Karakteristik Unit Usaha Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur

B. Karakteristik Unit Usaha Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur

  Keberhasilan Pondok Modern Darussalam Gontor dalam mengelola unit usaha membentuk karakteristik tersendiri. Adapun karakteristik dalam pengelolaan unit usaha Pondok Modern Darussalam Gontor adalah sebagai berikut:

  1. Perencanaan (Planning) Perencanaan (planning) sangat penting dalam suatu perusahaan, hal tersebut

  terkait dalam menentukan tujuan perencanaan, menentukan porsi semuanya sekarang,

  kondisi mendatang,

  mengidentifikasikan cara untuk mencapai, mengimplementasikan rencana tindakan serta mengevaluasi hasilnya.

  Perencanaan didefinisikan sebagai suatu proses menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana hal tersebut dapat dicapai. Perencanaan dapat diklasifikasikan dalam misi, tujuan, strategi, kebijaksanaan, prosedur, aturan, program, dan anggaran.

  Dalam perencanaan, dibutuhkan manajemen bisnis yang matang. Karena konsep tersebut merupakan suatu multidisiplin, yang menyebabkan keberhasilan dalam usaha, serta memerlukan pertimbangan dalam berbagai faktor. Perencanaan berkaitan dengan: rencana stratejik, rencana operasional, rencana jangka panjang, rencana jangka pendek, rencana spesifik, rencana pengarah, rencana sekali pakai, dan rencana terus menerus.

  Perencanaan (Planning) yang diberlakukan oleh Pondok Modern Darussalam Gontor bermula dari Yayasan sebagai sentral unit usaha melakukan identifikasi dan mapping potensi ekonomi yang ada di pesantren, kemudian mengajukan proposal kepada bapak pimpinan pondok. Setelah program disetujui, maka proses pencairan dana berada pada bagian Administrasi pondok yang merupakan lembaga pusat sentralisasi keuangan pondok. Meskipun pelaksanaan proses perencanaan (planning) masih tergolong sederhana, ada karakteristik dalam menggapai tujuan tersebut.

  Adapun karakteristik Pondok Modern Darussalam Gontor dalam kepemimpinan adalah terciptanya “perencanaan berbasis nilai pondok”. Nilai dan Ruh pondok merupakan landasan utama seluruh aktivitas pondok. Hal tersebut terkait dengan visi dan misi, motto pondok, panca jiwa, dan panca jangka pondok menjadi satu kesatuan yang utuh demi terciptanya keberhasilan dalam manajemen unit usaha pondok. Berikut merupakan pola perencanaan dalam manajemen unit usaha pesantren berlandasaskan nilai dan ruh pondok:

  Seluruh target sasaran keuntungan dan proses yang dilakukan bermula dari nilai dan ruh pondok yang menjadi tujuan akhir dalam melakukan kegiatan. Kegiatan unit usaha tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya penanaman jiwa, ruh, dan nilai-nilai pondok yang ada.

  Visi dan Misi pondok menjadi landasan dasar dari segala aktivitas. Motto pondok menjadi pedoman dalam mencapai suatu tujuan. Panca jiwa menjadi ruh dalam melaksanakan segala kegiatan yang ada. Serta, Panca jangka menjadi program yang memberikan arah dan panduan untuk mewujudkan upaya pengembangan dan kemajuan. Seluruh nilai dan ruh pondok menjadi satu kesatuan utuh (all in one system) sehingga terciptanya keberhasilan manajemen unit usaha.

  Landasan filosofis, penanaman nilai dan jiwa pondok menjadi faktor utama keberhasilan manajemen unit usaha pondok. Filosofis dalam berjuang dan memperjuangkan, bergerak dan menggerakkan, ibadah thalabu ‘ilmi, menuju khoiru ummah menjadi energy yang bergitu kuat dalam melakukan segala aktivitas unit usaha yang ada. Setiap staff asatidz yang mengelola unit usaha merasakan tanggung jawab yang begitu besar dalam mengembangkan aktivitas unit usaha.

  Dengan pola tersebut, proses manajemen dapat dilakukan secara optimal. Nilai dan ruh pondok menjadi kunci sukses dalam melaksanakan kegitan unit usaha. amanah menjadi fondasi awal dalam segala kegiatan yang kelak menjadi tanggung jawab pada pekerjaan yang telah dilakukan.

