Permasalahan Pembangunan di Kabupaten Bandung Barat

4.7 Permasalahan Pembangunan di Kabupaten Bandung Barat

Permasalahan adalah adanya perbedaan atau gap antara kondisi yang diinginkan atau direncanakan, dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Dalam hal pembangunan di Kabupaten Bandung Barat, permasalahan disini adalah perbedaan atau gap antara rencana pembangunan dengan kondisi yang dicapai sebagai hasil dari pembangunan yang dilaksanakan. Permasalahan pembangunan yang ada di Kabupaten Bandung Barat dapat dikelompokkan dalam beberapa aspek mulai dari aspek fisik dan lingkungan, sosial kependudukan, hingga aspek infrastruktur.

4.7.1 Permasalahan Aspek Fisik dan Lingkungan Kabupaten Badung Barat mempunyai wilayah dengan kemiringan lereng sangat

terjal mencapai lebih dari 40% luas kabupaten, 66% wilayahnya termasuk pada ketinggian 500-1000 mdpl. Kebijakan pola ruang yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029 adalah mengarahkan perkembangan wilayah terbangun ke arah barat dan timur dan bagian selatan-tengah. Disebutkan pula bahwa dierlukan pembatasan pengendalian perkembangan pada kawasan yang berdasarkan aspek lingkungan perlu mendapat perlindungan (kawasan konservasi) terutama di bagian utara dan bagian selatan serta bagian tengah yang berada di sempadan Sungai Citarum dan anak-anak sungainya.

Dalam rencana RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029 tersebut mengenai rencana pola ruang, ditetapkan sebesar 63,14% dari total luas wilayah Kabupaten Bandung Barat sebagai kawasan lindung. Akan tetapi pada Dalam rencana RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029 tersebut mengenai rencana pola ruang, ditetapkan sebesar 63,14% dari total luas wilayah Kabupaten Bandung Barat sebagai kawasan lindung. Akan tetapi pada

1. Berkurangnya kawasan lindung akibat alih fungsi lahan,terutama di Kawasan Bandung Utara (KBU)

2. Alih fungsi lahan pertanian (termasuk LP2B) menjadi lahan terbangun

3. Tingginya pencemaran sungai yang disebabkan oleh limbahindustri maupun limbah padat (sampah)

4. Potensi run-off water yang tinggi akibat berkurangnya kawasan konservasi air di utara

5. Potensi gempa dari patahan sesar lembang

6. Potensi kawasan longsor akibat gerakan tanah dan alih fungsilahan

7. Peningkatan kebutuhan akan sumber daya air baku berpotensi untuk pemanfaatan air tanah dan permukaan

4.7.2 Permasalahan Aspek Sosial Kependudukan Hasil proyeksi hingga tahun 2029 menunjukkan penduduk di Kabupaten

Bandung Barat dapat mencapai 2.155.758 jiwa, tepatnya bertambah sebesar 510.774 jiwa dari tahun 2014 dengan kontribusi dari Kecamatan Lembang, Kecamatan Ngamprah dan Kecamatan Padalarang. Permasalahan yang dihadapi Kabupaten Bandung Barat terkait dengan aspek sosial kependudukannya adalah:

1. IPM Kabupaten Bandung Barat cukup rencah dibandingkan dengan wilayah sekitarnya

2. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi

3. Prosentase penduduk miskin diatas Jawa Barat dan merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan Kota/Kabupaten si dekitarnya yaitu sebesar 12,26% pada tahun 2014.

4.7.3 Permasalahan Ekonomi Sektor basis Kabupaten Bandung Barat Tahun 2016 adalah sektor pertanian,

kehutanan, dan peternakan; pengadaan listrik dan gas; transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; real estate; jasa perusahaan, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib kehutanan, dan peternakan; pengadaan listrik dan gas; transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; real estate; jasa perusahaan, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib

Berdasarkan visi dan misi pembangunan Kabupaten Bandung Barat yang menekankan sektor agroindustri dan pariwisata, isu ekonomi terkait dengan arah pembangunan kabupaten dapat dilihat berikut ini.

