Analisis Pengolahan Site

5.2. Analisis Pengolahan Site

5.2.1. Analisis Site

Dalam perencanaan dan perancangan rusunawa Kaligawe, faktor standar urban design dalam pemilihan site antara lain:

1. Kapasitas : Kapasitas berdasar sensitifitas sumber alam yang terdapat di site.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

2. Kepadatan : Artinya daya dukung lahan masih dimungkinkan pembangunan baru.

3. Iklim : Karakter iklim spesifik sesuai fungsi sehingga pengguna merasa aman dan nyaman terhadap berbagai gejala dan gangguan

alam.

4. Kemiringan : Bangunan pada site miring dibuat berjenjang untuk mencegah erosi, rusaknya tanaman, mengurangi volume air tanah dan merusak ekosistem laut.

5. Vegetasi : Vegetasi alami dijadikan objek dan bagian dari bangunan.

6. Akses : Sarana pendukung berupa alat transportasi yang aman dan nyaman menjadi pertimbangan para konsumen dalam menentukan lokasi tempat tinggal.

7. Energi dan Utilitas : Lokasi dengan sarana infrastruktur kota yang lengkap memiliki nilai lebih daripada lokasi dengan infrastruktur yang tidak memadai.

Site berada di Kawasan Pasar Waru, Kaligawe dengan batas site sebagai berikut :

Sebelah Utara

: Jalan Sawah Besar 4

Sebelah Selatan : SDN 1 Kaligawe, perumahan

Sebelah Barat

: Kelurahan Kaligawe

Sebelah Timur

: Jalan Tol Muktiharjo : Jalan Tol Muktiharjo

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

Gambar 5.1 Peta Lokasi Site Sumber : Dokumentasi Pribadi

Site terletak lebih rendah dari jalan raya, -0,5 m

5.2.2. Analisis Pencapaian

Tujuan: · Mendapatkan pencapaian site yang baik sesuai dengan fungsi

Jalan Sawah Besar 4

Pasar Waru

SDN 1 Kaligawe

Jalan Lingkungan

Jalan Sawah Besar 5

Pemukiman Pemukiman

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

Dasar Pertimbangan: · Kemudahan dan keamanan untuk pencapaian menuju dan dari site · Kondisi dan pola sirkulasi di sekitar site

· Pengelompokan kegiatan yang diwadahi Analisis:

· Alternatif pencapaian utama menuju site (ME) : melalui jalan yang merupakan jalur (berdasarkan tata ruang wilayah Semarang) yang

langsung dapat mengakses ke dalam site. · Alternatif pencapaian:

Alternatif Pola Sirkulasi Bangunan Terhadap Tapak

Analisa

Pencapaian Frontal

Sistem pencapaian yang memberi arah yang jelas dan langsung tetapi kurang memberi peralihan ruang.

Pencapaian Samping

Pencapaian yang memberi pengarahan tidak langsung, pencapaian dapat dibelokkan beberapa kali untuk memberikan suatu peralihan dalam menonjolkan objek.

Pencapaian Memutar

Pencapaian dengan memberikan suatu peralihan, serta memberi kejutan dan menjaga privasi bangunan Pencapaian dengan memberikan suatu peralihan, serta memberi kejutan dan menjaga privasi bangunan

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

Gambar 5.2 Analisis Pencapaian ME

Sumber: Analisis Pribadi

Menuju kota

15 menit

Site berjarak 5-7 menit dari jl. Raya Kaligawe

Ke arah industri 5-15 menit

Tol Muktiharjo

Jalan dua arah

Jalan Lingkungan lebih rendah dari site 0.5 m sehingga sering menjadi genangan rob

Jl. Sawah Besar 4 dengan ground cover berupa paving. Merupakan jalan dua arah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

Hasil Analisa:

Gambar 5.3 Hasil Analisis Pencapaian ME Sumber: Analisis Pribadi

5.2.3. Analisis Noise Dasar Pertimbangan:

· Arah datang sumber bunyi · Untuk kegiatan yang membutuhkan tingkat privasi dan konsentrasi

yang tinggi

Analisa:

· Tingkat kebisingan cukuo tinggi berasal dari · Tingkat kebisingan sedang · Tingkat kebisingan rendah

Ø Aspek Eko-Arsitektur: · Penggunaan barier tanaman sebagai pereduksi suara

Main Entrance diletakkan pada area Jalan sawah besar 4. Merupakan jalan Lingkungan yang aman bagi