  2. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian merupakan proses penempatan orang-orang dan sumber

  daya lainnya untuk melakukan tugas-tugas dalam penyampaian tujuan. Tujuan dari pengorganisasian adalah mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan.

  Hal-hal yang berkaitan dengan Pengorganisasian (Organizing) adalah pembagian tugas, menentukan orang-orang, pengalokasian sumber daya, menyelaraskan usaha, dan bekerja sama dalam melaksanakan tugas.

  Pola organisasi unit usaha pesantren gontor dapat dilihat pada skema berikut: Badan Wakaf Kyai Yayasan Koppontren Pembimbing Unit Usaha

  Pengelola Asatidz Karyawan.

  Teknisnya, seluruh unit usaha membentuk pembagian tugas demi terwujudnya rencana yang telah ada. Adapun pembagian kerja yang dilakukan dibagi menjadi beberapa sub bagian.

  Pada setiap unit usaha memiliki pembimbing yang mengontrol kegiatan yang diberlakukan, serta memberikan arahan terhadap pelaksanaan unit usaha tersebut. Pembimbing tersebut ditunjuk oleh bagian Yayasan yang berkonsentrasi pada bidang koperasi pondok pesantren. Yayasan bertanggung jawab pada Pimpinan. Pimpinan atau kiyai mempunyai tanggung jawab terhadap Badan Wakaf.

  Adapun karakteristik Pondok Modern Darussalam Gontor dalam pengorganisasian (organizing) adalah terciptanya “maksimalisasi kaderisasi”. Kaderisasi menjadi sangat penting bagi kelangsungan lembaga, sejarah Adapun karakteristik Pondok Modern Darussalam Gontor dalam pengorganisasian (organizing) adalah terciptanya “maksimalisasi kaderisasi”. Kaderisasi menjadi sangat penting bagi kelangsungan lembaga, sejarah

  Pondok Modern Darussalam Gontor meletakkan kaderisasi sebagai suprastruktur penting terhadap suksesi kepemimpinan tersebut. Langkah-langkah kaderisasi tersebut mencakup: Uswah hasanah, pengarahan, pendekatan, motivasi, penugasan, evaluasi, pembinaan lahir batin yang diberikan secara perjenjangan.

  Proses kaderisasi dimulai sejak saat santri memasuki Pondok Modern mulai kelas I hingga kelas VI. Ketika santri berada pada jenjang siswa akhir, proses kaderisasi semakin selektif. Karena seluruh penghuni siswa akhir akan mengemban amanah dalam Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM). Dari organisasi tersebut, skill dan keahlian mulai terbentuk baik dalam segi pengelolaan unit usaha, kepramukaan, dan peningkatan diri.

  Setelah berakhirnya proses pembelajaran siswa akhir, maka proses kaderisasi lebih selektif. Hal tersebut dikarenakan seluruh santri akan disebar ke seluruh Indonesia. Santri terbaik dari yang terbaik akan ditempatkan di Pondok Modern Darussalam Gontor 1. Dengan berbekal keahlian kelas VI sebelumnya, pembagian penempatan penugasan ustadz dapat dijadikan landasan sesuai keahlian bidang masing-masing individu.

  Proses kaderisasi berlanjut hingga masa ustadz tahun pertama dan seterusnya. Ketika masa pengabdian tahun pertama, para asatidz ditempatkan sesuai keahlian bidang yang ada pada diri mereka ketika siswa akhir. Meskipun pembagian tugas Proses kaderisasi berlanjut hingga masa ustadz tahun pertama dan seterusnya. Ketika masa pengabdian tahun pertama, para asatidz ditempatkan sesuai keahlian bidang yang ada pada diri mereka ketika siswa akhir. Meskipun pembagian tugas

  Dalam pengelolaan tiap-tiap unit usaha, para asatidz akan dibina dan diarahkan oleh para asatidz senior dan perwakilan dari bagian Yayasan. Dengan proses pendampingan, maka para asatidz yang baru memulai masa penugasan dapat melakukan secara maksimal.

  Ketika menginjak tahun kedua, biasanya ada sebagian ustadz yang telah selesai mengemban amanat pengabdian. Karena program wajib mengabdi hanya 1 tahun. Sehingga, perputaran penugasan akan terjadi. Meskipun demikian, tiap-tiap unit usaha memiliki kader yang menetap dari unit usaha tersebut, meskipun hanya

  1 orang. Dengan keahlian dan pengalaman yang telah dimiliki, ustadz senior memiliki kewajiban dalam memberikan ilmu dan pengalaman pengelolaan unit usaha kepada seluruh asatidz yang ada.

