Konsep Pengolahan Site
6.2. Konsep Pengolahan Site
6.2.1 Site
Site berada di Kawasan Pasar Waru, Kelurahan Kaligawe yang termasuk dalam BWK V Kota Semarang.
Gambar 6.1 Peta Lokasi Site Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar 6.1 Peta Lokasi Site Sumber : Dokumentasi Pribadi
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Batas - batas site sebagai berikut :
Sebelah Utara
: Jalan Sawah Besar 4
Sebelah Selatan
: SDN 1 Kaligawe, perumahan
Sebelah Barat
: Kelurahan Kaligawe
Sebelah Timur
: Jalan Tol Muktiharjo
Gambar 6.2 Batas Site Sumber : Dokumentasi Pribadi
Site terletak lebih rendah dari jalan raya, -0,5 m
Jalan Sawah Besar
Pasar Waru
SDN 1 Kaligawe
Jalan Lingkungan
Jalan Sawah Besar
Pemukiman Pemukiman
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
faktor standar urban design dalam pemilihan site antara lain:
1. Kapasitas : Kapasitas berdasar sensitifitas sumber alam yang terdapat di site.
2. Kepadatan : Artinya daya dukung lahan masih dimungkinkan pembangunan baru.
3. Iklim : Karakter iklim spesifik sesuai fungsi sehingga pengguna merasa aman dan nyaman terhadap berbagai gejala dan gangguan alam.
4. Kemiringan : Bangunan pada site miring dibuat berjenjang untuk mencegah erosi, rusaknya tanaman, mengurangi volume air tanah dan merusak ekosistem laut.
5. Vegetasi : Vegetasi alami dijadikan objek dan bagian dari bangunan.
6. Akses : Sarana pendukung berupa alat transportasi yang aman dan nyaman menjadi pertimbangan para konsumen dalam menentukan lokasi tempat tinggal.
7. Energi dan Utilitas : Lokasi dengan sarana infrastruktur kota yang lengkap memiliki nilai lebih daripada lokasi dengan infrastruktur yang tidak memadai.
6.2.2. Konsep Pencapaian
Main
Entrance
diletakkan pada area Jalan sawah besar 4. Merupakan
aman bagi keluar masuk kendaraan
Main entrance hanya disediakan satu area untuk keamanan dan kenyamanan penghuni sehingga orang yang keluar masuk kawasan dapat dikontrol oleh petugas keamanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
6.2.3. Konsep Sirkulasi
Dari hasil pencapaian site, diperoleh konsep sirkulasi sebagai berikut:
Gambar 6.4 Konsep Sirkulasi Sumber: Dokumen Pribadi
· Jalur sirkulasi dibuat satu jalur agar tidak mengganggu kegiatan
penghuni rumah susun. · Pemisahan area masuk dan keluar untuk menghindari crowded
kendaraan yang melalui area ini.
Parkir Penghuni
MAIN ENTRANCE
Pasar Waru
Parkir Pengunjung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
6.2.4. Konsep Noise
Gambar 6.5 Konsep Noise Sumber: Dokumen Pribadi
Keterangan:
Tanaman Sebagai Barier Noise
Area Transisi
Area Servis dan Pengelola
Menjauhkan bising pasar
dengan penempatan
area Servis
dan pengelola rusunawa.
Barier berupa tanaman dan area transisi yang berfungsi sebagai area pedestrian dan kebun sehingga
karena jarak jalan tol ke hunian ± 100m
Area Transisi sebagai jalan pedestrian untuk anak sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
6.2.5. Konsep Klimatologis
6.2.5.a. Sistem Pencahayaan Alami
Sistem pencahayaan yang digunakan adalah system pencahayaan alami dengan memanfaatkan sinar matahari yang
dipadukan dengan lampu listrik.
Bangunan yang berada di sekitar site merupakan pemukiman dengan tipe bangunan rendah sehingga matahari dapat menyinari site sepanjang hari tanpa ada halangan.
Alternatif solusi untuk penanganan matahari dan pencahayaan alami adalah sebagai berikut: · Orientasi massa bangunan
Sesuai dengan garis edar matahari, orientasi massa bangunan memanjang dari timur ke barat dengan bukaan berada disisi utara- selatan.
