Jenis Zakat

1. Jenis Zakat

Terkadang, ada di antara manusia, termasuk umat Islam, bertanya, mengapa kita harus mengeluarkan zakat, khususnya zakat harta, padahal kekayaan yang kita miliki adalah hasil usaha sendiri.Memang benar, kekayaan yang dimiliki atau tabungan dan deposito di bank adalah hasil jerih payah sendiri. Tetapi, bukankah bahan dasar yang digunakan dalam usaha kita tersebut, tidak seluruhnya milik kita, misalnya hasil hutan, pertanian, kelautan, pertambangan, pertanahan, dan jenis usaha lainnya. Bukankah hutan, laut, tanaman, sungai, danau, tanah, dan isi bumi, milik Allah swt.? Hal ini ditegaskan oleh Allah swt sendiri melalui beberapa ayat al- Qur’an, antara lain:

Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikannya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al Baqarah: 29).

Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kukuh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata. (QS Qaaf: 7).

Kepunyaan-Nya-lah semua yang di langit, semuayang di bumi, semua yang ada di antara keduanya dan semua yang ada di bawah tanah. (QS Thaha: 6).

Dari tiga ayat di atas (dari ratusan ayat al-Qur’an berkaitan hal ini), dapat ditarik kesimpulan, bahwa:

? ? Rumah yang ditempati, baik gubuk maupun istana, dibangun di atas tanah, milik Allah swt. Demikian pula, kantor, hotel atau bangunan publik lainnya. Tiang, pintu, dan jendela yang dibuat dari kayu, milik Allah. Kalau pun dibuat dari beton atau besi, beton yang berasal dari campuran pasir, semen, dan air, juga milik Allah. Begitu juga besi yang merupakan salah satu hasil tambang, milik Allah.

? ? Ketika mau ke kebun, pasar, kantor atau tempat kerja, kita berjalan di atas jalan yang juga di bumi milik Allah. Kita dapat berjalan tanpa menginjak bumi dengan cara mengenderai kendaraan, apakah roda dua, roda tiga, atau roda empat. Tetapi bahan baku semua jenis kenderaan itu juga milik Allah. Sebab, besi, karet, kayu, zink, plastik, dan bahan bakar, semuanya berasal dari bumi yang milik Allah swt.

? ? Kita dapat menghindar dari Allah dengan cara tidak tinggal di daratan, tetapi tempatnya hanya ada tiga, yakni: lautan, ruang angkasa, dan galaksi di luar bumi. Tetapi, bukankah ketiga tempat itu juga milik Allah swt.?

? ? Maknanya, ke mana pun pergi, tetap saja kita menggunakan sesuatu yang berasal

JURNAL EkonomiKa

Kesejahteraan Yang Diberkahi

dari ciptaan Allah. Bahkan, tanpa udara beberapa menit saja, kita akan meninggal dunia sementara udara itu milik Allah swt. Katakanlah, disebabkan kecanggihan teknologi dan kesombongan manusia (seperti Firaun), seseorang merasa, dapat menciptakan sendiri keperluan hidupnya tanpa menggunakan sedikit pun bahan baku yang ada di bumi. Tetapi, jika Allah mengambil nyawanya, dia pun akan menjadi mayat yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Sebab, nyawa yang ada di diri kita, bukan milik kita. Tidak heran kalau dalam surah Ar-Rahman, Allah mengulang- ulang ayat: ”maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan.?” sampai tiga puluh satu kali. Hal ini merupakan sindiran Allah swt, betapa manusia tidak pernah puas atas apa yang ada, sekalipun semuanya itu berasal dan milik Allah swt.

Berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an di atas, dapat dimengerti, mengapa syariat Islam mewajibkan umatnya untuk mengeluarkan zakat.Sedangkan khusus mengenai zakat harta, harta yang wajib dikenakan zakat, setidaknya menurut Imam Mawardi, ada empat jenis, yakni:

