PRAKTEK REDENOMINASI
C. PRAKTEK REDENOMINASI
Dalam hal melemahnya suatu mata uang dan berakibat hiperinflasi maka hal yang lumrah dilakukan adalah redenominasi, dengan cara mengurangi beberapa nol mata uang. Beberapa negara telah melakukannya, ada yang sukses bahkan tidak sedikit yang gagal
serta mengakibatkan terpuruknya ekonomi. 18 Secara teknis disebut rekalibrasi yang biasanya dilakukan karena inflasi yang signifikan, hiperinflasi, kesepakan serikat moneter dan devaluasi mata uang. 19 Saat redenominasi dilakukan, sebenarnya bertujuan meningkatkan aktifitas dan pertumbuhan ekonomi. Namun pada perjalanannya memiliki beberapa konsekuensi yang tidak diinginkan pada proses kognitif dan perilaku belanja yang tidak hanya berpengaruh positif
terhadap perekonomian namun juga pengaruh negatif. 20 Oleh karenanya sebelum melakukannya harus disokong oleh kondisi ekonomi yang stabil, Inflasi yang terjaga rendah dan adanya
jaminan stabilitas harga. 21 Rentang waktu 1960-2005 kebijakan redenominasi mata uang telah dilakukan sebanyak
62 kali sebagai bagian dari suatu reformasi ekonomi nasional. 22 Secara teknis redenominasi yang dilakukan tersebut bervariasi yaitu; menghapus satu nol mata uang (14 kasus), menghapus enam nol (10 kasus) sedangkan redenominasi median adalah dengan menghapus tiga nol
16 James A. Dorn, “Alternatives to Government Fiat Money”, Cato Journal, Vol.9, No.2 (Fall 1989), 279
17 Darsono Prawironegoro, Ekonomi Politik Globalisasi: Kajian Kriris Kapitalisme dan Perang Dunia Ketiga (Jakarta: Nusantara Consulting, 2010), 141
18 Emmanuel Ojameruaye, “A Qualitative Cost Benefit Assesment of the Redenomination of the Naira”, Tue August 24, (2010), 3, http://www.gamji.com/article6000/NEWS7367.htm (diakses 10 Maret 2014).
19 Rasheed Olajide Alao, “Revisiting the Central Bank of Nigeria August 2007 Proposal on Rede- nomination of the Nigerian Naira”, Journal of African Macroeconomic Review, Vol. 1 No. 1 (2011), 3.
20 Vivian Afi Abui Dzokoto and Edwin Clifford Mensah, “Making Sense of a New Currency: an Explo- ration of Ghanaian Adaptation to the New Ghana Cedi”, Journal of Applied Business and Economics, Vol. 10 Issue 5 (2010), 7.
21 Asyari hasan, Penyederhanaan Mata Uang, 64 22 Duca Ioana, “The National Currency Redenomination Experience in Several Countries-Compar-
ative Analysis”, International Multidisciplinary Symposium Universitaria Simpro, (2005), 1, Hosseini mengatakan sampai dengan tahun 2011 penghilangan beberapa nol dari mata uang telah dilakukan
71 kali di berbagai negara di dunia lihat Seyed Valiollah Mir Hosseini, “Analysis of Lopping Zeros From National Currency of Iran and Some Other Countries”, International Journal of Economics and Man- agement Sciences, Vol. 1, No. 4, (2011), 65.