Main entrance hanya disediakan satu area untuk keamanan

dan kenyamanan

penghuni sehingga orang yang keluar masuk kawasan dapat

dikontrol oleh petugas keamanan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

Gambar 5.4 Analisis Noise Sumber: Analisis Pribadi

· Noise Pada Site berasal dari jalan tol, pasar waru, dan pemukiman. · Noise paling tinggi berasal dari jalan tol yang berada di sebelah timur site dan

noise dari pasar waru yang berada di sebelah barat site. · Noise juga berasal dari pemukiman yang berada di sekitar pemukiman karena

diantara pemukiman terdapat industri seperti tempat pengumpulan barang bekas.

Bising dari Jalan Tol

meredam suara bising.

Noise dari pasar waru terjadi setiap hari

dari pukul 03.00-15.00. diperlukan

barier atau

menjauhkan area

privat dari pasar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

Hasil Analisis:

Gambar 5.5 Hasil Analisis Noise Sumber: Analisis Pribadi

Keterangan

Tanaman Sebagai Barier Noise

Area Transisi

Area Servis

5.2.4. Analisis Klimatologis Tujuan:

· Menghasilkan desain dengan kenyamanan thermal dan

kenyamanan pencahayaan alami

Menjauhkan bising pasar

dengan penempatan

area Servis

dan pengelola rusunawa.

Barier berupa tanaman dan area transisi yang berfungsi sebagai area pedestrian dan kebun sehingga

dapat

meredam bising karena jarak jalan tol ke hunian ± 100m

Area Transisi sebagai jalan pedestrian

untuk

anak

sekolah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

Dasar Pertimbangan:

· Arah datang sinar matahari · Arah angin · Kecepatan angin · Fungsi ruang

5.2.4.a. Analisis Matahari

Gambar 5.6 Analisis Matahari Sumber: Analisis Pribadi

· Cahaya matahari pagi bersifat menyehatkan. Dapat dimanfaatkan untuk ruang-ruang yang membutuhkan matahari pagi, seperti aarea

olahraga, kamar, dsb. Sehingga ruangan tidak lembab dan dapat menghemat biaya penggunaan lampu/penerangan buatan.

· Cahaya matahari siang dan sore bersifat silau dan mempunyai efek yang kurang baik untuk kesehatan. Menghindari penempatan

ruang-ruang yang membutuhkan kenyamanan thermal di sisi

mulai pukul 08.00-15.30

· Site mendapat penyinaran matahari sekaligus glare dari pukul 14.30-15.30

· Glare didapat karena site langsung menghadap ke laut Jawa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

sebelah barat. Pada area ini dapat ditempatkan ruang-ruang yang kurang memerlukan sinar, seperti ruang janitor, KM/WC, dsb.

· Keadaan site mendapatkan pencahayaan yang terus menerus secara continue, karena tidak ditemukan potensi bangunan atau alam yang

dapat mempengaruhi pencahayaan pada site. · Sistem Pencahayaan Alami

Analisis:

Sistem pencahayaan yang digunakan adalah system pencahayaan alami dengan memanfaatkan sinar matahari yang dipadukan dengan lampu listrik. Lampu listrik hanya digunakan pada malam hari, saat kondisi langit mendung dan pada area-area ruangan yang tingkat keterangannya kurang (sesuai kebutuhan).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan menggunakan daylighting: · Perbandingan luas bukaan 20% dari luas lantai · Perbandingan tinggi jendela dengan kedalaman ruang · Perencanaan sunshading dan skylighting yang tepat.

1. Analisis Shading pada Bangunan:

Bukaan mengatasi permasalahan temperatur dan kelembaban udara sering mendatangkan masalah baru saat hujan (tampias) dan panas matahari yang masuk dalam ruang secara berlebihan. Shading digunakan di kulit bangunan untuk mengurangi penetrasi sinar matahari langsung pada interior bangunan sekaligus menghindari tampias.

Secara umum, pada sisi panas bangunan diperlukan shading device agar sunlight tidak langsung masuk ke dalam bangunan. Secara garis besar ada Tiga tipe shading device: Secara umum, pada sisi panas bangunan diperlukan shading device agar sunlight tidak langsung masuk ke dalam bangunan. Secara garis besar ada Tiga tipe shading device:

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

· Reflective glass

Sinar matahari yang menerpa bidang kaca akan dipantulkan kembali sehingga ruangan terhindar dari radiasi langsung sinar matahari.