1) Hewan Ternak Menurut sunnah Rasulullah saw, hewan ternak yang harus dikeluarkan zakatnya

adalah:

a. Zakat Unta Unta yang wajib dikeluarkan zakatnya oleh seseorang jika jumlah untanya,

minimal lima ekor. Zakatnya adalah seekor kambing berumur minimal enam bulan sampai setahun, jika jumlah unta yang dimiliki di antara lima sampai sembilan ekor. Jika jumlah unta yang dimiliki di antara sepuluh sampai empatbelas ekor, zakatnya adalah dua ekor kambing. Sedangkan, bagi jumlah unta sebanyak lima belas sampai sembilan belas ekor, zakatnya adalah tiga ekor kambing. Kalau jumlah unta sebanyak dua puluh ekor sampai dua puluh empat ekor, zakatnya adalah empat ekor kambing. Tetapi, jika jumlah unta sebanyak dua puluh lima sampai tiga puluh lima ekor, zakatnya adalah seekor anak unta betina berumur setahun (ia dapat diganti dengan anak unta jantan sebaya jika tidak ada anak unta betina). Jika jumlah unta mencapai tiga puluh enam sampai empat puluh lima ekor, zakatnya adalah anak unta betina berumur dua tahun. Jika jumlah unta mencapai empat puluh enam sampai enam puluh ekor, zakatnya adalah unta betina berumur tiga tahun dan siap dinaiki. Tetapi, jika jumlah unta mencapai enam puluh satu ekor sampai dengan tujuh puluh lima ekor, besar zakatnya adalah unta betina berusia empat tahun. Kalau jumlah unta mencapai tujuh puluh enam sampai sembilan puluh ekor, zakatnya adalah dua ekor betnia yang berumur setahun. Jika jumlah unta mencapai sembilan puluh satu ekor sampai seratus dua puluh ekor, zakatnya adalah dua ekor unta berusia tiga tahun. Namun, jika jumlah unta melebihi seratus dua puluh ekor, ulama berbeda pendapat mengenai jumlah zakatnya.

Abu Hanifah misalnya, menetapkan jumlah zakat dengan menggunakan perhitungan sejak awal. Sedangkan Imam Malik berpendapat, kelebihan tidak dihitung sampai seratus tiga puluh ekor, dan besar zakatnya adalah seekor unta

berusia tiga tahun dan duan anak unta berusia setahun. Sebaliknya, Imam Syafii berpendapat sedikit berbeda. Menurutnya, jika jumlah unta mencapai seratus dua

36 JURNAL EkonomiKa

Kesejahteraan Yang Diberkahi

puluh satu, maka pada setiap empat puluh ekor unta, zakatnya adalah satu anak unta betina berumur setahun dan pada setiap lima puluh ekor, zakatnya adalah seekor unta yang bersia tiga tahun.

b. Zakat Lembu Berbeda dengan unta, nisab pertama untuk lembu adalah tiga puluh ekor dan

zakatnya adalah anak lembu jantan berusia setahun. Jika jumlah lembu mencapai empat puluh ekor, zakatnya adalah seekor anak lembu betina, berusia lebih setahun. Tetapi, ulama berselisih kalau jumlah lembu melebihi empat puluh ekor. Abu Hanifah misalnya, berpendapat, setiap lima puluh ekor, zakatnya adalah seekor anak lembu betina yang berusia setahun dan seperempat.Sedangkan Imam Syafii berpendapat, lembu yang melebihi empat puluh ekor, tidak ada zakatnya sampai ia berjumlah enam puluh ekor dan zakatnya adalah dua ekor anak lembu berusia enam bulan. Jika jumlah lembu melebihi enam puluh ekor, maka pada setiap tiga puluh ekor, zakatnya adalah seeokor anak lembu berusia enam bulan, dan pada setiap lima puluh ekor lembu, zakatnya adalah seekor anak lembu betina berumur lebih setahun. Tujuh puluh ekor lembu, zakatnya adalah seekor anak lembu jantan berusia lebih setahun dan seekor anak lembu betina berusia enam bulan. Delapan puluh ekor lembu, zakatnya sebanyak dua ekor lembu berusia lebih setahun. Sembilan puluh ekor lembu, zakatnya tiga ekor anak lembu betina berusia setahun lebih. Seratus ekor lembu, zakatnya adalah dua anak ekor lembuh berumur enam bulan dan seekor lembu betina berusia lebih setahun. Seratus sepuluh ekor lembu, zakatnya adalah dua ekor anak lembu betina berumur lebih setahun dan seekor anak lembu berusia enam bulan. Seratus dua puluh ekor lembu, zakatnya adalah salah satu dari alternatif, seperti halnya unta yang berjumlah dua ratus ekor, yakni empat anak lembu berusia enam bulan, atau tiga anak unta yang berusia lebih setahun.

c. Zakat Kambing Berbeda dengan unta dan lembu, kambing dikeluarkan zakatnya setelah

mencapai jumlah di antara empat puluh sampai seratus dua puluh ekor. Zakatnya adalah seekor anak kambing berusia enam bulan atau setahun. Jika jumlah kambing sebanyak seratus dua puluh satu sampai dua ratus ekor, zakatnya adalah dua ekor kambing. Kalau jumlah kambing sebanyak dua ratus satu sampai empat ratus ekor, zakatnya adalah tiga ekor kambing. Selebihnya, zakatnya adalah empat ekor kambing dan setiap seratus ekor kambing, zakatnya seekor kambing. Artinya, jika seseorang memiliki empat ratus sembilan puluh sembilan ekor, zakatnya adalah empat ekor kambing. Tetapi, jika jumlah kambingnya lima ratus ekor, zakatnya lima ekor, dan enam ekor zakat bagi enam ratus kambing.