98 JURNAL EkonomiKa
(Suatu Kajian Islam)
dari mata uang. 19 negara telah melakukan redenominasi pada satu kesempatan, sementara
10 negara telah dua kali meredenominasi mata uangnya (seperti Bolivia pada tahun 1963 dan 1987). 23 Beberapa negara yang sukses melakukan redenominasi adalah polandia dan Islandia, sedangkan Rusia, Argentina, Zimbabwe, Korea Utara dan Brazil tercatat sebagai negara-negara yang gagal dalam melakukan redenominasi, 24 meski Brazil kemudian berhasil melakukannya
pada tahun 1994. Kegagalan disebabkan melakukan redenominasi ketika perekonomian tidak
stabil dan inflasi yang tinggi. 25
Redenominasi mata uang biasanya disebabkan oleh ketidakseimbangan fundamental makroekonomi suatu negara terutama atas dasar kinerja ekonomi makro yang buruk di samping tingkat hiperinflasi tertentu. 26 Namun umumnya argumentasi negara yang melakukan penyederhanaan mata uang adalah mereka yang bermasalah dengan inflasi tinggi atau bahkan hiperinflasi (di atas 50% perbulan) seperti yang dialami oleh Argentina dan Zimbabwe. Karena
itu menghapus angka nol dari mata uang efektif hanya jika saat yang sama dilakukan kebijakan disinflasi sebab hal terpenting dari penghapusan nol adalah mempertahankan nilai mata uang
nasional. 27 Redenominasi menjadi cara pemerintah berusaha untuk menegaskan kembali kedaulatan
moneter. Jika masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap mata uang nasional maka mereka akan menggunakan mata uang asing terutama bagi mereka yang memiiliki modal dan kepentingan besar. Redenominasi juga menjadi cara yang dapat digunakan pemerintah untuk membalikkan
perilaku “penggunaan uang asing” dengan mengganti uang lama dengan mata uang baru. Jika masyarakat yakin suatu uang baru akan terus nilainya, mereka mungkin bersedia untuk beralih
dan tidak menggunakan Euro dan Dollar AS. 28 Redenominasi memiliki dua peran, yaitu:
1. Dapat digunakan pada akhir stabilisasi, untuk menandai warga negara dan pasar swasta yang hari inflasi yang tinggi sudah berakhir. Dalam perannya ini, redenominasi hanya bentuk simbolis. Redenominasi digunakan sebagai simbol untuk proses reformasi, bukan alat untuk mengakhiri tingkat inflasi yang tinggi
2. Selanjutnya, redenominasi dapat digunakan sebagai bagian dari proses stabilisasi, upaya untuk merubah ekspektasi masyarakat terhadap inflasi. 29
23 Lyna Mosley, “Dropping Zeros, Gaining Credibility? Currency Redenomination in Developing Na- tions”. Paper presented at the Annual Meetings of the American Political Science Association, Wash- ington, DC. (2005), 2.
24 Dzokoto and Mensah, “Making Sense of a New Currency , 5. 25 Ioana, “The National Currency Redenomination, 2. Bandingkan dengan Hosseini, “Analysis of
Lopping Zeros, 65-66.
26 Russell Olukayode Christopher Somoye, and Adegbemi Babatunde,Onakoya, “Macroeconomic Implication of Currency Management in Nigeria: a Synthesis of the Literature”, British Journal of Eco- nomics, Finance and Management Sciences Vol. 8 (1) (12 June 2013): 17
27 Mehdi and Reza, “An Investigating Zeros Eliminating, 1-5. 28 Mosley, “Dropping Zeros, Gaining Credibility?, 1. 29 Johan Lianto and Ronald Suryaputra, “The Impact of Redenomination in Indonesia from Indone-
sian Citizens’ Perspective” , Procedia - Social and Behavioral Sciences, Volume 40 , (2012), 3.
JURNAL EkonomiKa
(Suatu Kajian Islam)
Keberhasilan redenominasi tergantung pada beberapa faktor yaitu; Pertama, Tanggapan positif dari warga negara sangat penting. Sebagai contoh adalah kasus Polandia yang melakukan redenominasi mata uang Zloty (zt) tahun 1995 dianggap sebagai upaya perampokan pemerintah untuk mengambil tabungan penduduk yang mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat. Kedua, efek denominasi juga tergantung pada keinginan individu untuk mengurangi penderitaan yang terkait dengan pengeluaran. Hal ini karena pecahan besar secara psikologis kurang sepadan daripada yang lebih kecil yang memungkinkan mereka untuk menggunakannya sebagai perangkat strategis untuk mengontrol dan mengatur pengeluaran. Ketiga, untuk melawan inflasi, sebab secara fundamental ekonomi yang menentukan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan fiskal dan moneter. Akibatnya, restrukturisasi mata uang hanya akan bekerja dengan memperhatikan program stabilisasi ekonomi yang melibatkan nilai tukar, tingkat harga dan tingkat suku bunga secara keseluruhan. 30