akan terpenuhi pada jangka menengah dan jangka panjang. Fenomena ini dinamakan J-curve,
dimana depresiasi nilai tukar menyebabkan neraca perdagangan pada awalnya akan memburuk sebelum akhirnya meningkat secara permanen. Hal ini disebabkan oleh
pada jangka pendek volume ekspor dan volume impor tidak akan banyak berubah dan pengaruh harga akan lebih mendominasi, sehingga dalam jangka pendek neraca
perdagangan akan memburuk. Terdapat beberapa penjelasan dibalik J-curve ini salah satunya bahwa perdagangan internasional biasanya berjalan berdasarkan kontrak
Nancy Nopeline : Pengaruh Nilai Tukar Riil Terhadap Neraca Perdagangan Bilateral Indonesia Marshall-Lerner Condition Dan Fenomena J-Curve, 2009
USU Repository © 2008
yang sudah ditentukan sebelumnya sehingga perubahan volume ekspor dan impor tidak dapat berubah dengan serta merta mengikuti nilai tukar.
Pada contoh ekstrim lainnya, misalkan elastisitas permintaan ekspor sama dengan nol. Jadi, ketika terjadi depresiasidevaluasi riil, nilai ekspor dalam satuan
mata uang domestik akan tetap sama seperti sebelum terjadi depresiasidevaluasi riil. Agar terjadi perbaikan neraca perdagangan, maka keadaan di atas harus disertai
dengan penurunan nilai impor negara tersebut dalam mata uang domestik. Hal ini dapat terjadi ketika elastisitas permintaan impor lebih besar dari satu. Sehingga
Marshall-Lerner condition menyatakan bahwa, jika suatu negara mengalami depresiasidevaluasi riil, dan jika elastisitas impor dan ekspor masing-masing kurang
dari satu, namun penjumlahan keduanya menghasilkan angka lebih besar dari satu, maka peningkatan impor yang diukur dengan mata uang domestik akan lebih kecil
dari peningkatan ekspor yang diukur dengan mata uang domestik sehingga neraca perdagangan akan mengalami perbaikan. Pembuktian dengan menggunakan
persamaan matematis dapat ditelaah dalam berbagai buku teks ekonomi internasional Caves, Frankel dan Jones, 2002, Krugman dan Obsfelt 2003.
Analisis di atas menggunakan dua asumsi utama. Asumsi pertama adalah negara yang dianalisis berawal dari situasi di mana terjadi keseimbangan
perdagangan. Asumsi kedua menyatakan bahwa elastisitas penawaran tidak terhingga.
Jika asumsi pertama tidak terpenuhi maka Marshall-Lerner condition akan tercapai dengan tambahan keadaan tertentu. Misalkan elastisitas permintaan impor
Nancy Nopeline : Pengaruh Nilai Tukar Riil Terhadap Neraca Perdagangan Bilateral Indonesia Marshall-Lerner Condition Dan Fenomena J-Curve, 2009
USU Repository © 2008
sama dengan nol. Sehingga, nilai impor akan meningkat sama besar dengan perubahan nilai mata uang dalam satuan persentase kasus depresiasidevaluasi riil.
Namun karena neraca perdagangan dalam keadaan defisit, nilai impor awal lebih tinggi dari nilai ekspor. Agar neraca perdagangan mengalami perbaikan, maka
diperlukan peningkatan ekspor dalam satuan persentase yang persentase peningkatannya lebih besar dari persentase perubahan nilai tukar.
Perbedaan nilai elastisitas dalam jangka pendek dan jangka panjang ini
menyebabkan munculnya konsep J-curve atau kurva J. Konsep ini menyatakan bahwa
depresiasidevaluasi riil dalam jangka pendek akan memperburuk neraca perdagangan, namun dalam jangka panjang neraca perdagangan akan membaik ketika
Marshall-Lerner condition terpenuhi.
2.3.1 Kasus Bickerdicke-Robinson-Metzler
Pada kasus Bickerdicke-Robinson-Metzler, kondisi efficacy dari devaluasi mata uang cenderung akan berpengaruh positif terhadap neraca perdagangan Brooks,
Robert and Dietrich Fausten, 1998. Hal tersebut dapat terjadi apabila: 1
Elastisitas penawaran yang tinggi dihubungkan dengan elastisitas permintaan, atau
2 Elastisitas penawaran yang rendah dihubungkan dengan elastisitas permintaan
yang rendah pula.
Nancy Nopeline : Pengaruh Nilai Tukar Riil Terhadap Neraca Perdagangan Bilateral Indonesia Marshall-Lerner Condition Dan Fenomena J-Curve, 2009
USU Repository © 2008
2.4 J-Curve