Penyiapan Lahan

10.3 Penyiapan Lahan

Pembukaan lahan dilakukan dengan metode Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB). Sejak tahun 1995, pembukaan lahan dengan cara bakar dilarang oleh pemerintah melalui SK Dirjen Perkebunan No 38 tahun 1995 tentang pelarangan membakar hutan. Pembukaan lahan gambut dengan cara bakar jauh lebih berbahaya dibandingkan pembukaan lahan dengan cara bakar pada lahan biasa. Hal ini karena gambut merupakan bahan bakar dan dapat menyimpan bara di dalam tanah dalam waktu yang lama, sehingga api lebih sulit dipadamkan dan dapat menyebar pada areal yang sangat luas tanpa disadari oleh pembakar.

Pembukaan Lahan

Pembukaan “lahan gambut baru” untuk kegiatan pertanian sebaiknya tidak dianjurkan, terutama jika lahan tersebut masih memiliki tajukan yang utuh (hutan primer atau sekunder) dan/atau memiliki ketebalan gambut yang sangat dalam (>3 m). Sebelum pembukaan “lahan gambut baru” dilakukan, sangat dianjurkan untuk mengidentifikasi lahan-lahan lain, terutama pada lahan mineral dan gambut yang telah dibuka tapi ketebalannya kurang dari

3 meter, untuk kegiatan budidaya pertanian dan/atau perkebunan. Jika karena pertimbangan-pertimbangan tertentu, kegiatan pembukaan lahan baru harus dilakukan, maka pelaksanakan disarankan mengikuti tahapan sebagai berikut:

1) Tahap pengimasan yaitu pemotongan dan penebasan semak dan pohon

berdiameter kurang dari 10 cm. Pemotongan dengan menggunakan parang dan kampak, dilakukan rata dengan permukaan tanah agar tidak menghalangi pengangkutan kayu;

2) Tahap penumbangan yaitu penebangan tumbuhan kayu berdiameter

lebih dari 10 cm dengan menggunakan mesin pemotong atau chainsaw. Penumbangan pohon dilakukan secara sejajar agar kayu tidak saling tumpang tindih. Tunggul yang disisakan berkisar antara 50 - 75 cm tergantung dari besarnya pohon. Semakin besar, biasanya tunggul yang tersisa semakin tinggi tetapi tidak melebihi 75 cm;

Panduan Pengelolaan Lahan Gambut

Bab 10. Budidaya Tanaman Tahunan

3) Tahap pemotongan kayu yaitu pemotongan kayu hingga berukuran 6

m. Pada tahap ini, cabang dan ranting dilepaskan dari batang utamanya;

4) Tahap pengumpulan kayu, ranting dan dedaunan di suatu tempat yang

ditentukan. Pengumpulan pada areal yang luas dapat menggunakan buldoser, tetapi pada beberapa kasus terutama di musim hujan akan mengalami kendala mengingat daya tumpu tanah gambut yang tidak kuat menahan beban yang berat. Jika ini terjadi satu-satunya jalan menggunakan tenaga kerja manusia. Kayu diangkut ke luar lokasi untuk dijual, sedangkan ranting-ranting kecil dan dedaunan yang tersisa dikumpulkan di suatu tempat atau dapat dijadikan kompos atau bahan bakar;

5) Tahap pengumpulan serasah (ranting dan dedaunan) dapat dilakukan

dengan menggunakan tiga metode yaitu:

a) Serasah dikumpulkan di suatu tempat yang paling rendah, kemudian dipotong kecil-kecil dan ditimbun;

b) Serasah dipotong kecil-kecil lalu ditimbun di jalur-jalur yang dibuat sejajar dengan calon barisan tanaman;

c) Serasah ditimbun di suatu tempat yang dikelilingi parit berair kemudian dibakar setelah kering. Proses pembakaran dilakukan pada pagi hari dan pada saat angin tidak kencang. Selama proses pembakaran, harus diawasi agar api tidak meluas ke luar dari tempat pembakaran. Namun lebih disarankan agar serasah ini dijadikan kompos atau bokasi daripada dibakar.

Pembangunan Saluran Irigasi Dan Drainase

Beberapa jenis tanaman seperti Kelapa sawit, Coklat dan Kopi tidak tahan terhadap genangan dan kekeringan. Oleh sebab itu, kedalaman air di lahan harus dijaga sesuai dengan kebutuhannya (lihat Bab 5). Bangunan-bangunan saluran yang dibangun disesuaikan dengan luas areal pertanaman. Hal penting yang harus diperhatikan adalah perencanaan harus cermat, porositas gambut diperhitungkan, perbedaan ketinggian luapan air di musim hujan dan di musim kemarau diperhatikan, dan pintu-pintu air harus disediakan.

Panduan Pengelolaan Lahan Gambut

Bab 10. Budidaya Tanaman Tahunan

Penanaman Tanaman Penutup Tanah Dan Pelindung

Penanaman tanaman penutup tanah diperlukan, terutama pada: pertanaman monokultur, tanaman yang belum dewasa, dan lahan yang sudah dibuka tetapi tidak segera ditanami. Apabila tanaman utama sudah ditanam, tanaman penutup hanya boleh ditanam di luar daerah perakaran atau piringan tanaman. Beberapa jenis tanaman penutup tanah yang sering digunakan adalah Kacang asu (Calopogonium muconoides), Vigna (Vigna hesei), dan Indigofera (Indigofera hendecaphila) (Najiyati dan Danarti, 2004).

Selain tanaman pentutup tanah, beberapa jenis tanaman seperti kopi dan coklat memerlukan tanaman pelindung yang sudah harus tumbuh sebelum tanaman utama ditanam. Jenis tanaman pelindung yang sering digunakan antara lain Dadap (Erythrina lithosperma), Lamtoro (Leucaena glauca sp), Sengon laut (Albazia falcata), dan Gliricide (Gliricideae sp). Tanaman pelindung ini, terutama Gliricide dan Lamtoro sering pula dimanfaatkan sebagai tanaman pagar.

Tanaman penutup tanah dan pelindung memiliki fungsi sebagai berikut (Najiyati dan Danarti 2004):

1) Mencegah erosi dan mempertahankan kelembaban tanah di musim

kemarau;

2) Mencegah tumbuhnya gulma;

3) Hasil pangkasannya dapat digunakan sebagai makanan ternak dan bahan

pembuatan kompos/bokasi;

4) Beberapa jenis tanaman penutup tanah dan pelindung memiliki bintil

akar yang dapat menyuburkan tanah;

5) Kanopi/tajuk tanaman pelindung dapat mengurangi pencahayaan

matahari sehingga sesuai dengan kebutuhan tanaman utama;

6) Kanopi tanaman pelidung dapat menahan angin sehingga melindungi

kerusakan tajuk tanaman utama;

7) Kanopi tanaman pelindung dapat mengurangi hempasan angin dan air

hujan yang dapat merusak bibit tanaman utama di bawahnya.

Panduan Pengelolaan Lahan Gambut

Bab 10. Budidaya Tanaman Tahunan