KETIDAKADILAN SISTEM MATA UANG
B. KETIDAKADILAN SISTEM MATA UANG
Suatu negara berkewajiban menciptakan situasi mata uang yang sehat, kebijakan fiskal, pendapatan yang stabil serta pengawasan yang tepat, termasuk pengawasan tingkat upah untuk meminimalisasi rusaknya mata uang. Kebijakan yang diambil seyogyanya didasarkan tujuan ekonomi yang jelas. 6
Pemerintah dapat membiayai defisit anggaran mereka melalui bantuan, utang atau pinjaman dari sumber domestik maupun eksternal. Salah satu sumber keuangan pemerintah
paling meyakinkan adalah penciptaan uang primer. 7 Hal ini dikarenakan pada penciptaan uang terdapat seignorage yaitu selisih antara modal penciptaan uang dengan nilai nominal yang tertera pada uang kertas. Ia merupakan pajak tidak langsung yang disedot dari pemakainya. Dalam kajian Islam selisih antara ongkos penciptaan uang dengan nilai uang tersebut merupakan sesuatu yang tidak adil. Nilai intrinsik yang terkandung dalam mata uang tidak seimbang dengan nilai komoditas yang didapatkannya. Suatu negara melalui bank sentralnya menciptakan uang atau mata uang dengan ongkos yang sangat murah, sekitar 0,2% dari total nilai yang tertera dalam uang. Artinya dengan nilai yang tidak seimbang 0,2% bank sentral telah mengambil keuntungan 99,8% dari nilai total uang yang diciptakan kemudian
diedarkan kepada masyarakat. Bureau of Engraving and Printing Federal Reserve menyebutkan
5 Safdari Mehdi and Motiee Reza, “An Investigating Zeros Elimination of the National Currency and its Effect on National Economy (Case study in Iran)”, European Journal of Experimental Biology, 2 (4) (2012), 1137
6 M. Umer Chapra, “Negara Sejahtera Islami dan Perannya di Bidang Ekonomi” dalam Ainur R. Shopiaan, ed, Etika Ekonomi Politik: Elemen Strategis Pembangunan Masyarakat Islam (Surabaya: Risalah Gusti, 1997), 4.
7 Insah and Kenneth Baba and Ofori Boateng, “Seignorage Revenue and Inflation in the Ghanaian Economy”, African Journal of Social Sciences, Volume 3 Number 1 (2013): , 20.
JURNAL EkonomiKa
(Suatu Kajian Islam)
bahwa dalam mencetak uang Dollar AS biaya produksi yang dibutuhkan per lembarnya 4,2 sen $(dengan nilai nominal berapapun). Jika nominalnya 1 $, maka nilai nominalnya menjadi 24 kali lipat lebih besar dari nilai intrinsiknya, sementara nilai nominal 10$ akan menjadi 240 kali lipat dari nilai intrinsiknya. Permasalahannya menjadi semakin besar dan kompleks ketika uang kertas berubah fungsi dari alat bayar menjadi suatu barang yang diperjualbelikan. 8 Dengan kata
lain seignorage yang dikantongi oleh the Fed per 1$ sama dengan 95,8 sen (1$ dikurangi 4,2). Sementara 3 miliar jiwa di dunia hidup bersusah payah hanya untuk mendapatkan 2$ sehari. Ini
bukan keadilan tapi eksploitasi, perampokan dan penzaliman. 9
Para ekonom Austria menegaskan sistem moneter seperti itu adalah hasil sejarah panjang dari penyalahgunaan fenomena moneter. Dari dulu para penguasa selalu berusaha untuk memonopoli produksi uang dikarenakan keuntungan nyata dalam mengendalikan kualitas dan kuantitas pasokannya. Proses monopolisasi dimulai dari sertifikasi isi emas pada koin dan kemudian berimplikasi terhadap produksi koin. Munculnya uang kertas (seperti sertifikat deposito emas di bank) dan lembaga penyimpan keuangan memungkinkan mereka “melalui kontrol yang ketat dari sistem perbankan” untuk memanipulasi jumlah uang beredar. Nasionalisasi uang oleh negara terjadi melalui proses pemotongan hubungan antara penerbitan uang kertas dan jumlah emas di kas bank. Terbukti, peredaran jumlah uang sesungguhnya didasarkan oleh keputusan politik, yang disebut dengan uang “fiat”. Negara melalui bank sentral bebas memutuskan untuk meningkatkan pasokan uang hampir tidak terbatas, seperti pengalaman saat perang Jerman dan
