Rusunawa Kaligawe sebagai Hunian Berwawasan Ekologis di Semarang

4.2. Rusunawa Kaligawe sebagai Hunian Berwawasan Ekologis di Semarang

4.2.1. Rusunawa Kaligawe Menunjang Hunian Eko-Komunitas (Mengarahkan hubungan timbal balik antara manusia dan alam)

eko-komunitas adalah kumpulan bangunan yang mengekspresikan kerjasama sekelompok masyarakat dalam menciptakan lingkungan sosial, yang mampu memenuhi kebutuhan mereka akan air, energi

dan makanan. Sebagai contoh adalah sinergi antara perkebunan,

pertanian terpadu, komunitas pro lingkungan, bangunan ekologis, arsitektur taman, serta program hemat energi dalam satu kawasan.

a. Pola hidup mandiri

b. Pola hidup ramah lingkungan dan ramah terhadap penghuni b. Pola hidup ramah lingkungan dan ramah terhadap penghuni

Rusunawa Kaligawe

Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

4.2.2. Rusunawa Kaligawe sebagai Bangunan yang Tanggap akan Permasalah yan

a. Tanggap terhadap iklim setempat

b. Tanggap terhadap keadaan sekitar

4.2.3. Konsep hunian Eko-arsitektur yang direncanakan

a. Live cycle design Ø Tahap perencanaan (pre building phase)

· Mengenali bagaimana kualitas wilayah terbangun dan bagaimana kemungkinan kualitas tingkat hidup yang akan dicapai adalah langkah awal untuk menciptakan desain yang

ekologis. Apa saja di sana yang bisa dimanfaatkan untuk keberlangsungan bangunan yang direncanakan, seperti keadaan tanah, air, dan lokasi terhadap jalur angkutan umum.

· Mempertimbangkan ukuran bangunan. Bangunan yang direncanakan memiliki besaran ruang yang dibuat seefisien mungkin untuk memudahkan kontrol aspek lingkungan

terhadap bangunan tersebut. Makin kecil (sederhana ) bangunan maka akan lebih baik kontrol aspek lingkungannya.

Ø Tahap pembangunan (building phase)

· Biaya pengangkutan material ke dalam site diperhitungkan. Semakin jauh jarak lokasi asal material dari site maka semakin

besar biaya ngkut yang berarti pemborosan bahan bakar. Olrh karena itu, sebisa mungkin material bangunan adalah material local yang sedikit membutuhkan biaya angkut.

· Menggunakan pekerja bangunan dari daerah setempat untuk mengurangi biaya tahap ini. Selain itu, pekerja local lebih memahami konsidi daerah setempat dan juga dapat

meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rusunawa Kaligawe

Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur

Ø Tahap penggunaan (post building phase)

· Bangunan tidak menggunakan pendingin atau pemanas ruang untuk mendapatkan kenyamanan thermal bagi pengguna.

Untuk mencapai sirkulasi udara yang baik dibuat bukaan yang lebar dan mengurangi sekat antar ruang. Untuk menghindari panas pada sisang hari dan mengurangi dingin pada malam hari dengan cara pemilihan material yang sesuai.

· Supaya bangunan lebih awet yang berarti lebih hemat dalam hal pemeliharaan, material yang rentan terhadap cuaca, seperti

kayu dan bamboo, dilapisi zat kimia yang dapat memperpanajang keawatan.

b. Human design Ø Ramah terhadap alam

Pengawetan lahan terhadap longsor dicapai dengan mempertahankan vegetasi yang telah ada dan penambahan vegetasi baru yang berasala dari sekotar site, penggunaan talud, serta meminimalisir cut and fill kontur

Ø Ramah terhadap kota

Rusunawa direncanakan memaksimalkan lahan dalam site untuk hunian dan penunjangnya dan memanfaatkan lahan lanscape sebagai RTH yang dapat memberi konstribusi pada RTH Kota Semarang.

Ø Ramah terhadap manusia

- Sirkulasi yang nyaman bagi pedestrian dengan anak tangga tidak lebih dari 18 cm dan ram yang kemiringannya tidak lebih dari 7

- Sirkulasi yang nyaman bagi pengendara kendaraan bermontor dari dank e luar site dengan merencanakan ram dan sedikit menggunakan cut and fill kontur.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rusunawa Kaligawe

Sebagai Alternatif Keberlanjutan Hunian Layak Huni di Kota Semarang Dengan Pendekatan Eko-Arsitektur