  Proses kaderisasi akan berputar sampai seterusnya seperti yang dikemukakan sebelumnya. Bahwasanya, ustadz junior akan dilatih oleh ustadz yang lebih senior, ustadz senior akan dibina dan diarahkan oleh perwakilan yayasan pondok. Perwakilan yayasan koperasi pondok akan mendapatkan arahan dari pimpinan pondok. Pimpinan pondok akan mendapatkan arahan dari Badan Wakaf.

  3. Kepemimpinan (Leading) Kepemimpinan (leading) merupakan upaya untuk mempengaruhi anggota

  kelompok organisasi agar dapat merealisasikan tujuan yang telah ditentukan. Ada

  3 hal yang harus dimiliki pemimpin, yakni sebagai pemimpi atau pemikir besar (envisioning), pemberdaya (empowering), dan secara terus-menerus memberikan semangat (energizing). Jenis kepemimpinan demikian akan memiliki visi yang kuat sehingga dapat dikatakan sebagai tipe kepemimpinan visioner (visionary leadership).

  Tugas utama yang harus dijalankan seorang pemimpin adalah memberikan contoh dan suri tauladan yang baik untuk para bawahannya dalam menjalankan tugas-tugas perusahaan. Pemimpin mewajibkan dirinya untuk berprilaku lurus dan sesuai prosedur yang ada, serta teguh dalam menjalankan tanggung jawab dengan penuh kesabaran, amanah dan pengorbanan.

  Kepemimpinan dalam pandangan Islam harus mempunyai mental seorang muslim dalam hal: Taqwa; Memegang Amanat; Bersungguh-sungguh; Istiqomah; Sabar; Berani; Pengasih dan penyayang; Adil; dan Bertanggung jawab. Dengan demikian, proses kepemimpinan akan berjalan dengan baik serta mendapatkan hasil yang maksimal.

  Beragam jenis kepemimpinan dalam sebuah organisasi atau perusahaan adalah kepemimpinan situasional, kepemimpinan perilaku pribadi (personal behaviour leader), kepemimpinan pekerja sentris, kepemimpinan pribadi (personal leadership), kepemimpinan demokrasi, kepemimpinan otoriter, kepemimpinan paternalistik, kepemimpinan asli (indegenous leadership).

  Kunci sukses dalam kepemimpinan adalah adanya kekuasaan (power) pada pemimpin. Pemimpin harus mempunyai power yang lebih besar dibandingkan dengan yang dipimpin. Power tersebut datang dari beberapa sumber: reward power, coercive power, legitimate power, referent power, dan expert power.

  Praktek kepemimpinan yang dilaksanakan pada Pondok Modern Darussalam Gontor sesuai dalam konteks Islam dan menyatu dalam seluruh jenis kepemimpinan yang ada. Pemimpin tidak hanya fokus kepada seseorang yang memimpin institusi formal dan nonformal. Kepemimpinan lebih spesifik kepada setiap manusia yang hidup ia merupakan pemimpin, baik memimpin dirinya sendiri maupun kelompoknya.

  Adapun karakteristik Pondok Modern Darussalam Gontor dalam kepemimpinan adalah terciptanya “kepemimpinan kolektif transformatif”. Kepemimpinan transformatif bermula dari Lembaga Badan Wakaf yang merupakan lembaga tertinggi dalam segala aktivitas pondok terkait pendidikan dan pengajaran, aktivitas ekonomi, pemilihan kyai, serta pemenuhan kebijakan pondok harus dikonsultasikan kepada Badan Wakaf.

  Meskipun kiyai sebagai pimpinan pondok, otoritas kewenangan Badan Wakaf merupakan otoritas tertinggi dalam pondok. Sehingga, yang mengangkat kiyai adalah Badan Wakaf. Pimpinan pondok adalah kyai yang mengatur, mengendalikan, menggerakkan, dan menggiatkan keseluruhan totalitas kehidupan pondok, baik ke luar atau ke dalam. Pimpinan pondok bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kegiatan pondok serta mentransformasi nilai dan ruh pondok Meskipun kiyai sebagai pimpinan pondok, otoritas kewenangan Badan Wakaf merupakan otoritas tertinggi dalam pondok. Sehingga, yang mengangkat kiyai adalah Badan Wakaf. Pimpinan pondok adalah kyai yang mengatur, mengendalikan, menggerakkan, dan menggiatkan keseluruhan totalitas kehidupan pondok, baik ke luar atau ke dalam. Pimpinan pondok bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kegiatan pondok serta mentransformasi nilai dan ruh pondok

