Penyelesaian Sengketa dalam Islam

H. Penyelesaian Sengketa dalam Islam

Sebelum membahas hal yang dimaksud lebih jauh, penulis akan menjelaskan beberapa term atau istilah tehnis yang dinyatakan oleh al- Qur’an. Setidaknya mengantarkan kepada pembaca, bahwa al-Qur’an juga memberikan beberapa ungkapan bahwa konlik harus diselesaikan.

Jika menggunakan term-term modern dalam konlik, maka dida- patkan beberapa istilah tehnis yang memiliki kesamaan makna:

1. Al-Sulh ( حلصلا) Dalam bahasa teori konlik modern ada yang menerjemahkannya dengan arti mediasi, namun ada juga yang menerjemahkannya dengan arbitrase. Terlepas dari makna yang sebenarnya, makna al-sulh sendi- ri adalah perdamaian. Al-Jurjani dalam ta’rifat mendefenisikan al-sulh sebagai sebuah upaya untuk mengakhiri sebuah perselisihan. Secara bahasa, al-sulh berarti menyelesaikan perselisihan atau pertengkaran. Sayyid sabiq memberikan pengertian sulh dengan akad yang menga-

tion is not for them. Parties may try mediation or conciliation irst and then, if this fails, resort to arbitration. Nor should the mediator or conciliator change his role and act as an arbitrator.”

34 Eman Suparman, Pilihan Forum Arbitrase dalam Sengketa Komersial untuk Penegakan Keadilan, (Disertasi tidak diterbitkan, 2004), h. 160.

Sosio Ekonomi Pedalaman

(Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Pedalaman Kalimantan Barat)

khiri persengketaan antara dua pihak. 35 Hukum dasar penggunaan sulh sebagai sebuah metode dalam menyelesaikan sengketa adalah boleh (an-nadb).

Peraturan Utsmani dalam Majallah al-Ahkam al-‘Adliyah mende- fenisikan al-sulh dalam ayat 1531 sebagai sebuah kontrak yang mengu- bah perselisihan atas dasar persetujuan. Sulh dapat juga didefenisikan sebagai sebuah upaya antara dua pihak atau lebih untuk menyelesaikan sebuah spesiik perselisihan dengan mengakhiri kasusnya. Imam Zaka- riya menyebut sulh sebagai suatu akad di mana para pihak bersepakat mengakhiri persengketaan mereka. 36

Apakah upaya yang dilakukan melalui mediasi atau arbitrase bukan menjadi persoalan selama tujuannya adalah untuk perdamaian. Lafazh sulh sendiri dalam al-Qur’an diungkapkan dalam 30 kali ungka- pan dengan makna yang berbeda-beda. Penulis akan ketengahkan be- berapa ayat yang secara langsung bermakna melakukan proses perda- maian dalam kejadian konlik.

35 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz 3 (Cairo: Dar al-Fath, 2000), h. 210. 36 Abu Zakariya bin yahya an-Nawawy, Mughni al-Muhtaj, Juz 2, (Mesir:

Musthafa al-babi al-Halaby, 1975), h. 111. 37 Al-Nisa’/4: 114. “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mer-

eka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami mem- beri kepadanya pahala yang besar”.

38 Al-Nisa’/4: 128. ”Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perda- maian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir, Dan jika kamu bergaul dengan istrimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Sosio Ekonomi Pedalaman

(Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Pedalaman Kalimantan Barat)

43 .َنيدلا قلحت نكلو َرْعَشلا ُقِلْحَت اهنإ :لوقأ ا .ُةَقِلاحلا يه ِنِّيبلا ِتاذ ُحاصإ 8.Kasus peletakan hajar al-aswad yang terjadi pada tahun 605 ketika

nabi Muhammad berumur 35 tahun, dngan genuine memberikan jalan keluar berupa kesempatan setiap suku yang saling bertikai un- tuk masing-masing memegang ujung kain yang ditengahnya diletak- kan hajar al-aswad. Dari cara ini, semua suku sama-sama mendapat-

39 Al-Hujarat/49: 9. Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin ber- perang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

40 Al-Hujarat/49: 10. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersauda- ra karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.

41 An-Nisa’/4: 114. Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mer- eka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami mem- beri kepadanya pahala yang besar.

42 (Hadis riwayat Al-Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf). Perdamaian itu boleh dian- tara orang-orang muslim kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. Dan orang-orang muslim itu terikat terhadap perjanjian yang mereka buat kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalal- kan yang haram.

43 H.R Tarmidzi. Maukah kamu saya tunjukkan suatu perbuatan yang lebih utama daripada tingkatan keutamaan shalat, puasa dan shadaqah? Mereka menjawab, ya rululullah. maka Rasulullah menjawab: yaitu mendamaikan persengketaan yang sedang terjadi sebab kerusakan karena persengketaan berarti menggundul, saya tidak mengatakan menggundul rambut, tetapi menggundul agama.

Sosio Ekonomi Pedalaman

(Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Pedalaman Kalimantan Barat)

kan pelayanan dan perhatian yang sama.