Tabel 4-5 Isu Ekonomi Terkait Arah Pembangunan Kabupaten

Perkembangan

Perkembangan Industri Perkembangan Industri

Perumahan dan

• Industri pengolahan di

• Industri pariwisata tidak Kab. Bandung Barat

• Real Estate menjadi

terhitung dalam merupakan salah satu

salah satu kontributor

perhitungan PDRB, kontributor PDRB

PDRB yang tidak begitu

namun keberadaannya paling besar (40% pada

signifikan, namun

sangat nyata terlihat di tahun 2016)

memberikan turunan

Kabupaten Bandung • Potensi: Pemda

yang cukup banyak dan

Barat Kabupaten Bandung

dengan laju

• Potensi: Kabupaten Barat mendukung

pertumbuhan PDRB

Bandung Barat memiliki pengembangan

yang cukup besar, 5-6%

daya tarik wisata alam kawasan industri

per tahun (2012 –

dan budaya yang cukup dengan alokasi lahan,

menarik bagi wisatawan, mengundang investor,

• Potensi: Kabupaten

seperti Kawasan dll

Bandung Barat masih

Lembang, Stone Garden • Permasalahan: kualitas

memiliki cadangan

Padalarang, dll. tenaga kerja yang

lahan yang cukup luas

Perkembangan industri kurang sesuai dengan

untuk dikembangkan

pariwisata yang dibutuhkan,

menjadi permukiman

menyebabkan tumbuh keberadaan industri

• Permasalahan:

dan berkembangnya mencemari lingkungan

kantong-kantong

sektor-sektor yang sekitar yang

permukiman mayoritas

dibangun di dalam

memfasilitasinya,

Perkembangan

Perkembangan Industri Perkembangan Industri

Perumahan dan

berdampak pada

seperti sektor masyarakat secara

Kawasan Bandung

transportasi, konstruksi langsung

Utara yang memiliki

dan penyediaan • Peluang: Kabupaten

fungsi lindung yang

akomodasi dan makan Bandung Barat berada

cukup signifikan

minum. dekat dengan akses tol

terhadap Metropolitan

• Permasalahan: yang membantu proses

Bandung Raya

Ketiadaan pengelolaan produksi hingga

• Peluang: Kabupaten

yang baik terhadap distribusi

Bandung Barat

industri pariwisata • Tantangan:

termasuk ke dalam

menyebabkan perkembangan industri

Kawasan Metropolitan

kesemerawutan baik era 4.0, trend industri

Bandung Raya,

dari sisi fisik, sosial yang bukan lagi padat

sehingga menjadi salah

maupun ekonomi karya sehingga

satu kantong

• Peluang: Kabupaten penyerapan tenaga

permukiman, baik bagi

Bandung Barat kerja menjadi

penduduk Bandung

merupakan bagian dari berkurang

Raya, maupun bagi

wisatawan weekender;

Destinasi Pariwisata

rencana pengembangan

Nasional (DPN) Bandung

KCIC dan TOD yang

– Ciwidey dsk, dan

mampu menggenjot

merupakan salah satu

sektor real estate lebih

Kawasan Pengembangan

tinggi lagi.

Pariwisata Nasional

• Tantangan: penerapan

(KPPN) Lembang dsk.

konsep-konsep

Pengembangan

berkelanjutan dalam

pariwisata di Kabupaten

pembangunan real

Bandung Barat, yang

estate di Kabupaten

sudah menjadi perhatian

Bandung Barat

nasional ini, tidak terlepas dari rangkaian destinasi-destinasi pariwisata dari Kota Bandung hingga Bandung Utara.

• Tantangan: pengembangan wisata alam yang berkelanjutan (ekowisata/geowisata)

Permasalahan di bidang ekonomi Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut:

1. Sektor ekonomi perkotaan yang lebih berkembang dibandingkan sektor ekonomi perdesaan

2. Sektor basis Industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor maju namun tertekan

3. Kecenderungan sektor pariwisata perkotaan lebih berkembang dibandingkan agrowisata

4. Ancaman sektor pertanian karena perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke non pertanian

4.7.4 Permasalahan Infrastruktur

1. 31% dari total ruas jalan yang ada di Kabupaten Bandung Barat melalami kerusakan, dan 8% mengalami kerusakan berat

2. Konektivitas antara ibukota kecamatan dengan ibukota kabupaten kurang baik dan belum terlayani terminal

3. Beberapa ruas jalan belum dilengkapi dengan sarana penunjang jalan (trotoar, zebra cross, serta rambu-rambu)

4. Kondisi bangunan terminal masih buruk dan beberapa tidak memiliki fisik bangunan (terutama terminal tipe C)

5. Aksesibilitas dan konektivitas angkutan umum masih rendah

6. Saluran drainase belum mencakup seluruh wilayah kabupaten dan masih bercampur dengan air limbah (domestic dan non-domestik)