  Dalam menjalankan tugas sebagai mandataris Badan Wakaf, Pimpinan Pondok Modern akan dibantu oleh lima lembaga dibawahnya, yaitu: Kulliyatul Mu’allimin Al Islamiyah (KMI), Universitas Islam Darussalam (UNIDA), Pengasuhan santri, Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Modern (YPPWPM), Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM)

  Dalam melaksanakan tugas yang diemban oleh para asatidz, baik dalam pengelolaan pendidikan maupun unit usaha pesantren, masing-masing individu bergerak dan menggerakkan, berjuang dan memperjuangkan segala aktivitas yang ada. Prinsip siap dipimpin dan siap memimpin dapat memajukan segala aktivitas yang ada. Hal tersebut didasarkan oleh amanat yang diberikan oleh pondok kepada diri masing-masing. Dengan keikhlasan yang mendalam, setiap individu bergerak untuk memberikan yang terbaik. Sehingga, proses kepemimpinan (leading) dapat berjalan dengan maksimal dan dinamis.

  Demi terwujudnya proses kepemimpinan yang ada, maka Yayasan Menanamkan nilai-nilai dan jiwa pondok dalam melaksanakan kegiatan unit usaha, Pembimbing memberikan masukan demi peningkatan unit usaha, Ketua mengarahkan para anggotanya dalam kegiatan unit usaha, Tiap-tiap individu memiliki rasa kepemimpinan demi mengembangkan secara bersama.

  4. Pengontrolan (Controlling) Tujuan dalam proses pengawasan (controlling) adalah untuk mengevaluasi

  keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Controlling memiliki peranan penting dalam manajemen, mengingat mempunyai fungsi untuk menguji apakan pelaksanaan kerja teratur tertib, terarah, atau tidak.

  Setiap manajer atau pimpinan pada hakikatnya menjalankan fungsi pengawasan, terutama untuk kegiatan dirinya sendiri (self control) dan pengawasan terhadap semua orang yang berada dalam yuridiksinya. Adapun proses pengawasan (controlling) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: penetapan standar, pemantauan pelaksanaan, evaluasi, tindakan pengoreksian, melakukan self control.

  Ada empat macam dasar penggolongan jenis pengawasan, Pertama, Waktu Pengawasan terkait pengawasan preventif dan pengawasan represif. Kedua, Objek Pengawasan terkait produksi, keuangan, waktu, dan manusia. Ketiga, Subjek Pengawasan terkait pengawasan intern dan pengawasan ekstern. Keempat, Cara Pengawasan terkait pengamatan personal (personal observation), laporan lisan (oral report), laporan tertulis (written report), laporan bersifat istimewa (control by exception).

  Keberhasilan unit usaha Pondok Modern Darussalam Gontor disebabkan keberhasilan pengelola dalam melaksanakan Total Quality Control dalam segala kegiatan. Total Quality Control merupakan proses integrasi atau penyatuan visi Keberhasilan unit usaha Pondok Modern Darussalam Gontor disebabkan keberhasilan pengelola dalam melaksanakan Total Quality Control dalam segala kegiatan. Total Quality Control merupakan proses integrasi atau penyatuan visi

  Pengontrolan dan penugasan bermula dari rapat yang memunculkan suatu program, kemudian program dilaksanakan, adanya pelanggaran, kemudiana adanya pengontroloan secara keseluruhan. Dengan demikian, terciptanya total quality control yang baik dalam melaksanakan implementasi manajemen unit usaha di pondok pesantren Gontor.

  Total Quality Control dilakukan dalam melaksanakan totalitas kegiatan pondok. Dengan pengarahan yang membentuk sistem dan pola. Serta dilanjutkan penugasan yang meliputi pembagian tugas, program kerja dan identifikasi masalah. Kemudian adanya pembinaan dengan pendekatan nilai program, motivasi, etos kerja, dan ubudiyah. Serta evaluasi dalam hal kinerja, kualitas kerja, efektifitas (hasil) dan efisiensi (proses).

