Aspek-Aspek Amwal dan Persoalannya

C. Aspek-Aspek Amwal dan Persoalannya

Bagian pertama tentang asas pemilikan amwal dimulai dari pasal

17 yang menjelaskan tentang pemilikan amwal didasarkan pada asas: (a) Amanah, bahwa pemilikan amwal pada dasarnya merupakan titi- pan dari Allah untuk didayagunakan bagi kepentingan hidup. (b) Ini- radiyah, bahwa pemilikan benda pada dasarnya bersifat individual dan penyatuan benda dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha atau korporasi. (c) Ijtima’iyah, bahwa pemilikan benda tidak hanya memiliki fungsi pemenuhan kebutuhan hidup pemiliknya, tetapi pada saat yang sama di dalamnya terdapat hak masyarakat. Manfaat pada dasarnya adalah pemilikan benda yang diarahkan untuk memperbesar manfaat dan mempersempit madharat.

Bila dipahami dari asas-asas kepemilikan pada pasal 17 tersebut, ada upaya untuk menjembatani antara kecederungan yang berorientasi cara dan berorientasi tujuan. Caranya memperoleh kepemilikan bisa di- lakukan dengan tanggung jawab masing-masing individu. Bisa juga di- lakukan dengan cara kelompok atas dasar badan hukum. Namun secara tujuan, kepemilikan yang diperoleh dari dua cara, harus memperha- tikan tujuannya. Tujuan pertama adalah asas amanah. Secara tegas dise- butkan bahwa asas amanah mendorong kepemilikan harta untuk tujuan kepentingan hidup. Sebagai sebuah tititapan, maka kepemilikan amwal tidak selayaknya disimpan dan di”matikan” pemanfaatannya.

Tujuan kedua, merupakan lanjutan dari tujuan pertama, bahwa kemanfaatan harta untuk tujuan hidup adalah menganut asas memper- besar manfaat dan mempersempit kemudaratan. Sehingga, pemanfaa- tan harta untuk kepentingan hidup di dorong agar menjamin terpeliha- ranya keselamatan dan kesejahteraan manusia sekaligus mempersempit kemudaratan. Sesungguhnya harta tidak untuk menjerumuskan manu- sia kearah yang mempersulit hidup. Pasal 17 ini, dengan tegas menye- butkan bahwa kepemilikan harta tidak bersifat absolut-individual juga

Sosio Ekonomi Pedalaman

(Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Pedalaman Kalimantan Barat)

bukan sosialisme murni. Semuanya ditentukan penguatan kebaikan dan mengurangi keburukan.

Inilah model resolusi konlik secara etik yang dijelaskan pada pa- sal 17 tersebut. Wilayah etik adalah wilayah di mana norma-norma in- dividu dan sosial ikut berperan dalam kepemilkan amwal. Wilayah etik menjadi standar tinggi terhadap kepemilikan.

Visualisasi berikut ini dapat menjelaskannya:

Memperbesar

Manfaat, amanah Ijtima’iyah Mempersempit

Infiradhiyah

Madharat

Konsep amanah merupakah dasar dari kepemilikan dan peman- faatan amwal. Kemudian di tujukan bagi individu maupun kelompok. Dalam bahasa agama, ada yang disebut dengan tanggungjawab ‘aini, dan ada tanggung jawab kafai’. Maka tujuan akhir dari kepemilikan dan pemanfaatan yang bersifat individu (iniradiyah) dan sosial (ijti- ma’iyyah) adalah untuk M4 yaitu; Memperbesar Manfaat, Mempersem- pit Madharat.

Bagian Kedua dari masalah amwal adalah terkait dengan bagaima- na cara memperolehnya. Disebutkan dalam pasal 18 bahwa benda dapat diperoleh dengan cara: (a) Pertukaran. (b) Pewarisan. (c) Hibah. (d) Wasiat. (e) Pertambahan alamiah. (d) Jual-beli. (e) Luqathah. (f) Wakaf serta (g) Cara lain yang dibenarkan menurut syariah. Adapun bagian ke tiga adalah terkait dengan penjelasan sifat pemilikan amwal. Dijelaskan pada pasal 19 bahwa prinsip pemilikan amwal adalah: (a) pemilikan yang penuh, mengharuskan adanya kepemilikan. (b) manfaat dan tidak dibatasi waktu; (c) pemilikan yang tidak penuh, mengharuskan adanya kepemilikan manfaat dan dibatasi waktu; (d) pemilikan yang penuh tidak bisa dihapuskan, tetapi bisa dialihkan. Pemilikan sya-

Sosio Ekonomi Pedalaman

(Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Pedalaman Kalimantan Barat)

rikat yang tidak penuh sama dengan kepemilikan terpisah tasharrufnya. Pemilikan syarikat yang penuh ditasharrukan dengan hak dan kewaji- ban secara proporsional.