Selain itu, zakat domba, disamakan dengan kambing, sedangkan kerbau disamakan dengan lembu. Sedangkan zakat unta, tidak disamakan dengan zakat hewan yang lain.

2) Zakat Buah-buahan Berdasarkan syariat Islam, jenis harta kedua yang wajib dikeluarkan zakatnya

adalah buah-buahan, khususnya kurma. Sebab, menurut Imam Syafii, buah yang wajib dikeluarkan zakatnya hanya kurma dan anggur. Sementara menurut Abu Hanifah, semua

JURNAL EkonomiKa

Kesejahteraan Yang Diberkahi

jenis buah mesti dikeluarkan zakatnya. Terlepas dari pendapat mana yang diikuti pembaca, satu hal yang pasti, syarat

dikeluarkan zakat buah-buahan menurut Imam Mawardi, ada dua. Pertama, buah sudah layak dimakan. Kedua, jumlah buah mencapai lima wasaq, yakni: 1.272 kg. Sementara

Abu Hanifah mewajibkan zakat buah, berapa pun banyaknya. Besarnya zakat bagi buah, khususnya kurma dan anggur adalah sepuluh persen bagi

yang diairi sungai sedangkan yang tidak diairi sungai adalah lima persen.

3) Zakat Tanaman Menurut syariat Islam, harta jenis ketiga yang harus dikeluarkan zakatnya adalah

tanaman. Seperti buah-buahan, besaran zakat tanaman juga sama, yakni sepuluh persen dari hasil panen bagi tanaman yang diairi sungai. Sedangkan jika diari dengan sistem irigasi buatan manusia sendiri atau disiram sendiri oleh petani, zakatnya lima persen.

Namun, ada perbedaan pendapat di antara ulama tentang jenis tanaman yang wajib dikeluarkan zakatnya. Abu Hanifah misalnya mewajibkan zakat bagi semua jenis tanaman. Sedangkan Imam Syafii hanya mewajibkan tanaman untuk dimakan atau disimpan pemiliknya yang wajib dikeluarkan zakatnya.

4) Zakat Perak dan Emas Jenis harta keempat yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah perak dan emas.

Besarnya zakat perak adalah dua setengan persen sesuai dengan sabda Rasululla saw: ”Pada perak terdapat dua stengah persen.” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah).

Jumlah nisab perak yang wajib dikeluarkan zakat adalah seharga dua ratus dirham. Jika jumlah perak sebanyak dua ratus lima dirham, zakatnya sebesar dua setengah persen. Maknanya, simpanan perak sejumlah di bawah dua ratus dirham, tidak dikenakan kewajiban zakatnya.

Sama dengan perak, emas juga terkategori harta yang mesti dikeluarkan zakatnya. Berbeda dengan perak, nisab emas yang dikenakan kewajiban zakat adalah sebanyak dua puluh mitsqal atau senilai tiga puluh dirham. Baik emas maupun perak, terkena wajib zakat jika kedua harta tersebut berumur setahun di tangan pemiliknya dan jumlahnya memenuhi ketentuan nisab bagi masing-masing jenis harta tersebut.

Selain zakat emas dan perak, para fuqahah juga menyebutkan zakat hasil tambang dan zakat harta terpendam. Namun, menurut Imam Mawardi, kalangan ulama berbeda pendapat mengenai tambang apa saja yang terkena kewajiban zakat. Abu Hanifah misalnya, berpendapat, tambang yang wajib terkena zakat adalah yang dapat dicetak seperti: emas, perak, tembaga, dan kuningan. Beliau tidak mewajibkan zakat hasil tambang yang tidak dapat dicetak, seperti batu.