  Dengan adanya badan wakaf, semua aset yang dikelola baik keuntungan yang didapatkan akan dimanfaatkan untuk kepentingan pesantren. Sehingga, total quality control akan berjalan dengan baik. Controlling kunci dalam seluruh manajemen. Dengan adanya evaluasi, akan ada dampak dari situ. Akan muncul 2 hasil, yakni hasil positif dan negatif. Hasil positif dapat dilanjutkan kepada jenjang selanjutnya, sedangkan hasil negatif dapat dilakukan evaluasi atas kinerja yang dilakukan.

  Total Quality Control ditujukan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada, kemudian menyelesaikan permasahan tersebut, dilanjutkan mencari inspirasi Total Quality Control ditujukan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada, kemudian menyelesaikan permasahan tersebut, dilanjutkan mencari inspirasi

  Adapun karakteristik Pondok Modern Darussalam Gontor dalam pengontrolan (controlling) adalah terciptanya “sentralisasi keuangan terpusat”. Sentralisasi keuangan berpusat pada bagian Administrasi pondok. Hal tersebut mengindikasikan adanya pemisahan hak pribadi kiyai dan hak pondok. Hal inilah yang membedakan manajemen unit usaha pondok modern darussalam gontor jika dibandingkan dengan pesantren lain..

  Seluruh keuntungan unit usaha tersebut ditsetorkan pada bagian Administrasi pondok, guna melakukan pembangunan, pembenahan, perbaikan, serta pembelian tanah wakaf baru agar dana dapat dikelola secara produktif. Apabila terjadi kerugian, namun kerugian tersebut tidak disebabkan karena kelalaian pengelola asatidz, maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh pondok pula.

  Dengan dilaksanakannya sentralisasi keuangan terpusat, maka seluruh aktivitas unit usaha dapat transparan dan mencegah terjadinya kecurangan (fraud) dalam melaksanakan kegiatan ekonomi. Sehingga, akan tercipta akuntabilitas dan transparansi keuangan yang ada pada Pondok Modern Darussalam Gontor. Serta, mencegah terjadinya permasalahan korupsi atau penyelewengan dana yang dikelola oleh Pondok.

  Dengan pelaksanaan Total Quality Control yang telah dikemukakan sebelumnya. Pondok Modern Darussalam Gontor berhasil dalam memaksimalkan potensi unit usaha pesantren.

  Dari keseluruhan empiris lapangan, serta teori yang telah dikemukakan sebelumnya, penelitian ini menawarkan karakteristik umum dalam manajemen unit usaha pada Pondok Modern Darussalam Gontor, seperti:

  1. Pelaksanaan kegiatan unit usaha berbasis Learning By Doing. Dalam mengelola unit usaha, seluruh staff asatidz belajar mengelola dengan

  praktik langsung di lapangan secara sunguh-sungguh. Dengan demikian, akan tercipta pengalaman dari apa yang telah dilakukan. Pengalaman serta arahan dari senior menjadikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi pengelolaan unit usaha.

  Pada awalnya, staff tidak memiliki skill akan unit usaha tersebut. Serta berada pada spesifikasi keahlian background pendidikan yang berbeda. Namun, dengan kesungguhan, arahan yang diberikan menjadi pengalaman yang berharga dalam pengelolaan unit usaha. Dengan demikian, kemandirian akan timbul dari masing- masing individu yang melaksanakan kegiatan unit usaha tersebut.

  Pelaksanaan seluruh kegiatan Pondok terkait pengelolaan unit usaha yang ada, merupakan bekal bagi para asatidz pengelola dalam menghadapi kehidupan dimasa mendatang. Dengan melaksanakan tugas, para asatidz pengelola memiliki keterampilan skill yang kelak dapat dipergunakan ketika bermasyarkat. Sebesar kontribusi yang dilakukan, serta tingkat kesungguhan dalam melaksanakan aktivitas akan kembali kepada diri masing-masing sebagai bekal dikemudian hari.

  Seluruh aktivitas pondok merupakan penugasan dalam bentuk pendidikan yang sesungguhnya. Totalitas keikhlasan dalam melaksanakan tugas dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan kinerja masing-masing individu.

  2. Implementasi Pelaksanaan Prinsip Self Berdrying System Pengelolaan unit usaha dilandasi atas keinginan pondok dalam memenuhi

  kebutuhan santri yang ada. Serta memaksimalkan keuntungan agar sirkulasi ekonomi berputar untuk kepentingan pondok. Karakteristik pelaksanaan unit usaha Pondok Modern Darussalam Gontor dilandasi atas dasar Self Berdrying System. Pondok Modern Darussalam Gontor tidak ingin bergantung pada pihak lain. Dengan upaya sedemikian rupa, Pondok Modern Darussalam Gontor mandiri dari segala kegiatan termasuk dalam aktivitas ekonomi.