hiperinflasi Zimbabwe . 10
Dalam sistem monter dunia, negara-negara berkembang sangat dirugikan akibat monopoli seignorage oleh negara-negara pemilik mata uang kunci. Melalui kekuatan seignorage sumberdaya negara-negara berkembang dirampas, 11 karena ketergantungan terhadap negara- negara maju, sehingga dalam transaksi-transaksi international “terpaksa” menggunakan mata uang mereka seperti Dollar ($), Uero (€) dan Poundsterling (£). Kebanyakan negara berkembang dan kecil (negara tertinggal) di dunia mematok mata uang mereka pada mata uang negara maju atau mitra-mitra dagangnya. Hal ini dilakukan agar fluktuasi harga impor dan ekspor
bisa dikurangi, menghasilkan stabilitas yang lebih besar dalam output dan kesempatan kerja di
8 Arif Pujiyono, “Dinar dan Sistem Standar Tunggal Emas Ditinjau Menurut Sistem Moneter Islam”, Dinamika Pembangunan, Vol. 1 No. 2 / Desember (2004), 145
9 A. Riawan Amin, Satanic Finance (Jakarta: Senaya Abadi, 2009), 120 10 Ekonom Austria dibimbing oleh Ludwiq von Moses dan Friedrich von Hayek. lihat Radu Cristian
Muşetescu and Octavian-Dragomir Jora, “The Theory of Political Monetary (Dis)Integration: a Minor- ity Report from the Perspective of Austrian Economics”, Romanian Journal of European Affairs, Vol.
12, No. 4, December (2012), 26 11 Salah satu contoh adalah jika Amerika Serikat membeli minyak mentah dari Indonesia dengan
menggunakan uang kertas yang baru diedarkan, maka AS akan mendapatkan keuntungan yang luar biasa. Sebab, Indonesia akan memberikan minyak yang didapatkan melalui proses yang sangat pan- jang, kerja keras dan investasi besar. Sementara sebagai gantinya Indonesia hanya akan mendapatkan catatan akuntansi elektronik yang tercantum dalam beberapa komputer. Memang orang Indonesia tidak akan merasa kehilangan sesuatu karena pada saat yang bersamaan dengan uang tersebut bisa membeli barang maupun jasa, akan tetapi kenyataannya AS sanggup mendapatkan minyak hanya dengan kertas yang disulap dengan angka-angka. Ahameed Kameel Mydin Meera, Perampok Bangsa- bangsa: Mengapa Emas Harus Jadi Mata Uang Internasional. Diterjemahkan oleh Yulizar Djamalu- ddin Sanrego (Jakarta: Mizan 2010), 48
96 JURNAL EkonomiKa
(Suatu Kajian Islam)
sektor-sektor ekspor dan impor. Pematokan pada mata uang tunggal umumnya dilakukan oleh negara kecil yang hubungan-hubungan dagang dan finansialnya terpusatkan pada satu mitra
saja. 12 Peran internasional mata uang kunci dunia memberikan sejumlah keuntungan ekonomi
dan politik kepada pemiliknya, Keuntungan tersebut makin besar ketika banyak negara yang mendukung sirkulasinya ke seluruh dunia. Tentu hal ini tidak adil bagi kebanyakan negara berkembang di mana para buruhnya membanting tulang hanya untuk mengejar pendapatan dua sampai lima dollar AS sehari, sementara the Fed dengan mudah leluasa mencetak dollar hampir unlimited.
