Sejarah Perkembangan Pesantren di Indonesia

1. Sejarah Perkembangan Pesantren di Indonesia

  Perkembangan pesantren dilihat dari sisi sejarahnya dapat disebut sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Pesantren muncul bersamaan dengan proses Islamisasi yang terjadi di Bumi Nusantara pada abad ke-8 dan ke-9 Maseh, dan terus berkembang hingga saat ini. Ketahanan yang ditampakkan pesantren sepanjang sejarahnya dalam menyikapi perkembangan

  zaman menunjukkan sebagai suatu pendidikan. 80

  Pembahasan mengenai pesantren dalam masyarakat Indonesia perlu diawali dengan pembahasan sejarah maupun struktur sosial masyarakat Indonesia. Dalam sejarah Indonesia maupun pra Indonesia telah terjadi pertemuan dan persaingan kebudayaan dari India (Hindia-Budhis), Arab (Islam), Cina, dan Barat (terutama Belanda). Dalam perjalanan sejarahnya, pengaruh Islam bervariasi tergantung dari keberadaan negara (kerajaan) yang pada saat itu berkuasa. Di berbagai daerah yang masih mempunyai kerajaan dengan pengaruh Hindu yang kuat yang bersinergi dengan budaya lokal, misalnya Jawa, maka dinamika persaingan

  maupun kerjasama keduanya menghasilkan pola gabungan. 81

  Asal-usul pesantren tidak bisa dipisahkan dari sejarah pengaruh Walisongo abad 15-16 di Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang unik di Indonesia. Lembaga pendidikan ini telah berkembang khususnya di Jawa selama

  80 Abdul Mu’in, Pengembangan Ekonomi Pondok Pesantren, (Jakarta: Prasasti IKAPI,

  2007), hlm. 16.

  81 Gardono, Iwan, Pesantren dan Demokrasi Jejak Demokrasi dalam Islam, (Jakarta:

  Titian Pena, 2010), hlm. 3.

  berabad-abad. Maulana Malik Ibrahim (meninggal 1419 di Gresik, Jawa Timur), Spiritual father Walisongo, dalam masyarakat santri Jawa biasanya dipandang

  sebagai gurunya-guru tradisi pesantren di tanah Jawa.. 82

  Penanaman nilai-nilai budaya dan tradisi pesantren yang menjadikan lembaga ini berhasil mencetak insan-insan bermoral (akhlakul karimah) serta tertanamnya ajaran-ajaran yang termanifestasi dalam keikhlasan, ketulusan, kemandirian,

  kebersahajaan, dan keberanian. 83

  Pesantren dapat hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Ada diantaranya telah berumur ratusan tahun, seperti Pesantren Salafiah Darus Salihin terletak di Tempelsari, Kali-Jajar Jawa Timur yang didirikan tahun 1364. Pesantren Al-Kahfi di Sumberadi Kebumen Jawa Tengah tahun 1600, Pesantren Darul Muttaqin di Losari Jawa Tengah diditikan tahun

  Perkembangan pesantren mulai tampak pada awal abad 20 yang ditandai oleh pembukaan sistem madrasah dengan dukungan para ulama yang baru kembali dari

  Mekah. 85 Pesantren yang modern berarti pesantren yang selalu tanggap terhadap perubahan dan tuntutan zaman, berwawasan ke depan, selalu mengutamakan

  prinsip efektivitas dan efisiensi serta memuaskan masyarakatnya. 86

  82 Abdurrahman Mas’ud, Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta: Pustaka

  Pelajar, 2002), hlm. 3.

  83 Jamali, “Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren”, dalam Pustaka Hidayah, 1999, hlm. 134.

  84 Hasan, dkk, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,

  2003), hlm. 93.

  85 Kirorom Baroroh, “Pendidikan Formal Di Lingkungan Pesantren Sebagai Upaya

  Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia,” Jurnal Ekonomi Pendidikan, Vol. 3, No. 1, Tahun 2006, hlm. 42-52.

  86 Selamet Untung, “ Rekonstruksi Manajemen Pendidikan Pesantren,“ Jurnal Forum

  Tarbiyah, Vol. 9, No. 2, Desember 2011, pp. 249-260 .