Gambar 5.6 Reflective glass Sumber: www.vuewindows.com.au, 18-10-2011

· Internal shade

Sinar matahari yang masuk akan dihalau oleh shading yang dipasang di dalam ruangan.

Gambar 5.7 Internal shade Sumber: www.smarthp.com.au, 18-10-2011

· Eksternal shade

Penggunaan eksternal shade lebih menguntungkan dibanding dengan internal shade karena sinar matahari tidak sempat memasuki ruangan.

Gambar 5.8 Eksternal shade Sumber: www.innovativeopenings.com, 18-10-2011 Gambar 5.8 Eksternal shade Sumber: www.innovativeopenings.com, 18-10-2011

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

v Jenis-jenis eksternal shade:

a. Vertical shade

Di daerah tropis elemen shading vertikal digunakan untuk perlindungan terhadap sinar matahari rendah yaitu sinar

matahari pagi dan sore hari. Elemen shading vertikal ini ditempatkan pada fasade timar dan barat. Beberapa karakteristik dari vertical shade: · Sirip-sirip vertikal cocok untuk melindungi sisi barat. · Sirip-sirip vertikal yang miring akan menghasilkan

perlindungan yang asimetris. Pemisahan dari dinding menghindari transmisi panas.

· Sirip-sirip yang dapat digerakkan mampu melindungi dinding keseluruhan atau dapat dibuka dengan arah berbeda megikuti posisi matahari.

Gambar 5.9 Vertical shade

Sumber: www.ideas-for-home-decorating.com, 18-10-2011

b. Horizontal shade

Horizontal shade efektif untuk menahan panas matahari tinggi, elemen shading ini ditempatkan pada fasad utara dan selatan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

Gambar 5.10 Horizontal shade Sumber: www.ideas-for-home-decorating.com, 18-10-2011

Karakteristik horizontal shading: · horizontal overhangs, efisien untuk fasad yang menghadap

arah selatan. Karakteristik penutupnya segmental. · Louvers parallel to eall, sirkulasi udara masuk dekat

tampak, memiliki kemiringan yang dapat memberikan perlindungan lebih baik daripada tanpa kemiringan.

· Penggantung yang solid dan daapat dimodifikasi merupakan karakteristik dari canvas canopies.

· Perlindungan yang dibutuhkan pada area dengan sudut jatuh matahari yang rendah melalui louvers window yang digantung pada penggantung solid horizontal akan lebih efisien.

· Solid, bentukan perforated screen dengan lubang-lubang jendela secara parallel dapat memotong sinar mathari.

· Horizontal louvers yang dapat bergerak dapat menjadi perlindungan sesuai dengan posisi yang diatur.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

c. Eggrate shading

Gambar 5.11 Eggrate shading Sumber: www.architecture.uwaterloo.ca, 18-10-2011

· Enggrate merupakan kombinasi dari tipe vertikal dan

horizontal · Solid eggrate dengan sirip-sirip yang memiliki kemiringan

vertikal akan menghasilkan kemiringan yang asimetris. · Eggrate dengan kemiringan horizontal yang dapat

digerakkan merupakan tipe perlindungan yang lebih fleksibel karena rasio ketinggian shading efektif untuk musim panas.

Hasil Analisis:

· Orientasi massa bangunan Sesuai dengan garis edar matahari, orientasi massa bangunan memanjang dari timur ke barat dengan bukaan berada disisi utara- selatan.

· Bukaan Bukaan dimaksimalkan pada sisi utara. Bukaan pada sisi selatan

sebaiknya dihindari khusunya pada permukaan yang selalu terkena radiasi matahari pada saat intensitas tinggi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

Penggunaan sun shading pada bukaan sehingga matahari tidak diterima secara langsung oleh bangunan

· Barier Barier Berupa vegetasi ataupun bangunan dan pagar sebagai penghalang sinar matahari yang kurang menguntungkan.

· Material Penggunaan material sebagai solusi permasalahan denga sinar

matahari, dimana material berperan sebagai filter sinar dan mengurangi kesilauan (glare) dalam bangunan.

5.2.4.b. Analisis Angin

· Angin pada site berasal dari angin laut dan angin darat karena letak site yang berada tidak jauh dari Laut Jawa

· Angin laut terjadi pada siang hari bertiup dari laut ke darat. Angin ini cukup kuat, sedangkan angin darat terjadi pada

malam hari bertiup dari darat ke laut.