  Dengan melakukan kewajiban untuk membeli produk dalam sendiri, maka keuntungan yang didapat akan maksimal. Sehingga, pemutaran roda perekonomian yang efektif dan efisien akan tercipta. Pemberlakuan disiplin tersebut demi terciptanya efektivitas dan efisiensi pengelolaan dana baik dalam produksi, distribusi, dan konsumsi menjadi satu kesatuan yang utuh untuk kepentingan pengembangan pondok dimasa mendatang. Dengan demikian, proteksi kegiatan ekonomi di Pondok Modern Darussalam Gontor dapat berjalan dengan sempurna.

  Bertahun-tahun kegiatan unit usaha telah berjalan, kerugian yang bisa tertutupi dengan keuntungan yang besar pada unit usaha. Sehingga bisa dikatakan hampir tidak pernah mengalami kerugian secara keseluruhan. Hal ini disebabkan, Pondok Modern Darussalam Gontor memiliki konsumen yang tetap. Yakni seluruh penghuni pondok Gontor baik santri, ustadz junior, ustadz senior diwajibkan untuk membeli produk yang ada dalam pondok tersebut, selama pondok masih dapat memproduksi barang tersebut.

  3. Terciptanya Kemandirian Ekonomi Pesantren (Proteksi Ekonomi) Dalam penelitian yang telah dilakukan. Terdapat konsep yang bisa

  ditawarkan demi terciptanya kemandirian ekonomi. Bahwasanya, kemandirian ekonomi dapat dilihat dari empiris Zelp Help, Self Berdyuing System, yang telah dilakukan oleh Pondok Modern Darussalam Gontor. Pelaksanaan berdikari yang begitu kokoh dan kuat.

  Baik dalam bentuk memproduksi barang, distribusi hingga konsumsi yang berputar pada satu instansi yang sama. Maka, keuntungan yang didapat akan kembali kepada instansi secara maksimal. Dengan demikian, proteksi ekonomi di Pondok Pesantren dapat terlaksana secara maksimal.

  Suatu prinsip kemandirian dalam berekenomi dengan melakukan kegiatan yang tidak mengharapkan bantuan dari pihak luar. Berusaha sekuat mungkin untuk melakukan dan memutar roda perekonomian dengan mandiri. Jika tiap-tiap instansi melakukan kemandirian ekonomi yang kuat. Maka, perekonomian akan berjalan secara maksimal apabila setiap instansi mampu dan mandiri terhadap segala aktivitas ekonomi yang ada. Sehingga, tidak tergantung pada pihak lain.

  Jika konsep kemandirian ekonomi berjalan dengan baik, maka kekuatan ekonomi yang utuh akan tercipta dengan sendirinya. Bahkan, eksploitasi sirkulasi keuangan yang ada diluar akan dapat terhenti. Sehingga, the power of self economyc dapat menjadi fondasi dalam menghadapi permasalahan ekonomi yang bergejolak. Kesanggupan menolong diri sendiri merupakan senjata ampuh yang dibekalkan pesantren kepada para santrinya.

  4. Keseimbangan Kesejahteraan Lahiriyah dan Batiniyah Berdasarkan pengalaman empiris yang telah dilakukan. Seluruh staff asatidz

  yang mengelola unit usaha tersebut tidak dijanjikan untuk mendapatkan Gaji perbulan. Namun diberikan Ihsan atau pemberian kebijakan oleh Pondok. Apabila difinansialkan hanya berkisar Rp.200.000,- untuk ustadz tahun pertama serta beranjak s.d. Rp. 500.000,- untuk ustadz tahun kelima.

  Jika dilihat pada sisi tersebut, maka efektifitas dan efisiensi dalam menjalankan unit usaha akan berjalan dengan baik. Karena, dengan biaya operasional yang minim dapat melakukan suatu pekerjaan dengan sungguh- sungguh dan menghasilkan hasil yang maksimal.