  Perkembangan pondok Pesantren tersebut mempunyai kultur yang unik. 5.000 lebih Pondok pesantren tersebar di 68.000 desa, merupakan bukti tersendiri untuk menyatakannya sebagai sebuah subkultur. Keunikan tersbut dapat menghasilkan nilai ekonomis yang sangat besar apabila dikelola secara

  profesional. 87

  Pondok pesantren merupakan salah satu sistem pendidikan Islam tertua di Indonesia dan memiliki kontribusi yang sangat penting dalam mencerdaskan bangsa ini, terutama perannya dalam membangun bangsa dibidang pendidikan,

  keagamaan dan moral. 88 Para santri datang belajar dan mendalami ilmu-ilmu tentang Islam, setelah dirasa cukup mereka menyebarkan ilmunya ke masyarakat

  luas, melakukan da’wah ke seluruh wilayah nusantara. 89

  Sebagai lembaga pendidikan tertua dan asli (indegenous) masyarakat Indonesia, pesantren menampilkan suatu sistem pendidikan tradisional, yang mempertahankan sistem, materi, metode, evaluasi tradisional dengan tetap

  berlandaskan pada nilai-nilai dan ajaran Islam. 90 Pondok pesantren merupakan salah satu bentuk dari beragam institusi pendidikan Islam yang telah mendukung

  penyebaran agama Islam. 91

  87 A. Halim, “Menggali Potensi Ekonomi Pondok Pesantren,” dalam Pustaka Pesantren

  (ed.), Manajemen Pesantren, (Yogyakarta: LKIS, 2009), hlm. 222.

  88 Misdah, “Manajemen Pondok Pesantren: Studi Perbandingan Tiga Pondok Pesantren

  Di Kalimantan Barat, “2nd International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE) 2013, pp. 448-454.

  89 Khusnurdilo Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2003),

  hlm. 1.

  90 Mukhlis Sholihin, “ Modernisasi Pendidikan Pesantren, “ Jurnal Tadris, Vol. 6, No. 1,

  Juni 2011, pp. 28-46.

  91 Gamal Abdul Nasir Zakaria, “ Pondok Pesantren: Changes And Its Futures, “ Journal

  Of Islamic And Arabic Education, Vol. 2, No. 2, 2010, pp. 45-52.

  Pondok Pesantren dewasa ini adalah merupakan lembaga gabungan antara sistem Pondok dan Pesantren yang memberikan pendidikan dan Pengajaran Agama Islam dengan sistem Blandongan, Sorogan, ataupun Wetan dengan para santri disediakan pondokan ataupun merupakan santri kalong yang dalam istilah pendidikan Pondok Modern memenuhi keriteria pendidikan nonformil serta menyelenggarakan juga pendidikan formil berbentuk madrasah dan bahkan sekolah umum dalam berbagai bentuk tingkatan dan aneka kejuruan menurut

  kebutuhan masyarakat masing-masing. 92

  Lembaga-lembaga pesantren itulah yang paling menentukan watak ke- Islaman dari kerajaan-kerajaan Islam, dan yang memegang peranan paling penting

  bagi penyebaran Islam sampai ke pelosok-pelosok. 93 Tegak berdirinya sebuah pesantren sekurang-kurangnya harus didukung oleh lima unsur atau elemen yaitu

  adanya pondok, masjid, pengajaran kitab-kitab klasik, santri dan kiyai. Kiyai sebagai cikal bakal berdirinya pesantren. 94

  Para pendidik Islam sepakat bahwa tujuan pendidikan bukanlah sekedar mengisi otak para pelajar dengan fakta-fakta, melainkan juga memperbaiki mereka dengan mendidik jiwanya. Menyebarkan kebaikan, hidup dengan kemudahan, dan menyiapkan mereka untuk hidup dengan keikhlasan dan

  kemurnian. 95

  92 Syarif, dkk., Kapita Selekta Pondok Pesantren, (Jakarta: Paryu Barkah, 1976), hlm.

  93 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,

  (Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 17.

  94 Mansur, dkk, Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: