Lafadz-lafadz yang Semakna (Sinonim) dengan Dhalâl

C. Lafadz-lafadz yang Semakna (Sinonim) dengan Dhalâl

Lafadz dhalâl dalam al-Qur`an memiliki beberapa padanan kata atau sinonim yang digunakan dalam konteks yang hampir sama dalam ayat-ayat al- Qur`an. Padanan kata lafadz dhalâl tersebut ditemukan memiliki makna dan pengertian yang sama dengan konsep dhalâl sebagaimana diuraikan di atas. Berikut ini akan diuraikan beberapa padanan kata lafadz dhalâl beserta makna dan pengertiannya dalam konteks ayat-ayat al-Qur`an.

C.1. Ghay

Lafadz ghay adalah salah satu padanan kata dhalâl yang mengandung arti sama yaitu berjalan pada kesesatan menyimpang dari jalur yang benar. Sebagaimana terdapat dalam al-Qur`an surat al-Syu`arâ’ ayat 90-97 berikut ini.

40 Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân, Juz III, h. 599

dan (di hari itu) didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertakwa, dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang

sesat", dan dikatakan kepada mereka: "Di manakah berhala-berhala yang dahulu kamu selalu menyembah (nya) selain Allah? Dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka sendiri?" Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat, dan bala tentara iblis semuanya. Mereka berkata sedang mereka bertengkar di dalam neraka: "demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, (al-Syu`arâ’: 90-97)

Menurut al-Qurthuby dalam tafsirnya bahwa yang dimaksud al-ghâwîn dalam ayat tersebut adalah orang-orang kafir yang sesat dari petunjuk (hudâ). 41

Dengan demikian ghawâ dalam ayat tersebut digunakan sebagaimana konsep dhalâl yang diperlawankan dengan hudâ.

Konsep ghawâ sebagai padanan kata dhalâl yang dilawankan dengan hudâ secara jelas digunakan dalam surat Thâhâ ayat 121-122.

41 Abî ‘Abd Allah Muhammad bin Ahmad al-Anshârî al-Qurthûbî, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur`ân (Beyrut: Dâr al-Fikr, 1994) Juz VII, h. 109

Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. (Thâhâ :121-122)

Kedurhakaan Adam karena telah melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah pohon khuldi dinyatakan dalam ayat tersebut sebagai perbuatan yang sesat (ghawâ) dan ketika Adam bertaubat dan diterima oleh Allah, maka Tuhan memberinya petunjuk (hudâ).

C.2. Zaygh

Padanan kata lafadz dhalâl berikutnya yang digunakan dalam al-Qur`an adalah zaygh yang memuat salah satu konsepsi dhalâl yaitu penyimpangan dari

jalan yang benar 42 . Contoh dari penggunaan zaygh yang memuat konsepsi tersebut adalah terdapat dalam surat Ali-‘Imrân 7-8.

42 Izutsu, Etika Beragama, h. 220

Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang

dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (‘Ali ‘Imrân: 7-8)