Imam Syafii hanya mewajibkan zakat bagi emas dan perak. Sedangkan Abu Yusuf berpendapat, hasil tambang yang wajib dikenakan zakat adalah yang digunakan untuk

perhiasan. Hemat saya, apa pun jenis tambang, asalkan ia merupakan hasil profesi atau pekerjaan sehari-hari yang mendatangkan uang atau penghasilan, hendaknya dikeluarkan

38 JURNAL EkonomiKa

Kesejahteraan Yang Diberkahi

zakatnya. Tentunya, jumlah uang yang diperoleh mencapai nisab yang ditetapkan syariat. Alasan saya, mengapa semua jenis tambang perlu dikeluarkan zakatnya karena

hal itu berlaku terhadap buah-buahan dan tanaman. Sekalipun mayoritas umat Islam di Indonesia, bermazhab Syafii, tetapi mereka mengeluarkan zakat padi. Padahal, menurut Imam Syafii, buah-buahan yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah kurma dan anggur.

Mengapa petani di Indonesia mengeluarkan zakat untuk padi. Dua sebabnya, yakni: Pertama, diqiaskan dengan zakat fitrah yang diberikan dalam bentuk makanan pokok, yakni kurma. Disebabkan di Indonesia, tidak ada kurma sementara beras adalah makanan pokok, makazakat fitrah diberikan dalam bentuk beras. Kedua, panen padi, mendatangkan

penghasilan bagi petani sehingga wajar dikeluarkan zakat jika telah memenuhi nisabnya. Oleh karena itu, hemat saya, berkaitan dengan hasil tambang di atas, apakah emas, perak, intan, tembaga, kuningan, batu bara, pasir, dan batu, jika mendatangkan penghasilan dan nilai uangnya senisab dengan nisab emas serta berada dalam simpanan selama setahun, perlu dikeluarkan zakat. Demikian pula halnya, perhiasan yang digunakan di tubuh sehari- hari yang tidak mencapai nisab (cincin, gelang, atau kalung), tidak perlu dikeluarkan zakatnya. Sebaliknya, jika ia memenuhi nisab, setelah berusia setahun, mesti dikeluarkan zakatnya.

Berkaitan dengan hasil tambang di atas, para fuqahah berbeda pendapat tentang besaran zakat bagi hasil tambang. Menurut Imam Mawardi, ada tiga pendapat ulama berkenaan dengan besaran zakat hasil tambang, yakni:

(a) Dua setengah persen, seperti zakat emas dan perak; (b) Dua puluh persen seperti harta terpendam; (c) Bergantung proses perolehan. Misalnya, jika hasil tambang tersebut

memerlukan banyak pembiyaan, besaran zakatnya, dua setengah persen. Sebaliknya, jika pembiyaannya sedikit, besaran zakatnya adalah dua puluh persen.

Selain hasil tambang, syariat Islam juga menentukan kewajiban zakat bagi harta terpendam yang ditemukan seseorang. Harta terpendam adalah harta yang terpendam sebelum datangnya Islam yang ditemukan di lahan kosong atau di jalanan umum. Jika harta yang terpendam itu berasal dari masa sesudah datang Islam, ia disebut barang temuan. Menurut Imam Mawardi, beberapa hal yang perlu diperhatikan, baik mengenai harta terpendam maupun harta temuan, antara lain:

(a) Harta terpendam maupun harta temuan, menjadi milik penemu jika ia ditemukan di lahan milik negara (bukan milik pribadi) atau di jalanan umum;

(b) Jika harta terpendam atau harta temuan berada di lahan milik seseorang, maka harta tersebut milik pemilik tanah, bukan milik penemu;

(c) Besarnya zakat, baik harta terpendam maupun harta temuan adalah dua puluh persen, sesuai dengan hadis Rasulullah saw: ”Dan di dalam harta terpendam terdapat kewajiban seperlima (dua puluh persen). (Muttafaq alaihi).

JURNAL EkonomiKa

Kesejahteraan Yang Diberkahi

(d) Menurut Abu Hanifah, bagi penemu harta terpendam, terserah baginya, apakah mau mengumumkan harta terpendam itu atau mendiamkannya. Demikian

pula halnya dengan Khalifah di mana jika beliau melihat atau mengetahui seseorang menemukan harta terpendam, terserah bagi khalifah, apakah akan mengambil dua puluh persen dari harta temuan itu atau tidak.

(e) Harta terpendam atau tidak terpendam yang ditemukan sesudah datangnya Islam, pemilik tanah harus mengumumkannya selama setahun. Jika pemiliknya datang, penemu harus menyerahkan harta tersebut. Jika selama setahun, pemiliknya tidak datang, harta tersebut menjadi milik penemu

dengan jaminan, kalau pemiliknya datang, penemu harus menggantinya.