7. Belum memiliki instalasi pengolahan limbah tinja (IPLT)

8. Pelayanan pengelolaan air limbah belum mencakup seluruh wilayah kabupaten (53% dari seluruh wilayah dengan system on-site)

9. Dari perkiraan produksi sampah sekitar 300-400 ton per hari, UPT Kebersihan hanya mampu mengangkut sekitar 150 ton/hari (PR,2017)

10. Kurangnya armada truk pengangkut sampah, sehingga muncul titik-titik pembuangan sampah liar.

11. Rencana pendirian stasiun KCJB di Kecamatan Cikalong Wetan yang menggunakan konsep TOD. Konsep pengembangan TOD Walini di Cikalong Wetan ini belum termuat dalam RTRW sehingga belum ada infrastruktur dan utilitas yang mendukung.

4.7.5 Permasalahan pelayanan umum

1. Rendahnya angka partisipasi untuk jenjang pendidikan menengah atas

2. Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah (50% penduduk belum tamat SD dan hanya tamat SD)

3. Distribusi sarana dan prasarana pendidikan belum merata

4. Distribusi tenaga kesehatan yang kurang merata di seluruh kecamatan

5. Aksesibilitas fasilitas kesehatan terbatas

6. Pelayanan kesehatan belum sesuai standar

4.7.6 Perumusan Permasalahan untuk Penentuan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah

Tujuan dari perumusan permasalahan pembangunan daerah adalah untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan/kegagalan kinerja pembangunan daerah dimasa lalu, khususnya yang berhubungan dengan kemampuan manajemen pemerintahan dalam memberdayakan kewenangan yang dimilikinya. Identifikasi permasalahan pembangunan dilakukan terhadap seluruh bidang urusan penyelenggaraan pemerintahan daerah secara terpisah atau sekaligus terhadap beberapa urusan. Hal ini bertujuan agar dapat dipetakan berbagai permasalahan yang terkait dengan urusan yang menjadi kewenangan dan tanggungjawab penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Permasalahan pembangunan merupakan penyebab terjadinya kesenjangan antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang di rencanakan serta antara apa yang ingin di capai di masa datang dengan konsisi riil saat perencanaan dibuat. Pada evaluasi RPJMD Kabupaten Bandung Barat 2013- 2018 telah dilakukan kajian permasalahan untuk penentuan program prioritas Kabupaten Bandung Barat untuk setiap bidang urusan dan indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah (lihat Lampiran). Evaluasi RPJMD Kabupaten Bandung Barat Permasalahan pada bagian ini merupakan permasalahan pembangunan yang dibuat tiap urusan pemerintah untuk bekerjanya fungsi- fungsi yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintah untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi yang menjadi kewenangannya

memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat.Berdasarkan hasil evaluasi tersebut dilakukan identifikasi masalah dan akar masalah pembangunan.

dalam

melindungi, melayani,

Suatu permasalahan daerah dianggap memiliki nilai prioritas jika berhubungan dengan tujuan dan sasaran pembangunan, khususnya untuk penyusunan

RPJPD, RPJMD dan RKPD, termasuk didalamnya prioritas lain dari kebijakan nasional/provinsi yang bersifat mandatori. Dari rumusan permasalahan yang telah diidentifikasi berdasarkan data kesenjangan (gap) antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang di rencanakan, kemudian rumusan permasalahan tersebut dipetakan menjadi masalah pokok, masalah dan akar masalah sebagaimana tabel berikut.

Tabel 4-6 Pemetaan Permasalahan untuk Penentuan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah

No. Masalah Pokok

Masalah

Akar Masalah

1. Belum terwujudnya tata

 Rendahnya kapasitas dan kelola pemerintahan sesuai

Tata Kelola Pemerintahan yang

kemampuan SDM pemerintahan prinsip good governance

belum efektif dan efisien,

menyebabkan:

 Belum memadainya sarana dan

 Belum optimalnya kualitas

prasarana pendukung tata laksana

perencanaan pembangunan

pemerintahan Kerangka regulasi

 Belum terwujudnya

yang belum mendukung

transparansi dalam

 Belum terwujudnya tata kelola

pemerintahan

pemerintahan sesuai prinsip good

 Pelayanan Publik yang belum

governance

maksimal  Belum maksimalnya kemampuan pengelolaan

keuangan dan kekayaan daerah Integritas aparat pemerintah yang

Belum seluruh apparat pemerintahan

belum maskimal menyebabkan

memahami peraturan dan tata tertib.

masih ditemukannya pelanggaran dan perilaku indisipliner

2. Belum optimalnya kualitas

A. Rendahnya tingkat pendidikan

pendidikan dan kesehatan

masyarakat yang disebabkan:

masyarakat

 Sarana dan prasarana

 Distribusi sarana dan prasarana

pendidikan yang belum

pendidikan belum merata

memadai, dan

 Fasilitas dan tenaga pendidikan yang belum mencukupi karena keterbatasan anggaran

 Tingkat partisipasi masyarakat

 Rendahnya kesadaran masyarakat

yang rendah dalam pendidikan

 Rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat  Aksesibilitas terbatas.