  Pemberian Ihsan juga diberlakukan oleh para karyawan yang membantu pada seluruh unit usaha tersebut. Gaji yang diberikan kepada karyawan berkisar Rp.450.000 s.d. Rp. 550.000,- tergantung kepada berapa lama mereka sudah mengabdi kepada pondok. Karyawan biasanya direkrut oleh masyarakat sekitar, dengan memberdayakan kemampuannya ketika mereka tidak memiliki pekerjaan.

  Ketika dibandingkan dengan tingkat UMKR yang berkisar Rp.2.000.000,- s.d. Rp.2.500.000,-, maka pemberian yang dilakukan diatas bisa disebut sebagai Illogical Practice. Yakni, praktek yang tidak masuk akal karena gaji yang diberikan sangat minim.

  Dalam pembahasan Bab II, telah dijelaskan bahwasanya Islam memandang tujuan suatu amal perbuatan tidak hanya berorientasi pada orientasi materi (Qimah Madiyah), masih ada tiga orientasi lainnya, yakni nilai kemanusiaan (Qimah Insaniyah), nilai akhlak (Qimah Khuluqiyah), dan nilai ruhiyah (Qimah Ruhiyah).

  Kewajiban kesimbangan dalam pemenuhan kebuhan duniawi dan ukhrawi bagi umat Islam juga tertuang dengan jelas dalam Al-Qur’an Surat Al Qashash: 77

  Pesantren dengan perkembangannya yang begitu pesat, sudah saatnya untuk mengimbangi keberlangsungan aktivitasnya dengan kegiatan perekonomian guna terciptanya kesimbangan antara pemenuhan kebutuhan duniawi dan ukhrawi yang telah dijelaskan oleh ayat diatas. Sehingga, potensi ekonomi di pesantren dapat berkembang dengan baik.

  Dengan demikian, penulis menawarkan temuan karakteristik yang telah dilakukan dalam penelitian. Bahwasanya, kesejahteraan tidak dapat diukur dengan skala finansial saja. Kesejahteraan hakiki paling tidak minimal dapat memenuhi 2 kebutuhan. Pertama, kebutuhan lahiriyah, Kedua, kebutuhan batiniyah.

  Kebutuhan lahiriyah dapat dilihat ketika seseorang dapat terpenuhi segala kebutuhan jasmaniyahnya dalam bentuk kebutuhan sehari-hari. Asatidz dan Karyawan yang mengelola unit usaha di pondok wajib tinggal di lingkungan Pesantren. Pondok tetap memperhatikan kesejahteraan lahiriyah kepada seluruh pengelolaasatidz dan karyawan yang ada. Seperti:

  a. Mendapatkan keahlian skill dalam bidang unit usaha.

  b. Mendapatkan fasilitas yang sangat memadai demi tercukupi kebutuhan tempat tinggal.

  c. Mendapatkan kebutuhan pangan yang sangat tercukupi baik makan pagi, siang dan malam.

  d. Mendapatkan fasilitas kebutuhan sembako baik kebutuhan mandi, mencuci baju dan lain sebagainya.

  e. Pemberian beasiswa perkuliahan bagi asatidz sampai S1, S2 bahkan S3 untuk kader-kader terpilih.

  f. Mendapatkan kesempatan pertukaran pelajar ke luar Negeri bagi kader terpilih.

  g. Mendapatkan kemeja agar tercipta kerapihan dalam mengajar.

  h. Serta pemberian Ihsan pemberian kebijakan pondok. Kebutuhan batiniyah dapat dilihat ketika seseorang dapat terpenuhi segala kebutuhan ruhiyahnya dalam bentuk kebutuhan sehari-hari. Asatidz dan Karyawan yang mengelola unit usaha di pondok selalu mendapatkan pengerahan dan siraman rohani yang diberlakukan pada Kamis siang untuk asatidz dan Sabtu pagi untuk para karyawan. Bahkan, ada beberapa unit usaha yang memberikan taujih arahan kepada para karyawan setiap minggu sekali dan ada yang melakukan siraman rohani setiap setelah sholat maghrib.

  Sehingga, dari pengalaman empiris unit usaha gontor, dapat ditarik sebuah postulasi bahwasanya kesejahteraan tidak hanya diukur oleh finansial semata. Namun, ada konsep keberkahan yang tidak bisa diukur secara finansial. Dengan kesungguhan dalam pengelolaan unit usaha tersebut, semua pengelola melaksanakannya dengan ikhlas tanpa mengharapkan pamrih yang ada. Keikhlasan, amanah, kemandirian menjadi kesatuan yang utuh dalam melaksanakan unit usaha tersebut.