Unsur Pokok eko-arsitektur

c. Energi

Dalam kehidupannya, manusia tidak pernah lepas dari kebutuhan akan energi. Penggunaan energi yang tidak terkendali menyebabkan adanya pemborosan energi yang sebenarnya dapat disimpan untuk generasi mendatang, adanya kelebihan pembakaran yang menyebabkan berlebihnya kandungan karbondioksida maupun karbonmonosida di atmosfer yang mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan global. Pembangkitan energi dalam bentuk apapun selalu membebani lingkungan alam. Energi dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu energi yang terbarukan dan energi yang tidak terbarukan, menurut tabel berikut (Dasardasar arsitektur ekologis , Heinz Frick, 2007: 65).

d. Bumi

Sepertiga dari manusia menghuni rumah dari tanah liat yang diambil dari dalam bumi (pasir, kerikil, batu-batuan, tanah liat, logam, sulfur, dan mineral lainnya). Mulai awal abad yang ke-19 muncul bahan bangunan modern seperti semen porland sebagai bahan dasar beton, baja, kaca, alumunium, plastik, dan bahan sintesis lainnya. Meskipun bahan ini juga Sepertiga dari manusia menghuni rumah dari tanah liat yang diambil dari dalam bumi (pasir, kerikil, batu-batuan, tanah liat, logam, sulfur, dan mineral lainnya). Mulai awal abad yang ke-19 muncul bahan bangunan modern seperti semen porland sebagai bahan dasar beton, baja, kaca, alumunium, plastik, dan bahan sintesis lainnya. Meskipun bahan ini juga

Rusunawa Kaligawe

Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

berasal dari bahan baku bumi, namun bahan tersebut telah mengalami transformasi yang keadaan entropinya (merupakan istilah dalam ilmu termodinamika untuk menggambarkan arah suatu proses yang tidak dapat memutarbalikkan) rendah.

Eksploitasi bahan baku yang berada pada permukaan bumi biasanya dilakukan oleh manusia dengan cara mencuri dan meninggalkan kegersangan. Berkurangnya volume hutan di kalimantan cukup memberi gambaran bahwa perilaku manusia lebih banyak pada tindakan pemanfaatan alam bahkan pengrusakan tanpa menghiraukan kelestrariannya. Masalah bumi akhirnya bukan hanya menyangkut permasalahan eksploitasi bahan baku semata

melainkan juga adalah sampah dengan volume yang meningkat tajam. Tidak hanya di rumah tangga, melainkan juga di kawasan industri dan pembangunan.

Tanah sebagai tempat untuk berdirinya suatu bangunan juga turut mendapat perhatian dalam perencanaan ekologi arsitektur. Fungsi tanah selain sebagai media tumbuhnya vegetasi, juga sebagai penyimpan air dan mengalirkan ke area yang lebih rendah. Oleh sebab itu, perencanaan ekologi arsitektur mengupayakan suatu konservasi agar tanah tidak mengalami kerusakan dan tetap terpelihara.