B. Masih terancamnya kesehatan masyarakat (gizi buruk dan penyakit menular) yang disebabkan:

 Sarana dan prasarana

 Aksesibilitas fasilitas kesehatan

kesehatan yang belum memadai

terbatas

secara kualitas dan kuantitas

 Pelayanan kesehatan belum sesuai

standar

 Belum optimalnya kemandiran

 Rendahnya kesadaran masyarakat

No. Masalah Pokok

Masalah

Akar Masalah

masyarakat untuk hidup sehat.

3. Belum terwujudnya daya

Rendahnya kualitas pendidikan saing ekonomi masyarakat

Tingginya tingkat kemiskinan

masyarakat

Rendahnya daya saing ekonomi

 Rendahnya ketrampilan

masyarakat

masyarakat  Belum optimalnya pengembangan wilayah untuk mendorong

perekonomian 4. Belum terwujudnya

 Belum adanya pembangunan ketersediaan sarana dan

Belum memadainya penyediaan

irigasi baru karean keterbatasan prasarana pendukung

sarana dan prasarana

anggaran pengembangan kawasan

pengembangan pertanian dan

peternakan

 Belum optimalnya pelayanan irigasi yang ada saat ini.

Infrastruktur transportasi belum

 Keterbatasan anggaran

memadai

pembangunan infrastruktur transportasi

Sarana dan prasarana permukiman

 Ketersediaan sanitasi yang belum

yang belum memadai

mencukupi.  Masih terdapat rumah tidak layak

huni  Sistem persampahan yang belum optimal.  Cakupan pelayanan listrik belum optimal.

5 Turunnya kualitas

 Lemahnya pengendalian lingkungan karena

Terjadinya alih fungsi lahan lindung

pemanfaatan lahan berkurangnya lahan lindung

dan lahan pertanian

 Kesadaran masyarakat mengenai dan lahan pertanian

pentingnya kawasan lindung masih rendah

Tingginya angka kemiskinan dan pertumbuhan perekonomian daerah yang kurang optimal

Kebijakan pengembangan wilayah belum

Produktivitas masyarakat tidak

Daya saing ekonomi masyarakat

optimal mendorong perekonomian

optimal

rendah

Pengambilan kebijakan tidak berjalan Ketrampilan dan pendidikan

Kesehatan masyarakat

Produktivitas dari sektor pertanian

Aksesibilitas masyarakat

optimal

masyarakat rendah

kurang baik

dan peternakan kurang optimal

terbatas/ sulit

Belum terwujudnya tata kelola pemerintahan sesuai prinsip good

Belum optimalnya kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat Belum terwujudnya ketersediaan sarana dan

prasarana pendukung pengembangan kawasan

governance

Belum seluruh aparat memahami aturan &

tata tertib Distribusi sarana dan

Rendahnya

Aksesibilitas fasilitas

Penyediaan sarana prasarana

pertanian & peternakan belum Sarana prasarana pendukung

prasarana pendidikan

kesadaran

pendidikan dan kesehatan

memadai

dan kesehatan belum

masyarakat

yang terbatas

merata dan memadai Infrastruktur transportasi

belum memadai

belum memadai Rendahnya kapasitas

Rendahnya SDM pemerintahan

Fasilitas dan tenaga

pendidikan dan kesehatan

kemampuan ekonomi

belum mencukupi

masyarakat

Sarana & prasarana permukiman

belum memadai

Tabel 4-7 Pohon Permasalahan

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Menurunnya angka kemiskinan dan meningkatnya pertumbuhan perekonomian daerah

Kebijakan pengembangan wilayah dapat

Daya saing ekonomi masyarakat

Produktivitas masyarakat optimal

mendorong perekonomian

meningkat

Pengambilan kebijakan berjalan optimal Ketrampilan dan

Kesehatan masyarakat

Produktivitas dari sektor pertanian

Aksesibilitas masyarakat

pendidikan masyarakat

membaik