Gambar 6.6 Orientasi massa Sumber: Dokumen Pribadi Gambar 6.6 Orientasi massa Sumber: Dokumen Pribadi
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
· Bukaan
Bukaan dimaksimalkan pada sisi utara. Bukaan pada sisi selatan sebaiknya dihindari khusunya pada permukaan yang selalu terkena radiasi matahari pada saat intensitas tinggi.
Penggunaan sun shading pada bukaan sehingga matahari tidak diterima secara langsung oleh bangunan.
Gambar 6.7 Sun Shading
Sumber: www.ideas-for-home-decorating.com , 2011
· Barier
Barier Berupa vegetasi ataupun bangunan dan pagar sebagai penghalang sinar matahari yang kurang menguntungkan.
Gambar 6.8 Barier Tanaman
Sumber: www.ideas-for-home-decorating.com , 2011 Sumber: www.ideas-for-home-decorating.com , 2011
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
· Material
Penggunaan material sebagai solusi permasalahan denga sinar matahari, dimana material berperan sebagai filter sinar dan mengurangi kesilauan (glare) dalam bangunan.
6.2.5.b. Konsep Penghawaan Alami
Dalam kaitannya dengan sistem penghawaan dalam bangunan, standar luasan bukan minimal dalam bangunan
asalah 1/3 luas lantai atau sesuai dengan perhitungan menggunakan rumus.
· Natural Ventilation
Gambar 6.9 Natural Ventilation Sumber: www.wiki.aia.org , 2011
· Vegetation Cooling
Gambar 6.10 Vegetation Cooling Sumber: www.aila.org.au , 2011 Gambar 6.10 Vegetation Cooling Sumber: www.aila.org.au , 2011
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
· Water Cooling
Gambar 6.11 Water Cooling Sumber: www.property96.com , 2011
6.2.6. Lansekap
Lansekap efektif untuk memodifikasi lingkungan thermal. Faktor perancangan yang mempengaruhi kontribusi kenyaman indoor dan outdoor antara lain : - lebar area tertanaman sekitar bangunan - tipe tanaman : semak, pohon. rumput, bunga, anggur rambat, pergola
dan lain sebagainya Kualitas kontribusi perencanaan area hijau lingkungan urban
ditentukan oleh : - ukuran total open space yang tersedia dengan populasi - pembagian kedalam persil individual dan lokasi dalam hubungan area
hunian - perencanaan detail openspace : fasilitas, vegetasi cover tanah, akses ke area dan jalur internal
Tipe Lansekap : - Pohon dengan kanopi tinggi dan pergola dinding /jendela menyediakan naungan dan mengurangi kelebihan panas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
- Tanaman rambat seluruh dinding dan semak yang tinggi sebelah dinding berfungsi sebagai shadding juga mengurangi kecepatan angin. - Tanaman rimbun dekat bangunan dapat mengurangi temperature udara kulit bangunan dan mengurangi konduktif dan infiltrasi pertumbuhan panas.
- Penutup tanah dengan tanaman sekitar bangunan mengurangi
pemantulan radiasi panas dan radiasi gelombang panjang.
Ø Hard Landscape
Gambar 6.12 Konsep jalan pada site Sumber: Dokumen Pribadi
Material Paving gras pada jalur pedestrian sebagai jalur penghubung antara bangunan.
Material paving blok pada
area transisi sebagai jalur pedestrian
Jalan
aspal
digunakan sebagai jalur kendaraan.
Penggunaan
jalan
kerikil sebagai area open space, komunal, dan pedestrian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Keterangan : Jalan aspal Paving block Paving gras Jalan kerikil Biopori
- Jalur kendaraan menggunakan bahan aspal halus sehingga
dapat memberikan kenyamanan. - Jalur pedestrian menggunakan pavingblock/ pavinggrass
sehingga air hujan dapat masuk ketanah. - Pada plasa penghubung antar bangunan menggunakan berbagai variasi material yaitu batu-bata, pavinggrass, paving sehingga air hujan dapat meresap dengan baik
- Street furniture yang digunakan memiliki fungsi ganda seperti pembatas sekaligus tempat duduk sehingga efisien dalam pengerjaan. Selain itu dipilih material reuse seperti batu-bata sekam, kayu bekas yang dapat menampilkan konsep eko pada desain.