Gambar 5.12 Analisis Angin

Angin

laut bertiup kencang sehingga kurang baik terhadap kesehatan

· Angin laut bertiup pada siang hari

· Angin darat bertiup

pada malam hari

Angin Laut

Angin Darat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

· Sistem Penghawaan Alami Dalam kaitannya dengan sistem penghawaan dalam bangunan, standart luasan bukaan minimal dalam bangunan adalah 1/3 luas lantai.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi system penghawaan alami antara lain: · Kebutuhan udara bersih · Kecepatan angin · Orientasi bangunan · Arah angin

Diagram 5.7 Analisis Penghawaan Bangunan Sumber: Jatmiko dalam Fisika Bangunan, 2004

· Natural Ventilation

Gambar 5.13 Natural Ventilation Sumber: www.wiki.aia.org, 20-10-2011 Gambar 5.13 Natural Ventilation Sumber: www.wiki.aia.org, 20-10-2011

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

· Vegetation Cooling

Gambar 5.14 Vegetation Cooling Sumber: www.aila.org.au, 20-10-2011

· Water Cooling

Gambar 5.15 Water Cooling

Sumber: www.property96.com, 20-10-2011

5.2.5. Analisis Lansekap Tujuan:

· Mendapatkan pola tata lansekap yang mendukung keberadaan

rumah susun dan mendukung lingkungan.

Dasar Pertimbangan:

· Mendukung karakter bangunan sebagai bangunan rumah tinggal

dan bangunan eko-arsitektur · Jenis tanah · Fungsi lansekap dapat mendukung kegiatan dan bangunan eko-arsitektur · Jenis tanah · Fungsi lansekap dapat mendukung kegiatan

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

· Kemudahan sirkulasi · Perencanaan penghijauan dan sebagai fungsi peresapan air hujan

Analisis:

Faktor perancangan yang mempengaruhi kontribusi kenyaman indoor dan outdoor antara lain : · Lebar area tanaman sekitar bangunan · Tipe tanaman : semak, pohon. rumput, bunga, anggur rambat,

pergola dan lain sebagainya.

Kualitas kontribusi perencanaan area hijau lingkungan urban ditentukan oleh : · Ukuran total open space yang tersedia dengan populasi · Pembagian kedalam persil individual dan lokasi dalam hubungan

area hunian · Perencanaan detail openspace : fasilitas, vegetasi cover tanah,

akses ke area dan jalur internal Tipe Lansekap :

· Pohon dengan kanopi tinggi dan pergola dinding /jendela menyediakan naungan dan mengurangi kelebihan panas.

· Tanaman rambat seluruh dinding dan semak yang tinggi sebelah dinding berfungsi sebagai shadding juga mengurangi kecepatan angin.

· Tanaman rimbun dekat bangunan dapat mengurangi temperature udara kulit bangunan dan mengurangi konduktif dan infiltrasi pertumbuhan panas.

· Penutup tanah dengan tanaman sekitar bangunan mengurangi pemantulan radiasi panas dan radiasi gelombang panjang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

5.2.5.a. Hard Landscape

Hard landscape merupakan bahan-bahan konstruksi yang digunakan untuk meningkatkan lanskap pada desain. Pemanfaatan hard

landscape sebagai pendukung kegiatan seperti pedestrian. Penggunaan hard landscape juga dapat sebagai area tangkapan hujan. Berbagai macam bahan dapat digunakan, seperti batu bata, batu kerikil, atau batu, beton, kayu, aspal, kaca, logam, paving, dll juga dapat menggambarkan outdoor furniture dan produk lanskap lainnya.