Ada empat keuntungan diperoleh Amerika Serikat dari hegemoni mata uang dunia, yaitu: pertama adalah potensi seignorage, memperluas sirkulasi mata uang melintasi batas negara menghasilkan setara dengan utang subsidi atau bebas bunga dari luar negeri merupakan keuntungan nyata, seperti dalam catatan Federal Reserve bahwa arus bunga tabungan dari peredaran Dollar di negara lain yang dihitung secara konservatif adalah sekitar 16-22 triliun Dollar per tahun. Kedua, keleluasaan yang tinggi dalam kebijakan makroekonomi yang diberikan sebagai hak istimewa agar bisa menggantungkan nasibnya kepada si pemilik uang dalam membantu membiayai defisit asing. Ketiga, bersifat psikologis yaitu keuntungan dari status dan
prestise yang berlaku dengan dominasi pasar. Masyarakat luas terus-menerus mengingatkan peringkat tinggi Amerika dalam berbagai komunitas bangsa-bangsa. “Great Powers Have Great
Currencies”, akibatnya dollar telah menjadi kuat sebagai simbol keunggulan AS. Dan terakhir adalah keuntungan besar sebagai kekuatan geopolitik yang berasal dari ketergantungan orang lain terhadap moneter. Hal ini dapat digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan luar negeri tanpa kendala atau bahkan untuk digunakan sebagai alat pemaksaan internasional. 13
Menguatnya mata uang kunci dunia seperti halnya dollar AS terhadap mata uang negara- negara lain mengakibatkan utang luar negeri suatu negara juga bertambah. Inilah suatu bukti monopoli mata uang internasional dan ketergantungan masyarakat dunia terhadapnya sangat tidak menguntungkan bahkan dapat membuat perekonomian kacau. Ini juga membuktikan bahwa sistem fiat money sangat fluktuatif dan penuh dengan spekulasi. Bukannya membantu negara-negara berkembang dan tertinggal keluar dari krisis dan segala kesulitan yang membelenggu ekonominya, tapi justru semakin menengggelamkannya ke dalam ekonomi yang lebih parah. 14 Rakyatlah kemudian yang menjadi korban dan terpuruk pada penderitaan dan kemiskinan diakibatkan pengaruh luar biasa dari utang-utang tersebut. 15
Ini bukti bahwa rezim uang yang berlaku saat ini secara inheren tidak stabil, kegagalan manajemen rezim fiat money untuk memberikan uang yang stabil merugikan kelangsungan
12 Kotler, Philip, Jatusripitak, Somkid dan Maesincee, Suvit, Pemasaran Keunggulan Bangsa: Pendekatan Strategis untuk Membangun Kekayaan Nasional. Diterjemahkan oleh Aldi Jenie (Jakarta: Prenhallindo, 1998), 270
13 Mark R. Brawly, Turning Points: Decisions Shaping the Evolution of the Internastional Political Economy (Canada; Broadview Press, ltd, 1998), 170
14 Asyari Hasan, Penyederhanaan Mata uang dalam Axioma Ekonomi Islam (Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 2014), 33
15 Hasan, Penyederhan Mata Uang, 177
JURNAL EkonomiKa
(Suatu Kajian Islam)
hidup jangka panjang masyarakat yang bebas. 16 Perlu dilakukan upaya-upaya konkrit untuk keluar dari cengkraman tersebut. Sebab negara yang statusnya merdeka namun kenyataannya,
itu hanya ilusi tentang kemerdekaan. Dalam kemasan baru dan model baru atas nama kegiatan penanaman modal, pemanfaatan tenaga ahli asing, kemudahan dan kebersamaan, mereka mengkampanyekan proposal penggunaan uang kertas tanpa backing emas, bantuan militer asing dan untuk kepentingan dunia mereka memperdayai dunia ketiga dengan imperialisme baru. Negara-negara sedang berkembang dan kaya sumber daya alam (terutama minyak) menjadi target utama untuk didominasi agar ekonominya ketergantungan kepada kaum kapitalis global melalui berbagai program pembangunan yang didukung oleh utang luar negeri. 17