- Penggunaan biopori dan sumur resapan untuk mempermudah peresapan air hujan dan sebagai usaha konservasi air.
Ø Softscape Landscape Softscape landscape merupakan elemen vegetasi/tanaman.
Bahan Soft landscape meliputi setiap lapisan dari urutan ekologi: tanaman air, tanaman semi-akuatik, tanaman lapangan lapisan (termasuk rumput dan tanaman herba) semak dan pohon. Tanaman mempunyai berbagai fungsi seperti relaksasi, perkuatan tanah, penyerap polusi udara, dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Nama
Stratifikasi
Toleran terhadap
cahaya langsung
Siklus Hidup
Amanilis
Herba
Dua musim Anggrek
Herba
Tahunan Anyelir
Herba
Semusim Aster
Penutup tanah
Tahunan Azela
Perdu
Tahunan Bambu-bambuan
Perdu
Tahunan Bayam merah
Herba
Semusim Bunga sepatu
perdu
Tahunan Cemara-cemaraan
Pohon
Tahunan Filea
Penutup tanah
Dua musim Hemigrafis
Penutup tanah
Tahunan Jengger ayam
Herba
Semusim Jeruk keprok
Perdu
Tahunan Kenari
Pohon
Tahunan Krokot
Penutup tanah
Semusim Lantana
Penutup tanah
Tahunan Liliparis
Penutup tanah
Tahunan Mangga
Pohon
Tahunan Maranta
Herba
Tahunan Merrygold
Herba
Tahunan Monstera
liana
Tahunan Palm-palman
Pohon/perdu
Tahunan Tahunan
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Rumput Bermuda
Penutup tanah
Tahunan Sawo
pohon
Tahunan Skindapsus
Liana
Tahunan Sikas
Perdu
Tahunan Soka
Perdu
Tahunan Tapak dara
Herba
Tahunan Suplir
Herba
Tahunan Sutera bombai
Penutup tanah
Semusim Terang bulan
Perdu
Tahunan Wali songo
Perdu / pohon
Tahunan
Tabel 6.21 Jenis tanaman Tropis
Gambar 6.13 Konsep Penataan Softscape Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber : Arifin, Nurhayati HS. Taman Dalam Ruang. Hal. 71
Tanaman Buah Sebagai konservasi air sekaligus sebagai
peneduh, penghasil ekonomi
Tanaman peneduh untuk open space, area komunal, dan area olahraga
Tanaman sebagai pengendali erosi karena site dikelilingi lahan rob sehingga diperlukan tanaman
Tanaman Pengarah Kendaraan sekaligus sebagai peneduh
trotoar (pedestrian) trotoar (pedestrian)
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Keterangan : Tanaman Pengarah Tanaman penguat tanah Tanaman buah Tanaman Peneduh
6.2.7. Konsep Sirkulasi
· Sirkulasi Vertikal
Transportasi dalam bangunan menggunakan tangga. Diantaranya bentuk tangga dan efisiensi ruang, sebagai berikut:
Gambar 6.14 Bentuk Tangga dan Efisiensi Sumber : Ernst Neufert, Data Arsitek Jilid 2 Hal.175 Gambar 6.14 Bentuk Tangga dan Efisiensi Sumber : Ernst Neufert, Data Arsitek Jilid 2 Hal.175
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
· Sirkulasi Horisontal
Untuk menunjang kelancaran sirkulasi perlu adanya sistem sirkulasi yang baik. Sistem sirkulasi dalam bangunan akan menentukan pola-pola ruang yang ada, sehingga pola sirkulasi merupakan pembentukan dari ruang itu linier.
Site merupakan lahan dengan kondisi rawan banjir sehingga diperlukan adanya peninggian jalan terutama jalan kendaraan sehingga di waktu banjir penghuni masih dapat melalui site dengan aman. Jalan lingkungan telah dinaikkan 50cm. jalan site dinaikkan
50 cm lagi.
· Sirkulasi Difabel
· Fasilitas harus dapat dicapai oleh mereka yang memakai kursi
roda maupun alat bantu lain. ü rute yang dapat diakses terdiri atas permukaan jalan selasar
dengan lereng maksimum 1:20, diberi tanda apabila ada persimpangan dengan jalan kendaraan, ruang bebas pada tiap elemen yang dapat diakses gang, landaian atau ramp, pinggiran lereng, dan lift.
ü permukaan lantai harus kokoh, stabil, dan tidak licin ü hindari perubahan ketinggian dan penggunaan tangga ü pergunakan landaian seperlunya
· Fasilitas harus dapat dipakai
ü ruang sirkulasi harus mencukupi agar pergerakan tetap
nyaman ü semua fasilitas publik harus dilengkapi dengan fixtur yang dirancang untuk penderita tunadaksa/cacat/difabel nyaman ü semua fasilitas publik harus dilengkapi dengan fixtur yang dirancang untuk penderita tunadaksa/cacat/difabel
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
· Parkir
Banyaknya jumlah kendaraan untuk menentukan kebutuhan luas parkir, antara lain : - Ukuran dan jenis kendaraan yang ditampung - Mempunyai keamanan yang baik dan terlindung dari panas
pancaran sinar matahari - Cukup penerangan cahaya di malam hari
- Tersedia sarana penunjang parkir seperti ruang tunggu sopir - Waktu penggunaan dan pemanfaatan tempat parkir
Parkir sepeda (Cycle Locker)
Parkir sepeda disediakan didalam bangunan. Menggunakan tapping rail untuk mencegah pencurian. Parkir sepeda yang baik dibangun terpisah dengan ruang parkir mobil.
Standar Kebutuhan Luas Parkir Kendaaran.
Tabel 6.22 Standar Kebutuhan Luas Parkir Kendaaran. Sumber : Pedoman Perencanaan Tata Bangunan DTK DK
Bangunan flat/apartemen
Bangunan wisma bukan flat
Luas lantai 90 m2 ke atas Luas lantai 90-70 m2 Luas lantai 70 m2 ke bawah Harus menyediakan tempat parkir di luar ROW
1 unit/1 mobil
2 unit/1 mobil
5 unit/1 mobil
1 bangunan/1 mobil 1 bangunan/1 mobil
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
6.2.8. Zonifikasi Site
· Zoning Horisontal Merupakan zoning kawasan yang berkaitan dengan kondisi
eksisting kawasan sekitarnya serta berkaitan dengan sirkulasi bangunan dengan kawasan sekitarnya. Dalam penzoningan ini potensi dan keadaan kawasan sangat berpengaruh terhadap hasil penzoningan, dan penzoningan ini dibagi dalam tiga cara : · Zona yang berkaitan langsung dengan kegiatan publik dan bersifat
terbuka bagi kawasan. · Zona yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan umum
dan kawasan. · Zona privat kawasan yang merupakan sifat tertutup.
Gambar 6.15 Zoning Horisontal Sumber: Analisis Pribadi Gambar 6.15 Zoning Horisontal Sumber: Analisis Pribadi
Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur
Keterangan :
Publik Privat
Semi Privat Service
· Zoning vertikal Zoning vertikal, menzoningkan bangunan berdasarkan sifat
kegiatan yang berlangsung, dibagikan dalam tiga cara : · Zona tenang
Untuk kegiatan yang memerlukan ketenangan tinggi seperti kegiatan hunian.
· Zona transisi Merupakan zona perpindahan bersifat sebagai foyer atau pergantian ruang dari zona prifat ke zona publik atau sebaliknya.
· Zona publik Merupakan zona yang dapat dimasuki oleh publik atau umum
sesuai dengan kegiatannya yang bersifat terbuka seperti kegiatan berkumpul.
Gambar 6.16 Zoning Horisontal Sumber: Analisis Pribadi
Lantai 1
Lantai 2
Lantai 3
Lantai 4