· Batu bata, digunakan sebagai elemen vertikal seperti pembatas tanaman maupun pemisah area taman. Material ini memiliki daya

serap air hujan yang cukup baik. · Batu kerikil, dapat digunakan sebagai penutup tanah dengan tekstur

kasar. Material ini memiliki daya serap yang cukup baik terhadap air hujan

· Beton, digunakan sebagai perkerasan jalur kendaraan dengan beban berat seperti truk dengan daya serap air hujan yang sangat

kecil. · Kayu, dapat digunakan sebagai penutup tanah untuk jalur

pedestrian maupun sebagai elemen vertikal pada lansekap. Material ini mempunyai daya serap air yang cukup baik

· Pavinggrass, dapat digunakan sebagai perkerasan pedestrian dan

juga dapat menyerap air hujan dengan baik. · Aspal, digunakan sebagai perkerasan untuk jalur kendaraan dengan

daya serap air hujan yang kecil. · Paving, baik digunakan sebagai jalur pedestrian maupun kendaraan

dengan daya serap air hujan yang cukup baik. · Logam, digunakan sebagai elemen vertikal lansekap seperti

fountain, sculpture, dll. Tidak dapat menyerap air hujan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

· Hasil Analisis

Gambar 5.16 Hasil Analisis Hard landscape Sumber: Dokumen Pribadi

Keterangan : · Jalan aspal

· Paving block · Paving gras · Jalan kerikil · Biopori

- Jalur kendaraan menggunakan aspal atau paving - Jalur pedestrian menggunakan pavingblock/ pavinggrass

sehingga air hujan dapat masuk ketanah.

Material Paving gras pada jalur pedestrian sebagai jalur penghubung antara bangunan.

Material paving blok pada

area transisi sebagai jalur pedestrian

Jalan

aspal

digunakan sebagai jalur kendaraan.

Penggunaan

jalan

kerikil sebagai area open space, komunal, dan pedestrian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

Gambar 5.17 Paving grass Sumber: us.fotolia.com

- Pada plasa penghubung antar bangunan menggunakan berbagai variasi material yaitu batu-bata, pavinggrass, paving sehingga air hujan dapat meresap dengan baik

- Street furniture yang digunakan memiliki fungsi ganda seperti pembatas sekaligus tempat duduk sehingga efisien dalam pengerjaan. Selain itu dipilih material reuse seperti batu-bata sekam, kayu bekas yang dapat menampilkan konsep eko pada desain.

- Penggunaan biopori dan sumur resapan untuk mempermudah peresapan air hujan dan sebagai usaha konservasi air.

5.2.5.b. Softscape Landscape

Softscape landscape merupakan elemen vegetasi/tanaman. Bahan Soft landscape meliputi setiap lapisan dari urutan ekologi: tanaman air, tanaman semi-akuatik, tanaman lapangan lapisan (termasuk rumput dan tanaman herba) semak dan pohon. Tanaman mempunyai berbagai fungsi seperti relaksasi, perkuatan tanah, penyerap polusi udara, dan lain sebagainya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

Nama

Stratifikasi

Toleran terhadap

cahaya langsung

Siklus Hidup

Amanilis

Herba

Dua musim Anggrek

Herba

Tahunan Anyelir

Herba

Semusim Aster

Penutup tanah

Tahunan Azela

Perdu

Tahunan Bambu-bambuan

Perdu

Tahunan Bayam merah

Herba

Semusim Bunga sepatu

perdu

Tahunan Cemara-cemaraan

Pohon

Tahunan Filea

Penutup tanah

Dua musim Hemigrafis

Penutup tanah

Tahunan Jengger ayam

Herba

Semusim Jeruk keprok

Perdu

Tahunan Kenari

Pohon

Tahunan Krokot

Penutup tanah

Semusim Lantana

Penutup tanah

Tahunan Liliparis

Penutup tanah

Tahunan Mangga

Pohon

Tahunan Maranta

Herba

Tahunan Merrygold

Herba

Tahunan Monstera

liana

Tahunan Palm-palman

Pohon/perdu

Tahunan Tahunan

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

Rumput Bermuda

Penutup tanah

Tahunan Sawo

pohon

Tahunan Skindapsus

Liana

Tahunan Sikas

Perdu

Tahunan Soka

Perdu

Tahunan Tapak dara

Herba

Tahunan Suplir

Herba

Tahunan Sutera bombai

Penutup tanah

Semusim Terang bulan

Perdu

Tahunan Wali songo

Perdu / pohon

Tahunan

Tabel 5.24 Jenis tanaman Tropis Sumber : Arifin, Nurhayati HS. Taman Dalam Ruang. Hal. 71

· Tanaman pohon buah-buahan yang dianjurkan untuk pengawetan

tanah dan air

Tabel 5.25 Pohon Pengawetan Tanah dan Air Sumber : Rachman, Encep. Perencanaan penanaman rehabilitasi hutan Tabel 5.25 Pohon Pengawetan Tanah dan Air Sumber : Rachman, Encep. Perencanaan penanaman rehabilitasi hutan

