Manajemen Pondok Pesantren

3. Manajemen Pondok Pesantren

  Secara umum, pesantren masih menghadapi kendala serius menyangkut ketersediaan sumber daya manusia profesional dan penerapan manajemen. Seperti tidak ada pemisahan yang jelas antara yayasan, pimpinan madrasah, guru dan staff administrasi. Tidak adanya transparansi pengelolaan sumber-sumber keuangan, belum

  penyelenggaraan administrasi yang tidak sesuai standar, serta unit-unit kerja tidak berjalan sesuai aturan baku organisasi. 116

  Perkembangan pesantren pada masa lalu banyak memiliki kelemahan, utamanya disebabkan karena tidak diimbangi kemampuan dan profesionalisme yang memadai. Meski tidak dapat dipungkiri, pola manajemen yang berorientasi pada penanaman jiwa ketulusan, keikhlasan dan kesukarelaan dapat menjadi modal dasar utama dalam kehidupan dan eksistensi pesantren. Namun demikian, konsep pengembangan manajemen pesantren harus lebih akomodatif terhadap

  perubahan yang serba cepat dalam era global saat ini. 117

  Masa depan pesantren sangat ditentukan oleh faktor manajerial. Pesantren kecil akan berkembang secara signifikan manakala dikelola secara profesional. Dengan pengelolaan yang sama, pesantren yang sudah besar akan bertambah besar. Sebaliknya, pesantren yang telah maju akan mengalami kemunduran manakala manajemennya tidak baik. Sementara itu, jika mengabaikan manajemen,

  116 Sulthon Mayhud dan Khusnurdilo, Manajemen Pondok ........, hlm. 16. 117 Abdullah Zailani, Agama Pendidikan Islam ........, hlm. 124.

  pesantren yang kecil akan gulung tikar dalam menghadapi tantangan multidimensi. 118

  Pesantren di masa mendatang tidak hanya berorientasi pada pemahaman teks Fikih secara ekslusif semata, tetapi lebih dari itu diarahkan pada paradigma Fikih holistik, yakni pemikiran baru yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang temasuk dalam tataran berbangsa dan bernegara secara praktis. Selanjutnya, pesantren sebagai kekuatan kultural dituntut terus-menerus merespons perubahan

  yang sedang terjadi. Pada kehidupan pesantren, para santri dilatih untuk hidup bersama-sama selama 24 jam setiap hari. Sehingga terbentuk jiwa kemandirian

  dan rasa kemasyarakatan yang kuat. 119

  Untuk menjadikan pesantren sebagai pusat peradaban muslim di Indonesia, dibutuhkan strategi umum (Grand Strategy) yang meliputi: 120

  a. Memahami landasan dan konsep kebangkitan;

  b. Merumuskan kembali tujuan pesantren;

  c. Membenahi sistem pendidikan pesantren;

  d. Meningkatkan manajemen pesantren;

  e. Meningkatkan kompetensi output pesantren;

  f. Refungsionalisasi pesantren;

  g. Membangun mitra kerjasama ke luar;

  h. Meningkatkan peran pesantren;

  118 Qomar Mujamil, Pesantren dari Transformasi , ........ hlm. 63.

  Proyek Pembinaan dan Bantuan Kepada Pondok Pesantren, Pedoman

  Penyelenggaraan Unit Ketrampilan Pondok Pesantren, (Jakarta: Ditjen Binbaga Islam Departemen Agama RI,tt), hlm. 3.

  120 Diyah Yuli Sugiharti, “ Strategi Pengembangan Pondok Pesantren Dalam Membangun

  Peradaban Muslim di Indonesia, “Jurnal Edukasi, Vol. 3, No. 1, Maret 2011, pp. 8–37.

  i. Modernisasi dalam teknologi, informasi dan komunikasi; j. Program unggulan di era globalisasi.

  Demi menjaga keberlangsungan pesantren secara utuh. Maka diperlukanya manajemen pesantren yang ideal. Berikut merupakan pola manajemen yang

  berlaku di pondok pesantren. 121

  a. Manajemen Pesantren yang dikelola keseluruhan oleh Kyai. Kehidupan pondok pesantren tergantung pada kyai yang memimpinnya. Termasuk mengurusi segenap segala sesuatu yang ada dalam pesantren.

  b. Manajemen pesantren yang dikelola oleh badan Pimpinan. Pimpinan menunjuk seorang yang ditokohkan untuk menjadi kyai, sedang benda-benda wakaf diurusi oleh pimpinan.

  c. Manajemen pesantren yang dikelola oleh Pamong Desa. Pamong desa yang mencari seorang kyai, terkadang dari luar desa guna memimpin langsung pondok tersebut. Sedangkan benda-benda wakaf diurusi oleh pamong desa tersebut.

  d. Manajemen pesantren yang dikelola dengan dibentuknya Lembaga Yayasan dari Pondok pesantren. membentuk susunan badan pengurus Pondok Pesantren, kemudian, pengurus mengangkat seorang yang memiliki integritas dalam memimpin pondok pesantren tersebut. Seluruh benda-benda wakaf diurusi oleh lembaga tersebut serta diberlakukannya program kaderisasi yang kuat.

  Misbach, Pembinaan Organisasi dan Administrasi Pondok Pesantren, dalam Kapita

  Selekta Pondok Pesantren, (Jakarta: Paryu Berkah, 1976), hlm. 36.

  Setelah pola manajemen yang berlaku di pondok pesantren, maka solusi beserta langkah-langkah dalam pengembangan manajemen pesantren adalah

  sebagai berikut: 122

  a. Menerapkan Manajemen Secara Profesional.

  1) Menguasai ilmu dan praktik tentang pengelolaan pesantren.

  2) Menerapkan fungsi-fungsi manajemen, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.

  3) Mampu menunjukkan skill yang dibutuhkan pesantren.

  4) Memiliki pendidikan, pelatihan, atau pengalaman yang memadai tentang pengelolaan.

  5) Memiliki kewajiban moral untuk memajukan pesantren.

  6) Memiliki komitmen yang tinggi terhadap kemajuan pesantren.

  b. 123 Menerapkan Kepemimpinan Yang Kolektif.

  1) Mendirikan yayasan.

  2) Mengadakan pembagian wewenang secara jelas.

  3) Memberikan tanggung jawab kepada masing-masing pegawai.

  4) Menjalankan roda organisasi bersama-sama sesuai dengan kewenangan masing-masing pihak secara kolektif.

  5) Menanggung resiko secara bersama-sama.

  c. 124 Menerapkan Manajemen Terstruktur.

  1) Menyusun struktur organisasi secara lengkap.

  122 Qomar Mujamil, Pesantren dari Transformasi , ........hlm. 69. 123 Ibid. 124 Ibid., hlm. 76.

  2) Menyusun deskripsi pekerjaan (job description).

  3) Menjelaskan hubungan kewenangan antarpegawai dan pimpinan, baik secara vertikal maupun horizontal

  4) Menanamkan komitmen terhadap tugas masing-masing pegawai.

  5) Menjaga kode etik kewenangan masing-masing pegawai.

  d. Mengadakan Pembaruan Secara Berkesinambungan.

  1) Mengadakan pembaruan dan penambahan institusi.

  2) Mengadakan pembaruan sistem pendidikan.