9. Peristiwa lainnya adalah perjanjian Hudaibiyah yang terjadi pada ta- hun 6 H atau tepatnya 13 Maret 628 M. Saat itu Muhammad me- mimpin sekitar seribu kaum muslim dari Madinah menuju Makkah untuk sekaligus menunaikan umrah. Meskipun mendapat penolakan dari tokoh-tokoh Quraisy Makkah, tetapi nabi Muhammad mampu melakukan negosiasi sehingga kedatangannya ke Makkah tidak ha-

rus dengan pertumpahan darah yang sangat. 44

10. Kejadian yang lain sebagaimana yang terjadi pada piagam Madinah. 45 Pada hari senin, 20 September 622 M, setelah 13 tahun pengang- katan Muhammad sebagai Rasul tidak mendapatkan simpati serta apresiasi memadai di jantung pusat kekuasaan politik serta ekonomi masyarakat Arab itu. Bahkan, belum memiliki kekuatan serta kesa- tuan politik untuk dapat berkuasa penuh dari sisi teritorial. Piagam madinah terdiri dari 47 pasal dengan berbagai rung lingkup materi perjanjian. Namun, terkait dengan penelitian ini, terdapat dua pasal yang dengan secara tegas, bahwa nabi sangat concern terhadap isu- isu perdamaian (sulh).

Dalam pasal 17 disebutkan: لدعو ءاوس ىلع اا ه ليبس يف لاتق يف نمؤم نود نمؤم ملاسي ا ةدحاو نينمؤملا ملس ناو

44 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyyah-II, (Jakarta: Raja Graindo, 1996), h. 29-30.

45 W. Montgomery Watt, seperti dalam kutipan Sukardja (1995), menyatak- lan bahwa “dokumen ini secara umum diakui otentik”. Piagam ini adalah sebuah keputusan signiikan sebagai “anugrah” bagi masyarakat heterogen untuk memban- gun sendi-sendi kehidupan bersama dalam semangat kebersamaan serta keragaman. Jika dilihat dari segi agama, penduduk Madinah terdiri dari tiga golongan besar, yaitu “Muslimin, Musyrikin serta Yahudi”. Ketiga kelompok ini secara eksplisit bah- kan disebut dalam dokumen Madinah. Ahmad Sukardja, Piagam madinah dan Un- dang-Undang Dasar 1945, Kajian Perbandingan Tentang Dasar Hidup Bersama Dalam Masyarakat Majemuk, Jakarta, Universitas Indonesia, 1995.

46 Perdamaian mukminin adalah satu. Seorang mukmin tidak boleh membuat perdamaian tanpa ikut serta mukmin lainnya di dalam suatu peperangan di jalan Al-

Sosio Ekonomi Pedalaman

(Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Pedalaman Kalimantan Barat)

Pasal 42 disebutkan: ه ىلا هدرم ناف هداسف فاخي راجتشاو ثدح نم ةفيحصلا هذه لها نيب ناك ام هناو

47 .هرباو ةفيحصلا هذه ىف ام ىقتا ىلع ه ناو ملسو هيلع ه ىلص دمحم ىلاو لجوزع Pasal 45 disebutkan:

Berdasarkan ungkapan lafazh “shalaha” mengindikasikan bebera- pa hal dalam upaya resolusi konlik:

a. Perbaikan dilakukan oleh diri sendiri. Kesadaran untuk menjadi yang lebih baik merupakan dorongan dari internal diri sendiri. Se- perti al-Maidah/5: 39, al-An’am/6: 54, al-‘Araf/7: 35, asy-Syura/42:

40, an-nisa/4: 16, al-Baqarah/2: 160, Ali Imran/3: 89, an-nisa/4: 146, 49 an-Nur/24: 5, an-Nisa;/4:129, al-Anfal/8:1, al-Anbiya’/21; 105.

b. Perbaikan merujuk kepada semua elemen konlik. Bahkan dalam ka-

lah, kecuali atas dasar kesamaan dan keadilan di antara mereka. 47 Bila terjadi suatu persitiwa atau perselisihan di antara pendukung piagam

ini, yang dikhawatirkan menimbulkan bahaya, diserahkan penyelesaiannya menurut (ketentuan) Allah Azza Wa Jalla, dan (keputusan) Muhammad SAW. Sesungguhnya Allah paling memelihara dan memandang baik isi piagam ini.

48 Apabila mereka (pendukung piagam) diajak berdamai dan mereka (pihak lawan) memenuhi perdamaian serta melaksankan perdamaian itu, maka perdamaian itu harus dipatuhi. Jika mereka diajak berdamai seperti itu, kaum mukminin wajib memenuhi ajakan dan melaksanakan perdamaian itu, kecuali terhadap orang yang menyerang agama. Setiap orang wajib melaksanakan (kewajiban) masing-masing se- suai tugasnya.

Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertobat dan mem- perbaiki diri, maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.

Sosio Ekonomi Pedalaman

(Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Pedalaman Kalimantan Barat)

sus pidana (al-Maidah/5: 39), sulh masih dapat dilakukan.

c. Sulh pada wataknya bukanlah untuk menentukan mana yang benar dan salah, tetapi lebih berorientasi ke arah rekonstruksi sikap, per- ilaku dan kontradiksi yang lebih baik. 50