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

· Tanaman sebagai pengendali erosi

Tabel 5.26 Tanaman Pengendali Erosi Sumber : Rachman, Encep. Perencanaan penanaman rehabilitasi hutan dan lahan terdegradasi di Jawa Barat

Hasil Analisis:

Gambar 5.18 Hasil Analisis Soft Landscape

Tanaman

Buah Sebagai konservasi air sekaligus sebagai peneduh, penghasil

Tanaman peneduh untuk open space, area komunal, dan area olahraga

Tanaman sebagai pengendali erosi karena site dikelilingi lahan rob sehingga diperlukan tanaman penguat

Tanaman Pengarah Kendaraan sekaligus sebagai peneduh

trotoar (pedestrian) trotoar (pedestrian)

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

Keterangan : · Tanaman Pengarah · Tanaman penguat tanah

· Tanaman buah · Tanaman Peneduh

5.2.6. Analisis Sirkulasi

5.2.6.a. Sirkulasi Vertikal

Transportasi dalam bangunan menggunakan tangga. Diantaranya bentuk tangga dan efisiensi ruang yang dicapai adalah :

Gambar 5.19 Bentuk Tangga dan Efisiensi Sumber : Ernst Neufert, Data Arsitek Jilid 2 Hal.175 Gambar 5.19 Bentuk Tangga dan Efisiensi Sumber : Ernst Neufert, Data Arsitek Jilid 2 Hal.175

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

5.2.6.b. Sirkulasi Horisontal

Untuk menunjang kelancaran sirkulasi perlu adanya sistem sirkulasi yang baik. Sistem sirkulasi dalam bangunan akan

menentukan pola-pola ruang yang ada, sehingga pola sirkulasi merupakan pembentukan dari ruang itu linier.

◘ Pola Linier:

Merupakan deretan ruang-ruang yang berjajar, dihubungkan oleh suatu jalan lurus sebagai penghubung antar ruang, sekaligus sebagai unsur pembentuk ruang. Aplikasi pada bangunan: unit penjualan, unit hunian.

◘ Pola radial

Biasanya berupa ruang-ruang terpola dalam bentuk yang memusat atau menyebar sehingga bentuk radial ini mempunyai jalan yang berkembang dari atau menuju sebuah titik pusat. Aplikasi pada : hall, unit penjualan, hunian, fasilitas bersama, dll.

◘ Pola terpusat

Satu pusat ruang, dimana sejumlah ruang

sekunder

dikelompokkan. Aplikasi pada bangunan : hall,main hall, Community center,Open space, dll.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

◘ Pola Grid

Ruang-ruang ditempatkan pada bentuk grid tertentu, yang dihubungkan

dengan pola jalan linier yang saling bersilangan. Aplikasi pada : unit penjualan, unit hunian.

◘ Pola Clutser

Ruang-ruang yang dikelompokkan oleh letaknya secara bersama/berhubungan. Aplikasinya pada: fitnes center, squash court, swimming pool, play ground.

Sirkulasi yang dikembangkan adalah sirkulasi yang memudahkan kendaraan dapat menjangkau semua tempat tetapi tidak mengganggu jalan pedestrian yang disediakan. Penghuni dapat berjalan atau menggunakan kendaraan untuk moving dari tempat satu ke tampat lain.

Site merupakan lahan dengan kondisi rawan banjir sehingga diperlukan adanya peninggian jalan terutama jalan kendaraan sehingga di waktu banjir penghuni masih dapat melalui site dengan aman. Jalan lingkungan telah dinaikkan 50cm. jalan site dinaikkan

50 cm lagi.

5.2.6.c. Sirkulasi Difabel

The American with Disabilities Act (ADA) tahun 1990 adalah undang-undang hak azasi warga sipil yang memuat panduan aksesibitas atau akses ke tempat-tempat umum dan komersial yang dioperasikan oleh swasta. Dibawah ini adalah standarisasi fasilitas yang harus dipenuhi sebuah bangunan untuk difabel : The American with Disabilities Act (ADA) tahun 1990 adalah undang-undang hak azasi warga sipil yang memuat panduan aksesibitas atau akses ke tempat-tempat umum dan komersial yang dioperasikan oleh swasta. Dibawah ini adalah standarisasi fasilitas yang harus dipenuhi sebuah bangunan untuk difabel :

Rusunawa Kaligawe Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur