Fokus Infrastruktur Kabupaten Bandung Barat memenuhi kebutuhan energi nasional dengan tiga
2.4.2 Fokus Infrastruktur Kabupaten Bandung Barat memenuhi kebutuhan energi nasional dengan tiga
pembangkit listrik utama yaitu PLTA Saguling, Cirata dan sebagian Jatiluhur. Di samping itu PLTA Cisokan akan dibangun dengan pumped storage di
Kecamatan Rongga dengan kapasitas 1.040 MW. Di samping itu, Tangkuban Perahu yang letaknya di Kecamatan Lembang memiliki potensi cadangan geothermal sebesar 190 MW. Disamping itu juga ada potensi pengembangan Bio Ethanol dari singkong. Jika investasi pengembangan dari seluruh sumber energi tersebut berjalan dengan baik maka diharapkan pasokan listrik untuk seluruh wilayah Bandung Barat akan dapat disediakan secara berkelanjutan.
Sementara itu pelayanan jaringan prasarana dan utillitas lainnya seperti air bersih, persampahan, air limbah dan drainase, Kabupaten Bandung Barat terus meningkatkan jangkauan dan pelayanannya. Pelayanan air bersih oleh PDAM memang masih terbatas di wilayah perkotaan seperti di sebagian dari Kecamatan Padalarang, Batujajar, Ngamprah, Cililin, Cikalongwetan, Lembang, Cisarua, dan Parongpong. Sedangkan di kawasan perdesaan sumber air bersih berasal dari penggunaan mata air, sumur dangkal dan sumur bor, dengan sistem distribusi menggunakan pompa atau pipa gravitasi. Berdasarkan data LAKIP Kabupaten Bandung Barat Tahun 2017, diketahui bahwa cakupan layanan air bersih/ Rumah Tangga pengguna air bersih telah melampaui target yang ditetapkan. Dimana target yang ditetapkan pada tahun 2017 sebesar 39% dan realisasinya yaitu sebesar 52,03%. Adapun data persentase rumah tangga menurut sumber air minum dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2-20 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Tahun 2017
Tidak Jumlah Kemasan/
Air dalam
Pompa
Sumur
Mata Air
Bersih Ledeng
Sumber : Bappelitbangda dan BPS Kabupaten Bandung Barat, 2017 Selanjutnya, layanan persampahan di Bandung Barat saat ini mempunyai
3 kapasitas angkut 140 m 3 /hari hingga mencapai 180 m /hari. Dengan asumsi volume timbulan sampah seluruh wilayah Kabupaten Bandung Barat sebanyak
4.381 m 3 perhari, maka tingkat pelayanan persampahan di Bandung Barat baru mencapai 7,90 % (Bappelitbangda, 2017).
Pelayanan persampahan tersebut baru menjangkau 6 (enam) kecamatan, yaitu Kecamatan Padalarang, Ngamprah, Lembang, Parongpong, Batujajar dan Cisarua. Untuk kawasan perkotaan sendiri sudah mampu melayani 25,99% dari timbulan sampah yang ada. Permasalahan yang terlihat di sini adalah kebutuhan untuk meningkatkan jangkauan dan kapasitas angkut, disamping juga harus mempersiapkan tempat pengolahan sampah akhir yang memadai.
Pelayanan air limbah di Kabupaten Bandung Barat masih terbatas pada pelayanan untuk air limbah domestik dari sisa pemakaian konsumsi air bersih dari penduduk terlayani. Pelayanan ini belum mencakup limbah industri biasanya spesifik dihasilkan dari sisa proses produksi baik bahan baku maupun bahan pendukung. Penanganan limbah domestik masih bersifat onsite, dan hanya mencakup 53% dari luas wilayah yang ada. Sedangkan pelayanan yang offsite masih belum tersedia.
Satu infrastruktur yang sangat penting yang menjamin adanya keterhubungan atau akses dalam wilayah Bandung Barat adalah jaringan jalan. Berikut ini adalah data target dan capaian dalam pembangunan serta peningkatan jaringan jalan dan jaringan prasarana lainnya yang berfungsi sebagai infrastruktur penghubung dan penjamin aksesibilitas dan kualitas kehidupan masyarakat.
Tabel 2-21 Realisasi Kinerja Urusan Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013-2017
Kondisi Kondisi
Awal
TARGET RPJMD Akhir
R BIDANG
T E T /INDIKATOR
URUSAN
A A A A A 2013
RLR G I G I G I G I G
TST I I I I
(9) (10) (11) Proporsi panjang
jaringan jalan
dalam kondisi baik
Kondisi baik (Km)
455,25 308,05 510,01 Proporsi panjang
jaringan jalan
11,50 4,09 7,88 sedang (%) Kondisi sedang
dalam kondisi
63,65 21,18 43,65 Proporsi panjang
6,28 12,6 rusak ringan (%) Kondisi rusak
jaringan jalan
dalam kondisi
ringan (Km) 157.025
34,76 65,27 Proporsi panjang
0 10 0 rusak berat (%)
jaringan jalan
dalam kondisi
0 123,57 Jalan Secara
Kondisi Rusak Berat (Km)
553,65 518,07 553,65 Rasio Jaringan
keseluruhan (Km)
85 86 90 90 95 93 100 Jaringan Primer
72 80 N/A
(Ha)
111 111 111 Jaringan Sekunder
59 70 59 59 59 59 59 Jaringan Tersier
315 315 310 Total Jaringan
Irigasi (Ha)
485 485 480 Luas Lahan
Budidaya (Ha)
35,95 35,95 37,84 Panjang jalan
553,65 308,05 553,65 KM/Jam ) Drainase dalam
kabupaten dalam
kondisi baik ( > 40
kondisi baik/ pembuangan aliran
94,19 90 100 air tidak tersumbat
(%) Luas irigasi
Kabupaten dalam 21.900,00
3.850,00 3.111,40 4,377,22 kondisi baik
Sumber : Laporan keterangan pertanggungjawaban akhir masa jabatan Bupati Bandung Barat
periode 2013-2018
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa kondisi jaringan jalan di Kabupaten Bandung Barat terdiri dari kondisi baik, sedang, rusak ringan dan rusak berat. Dimana pada kondisi akhir, kondisi jalan baik merupakan persentase terbesar dibandingkan dengan kondisi jalan yang rusak. Kondisi jalan yang rusak pun tiap tahun selalu menurun luasannya dan tercapai target pengurangannya. Sehingga, ke depan, jaringan jalan yang sudah baik perlu diawasi dan kemudian diperlukan beberapa jalan dan/atau aksesibilitas tambahan terkait akses dunia usaha, pariwisata dan industri.
Saluran drainase yang ada di Kabupaten Bandung Barat pada umumnya mengikuti pola jaringan jalan, dimana arah aliran dari sebelah barat menuju timur mengikuti kemiringan lahan. Sebagian saluran drainase yang ada masih terbuat dari konstruksi tanah, sedangkan saluran dengan konstruksi beton/bata tertutup masih terbatas pada daerah pusat kota terutama sekitar terminal dan pertokoan/pasar. Hanya beberapa jalan utama yang dilengkapi dengan street inlet. Pada beberapa ruas jalan saluran drainase kurang terpelihara dan banyak tersumbat oleh sampah yang menimbun di sekitar saluran. Hal ini sangat mengganggu kapasitas dan fungsi saluran di musim hujan. Walaupun demikian, berdasarkan tabel di atas, diketahui juga bahwa kualitas drainase dalam kondisi baik terus meningkat dan mencapai 90% pada akhir RPJMD. Sehingga, yang diperlukan lagi tidak hanya kondisinya, melainkan perencanaan sistem drainase tersebut secara desain.
Untuk mendukung pergerakan barang dan orang di dalam wilayah Kabupaten Bandung Barat, maka juga disediakan sistem angkutan umum yang terdiri dari 16 trayek dan dilayani oleh 2 (dua) terminal tipe B, 4 (empat) terminal tipe C, dan 5 (lima) terminal bayangan. Berikut ini adalah tabel data tersebut:
Tabel 2-22 Terminal di Kabupaten Bandung Barat No
Kategori
Nama Terminal
Jenis Terminal Luas Terminal
Terminal
(m 2 )
1. Tipe B
2. Tipe C
Sindangkerta
Penumpang
Cimareme
Penumpang
No
Kategori
Nama Terminal
Jenis Terminal Luas Terminal
Tagog, Padalarang
Penumpang
Sumber: Laporan Final Penyusunan Masterplan Bidang Perhubungan Kabupaten Bandung Barat, 2010
Aksesibilitas wilayah di Kabupaten Bandung Barat dapat dinyatakan dengan indeks aksesibilitas sebesar 0,88 km/km 2 dan indeks mobilitas 0,7 km/1.000 jiwa.
Kedua angka tersebut masih di bawah standar pelayanan minimal untuk kabupaten, yaitu indeks aksesbilitas sebesar 1,5 km/km 2 dan indeks mobilitas
sebesar 2,5 km/1.000 jiwa. Untuk mengejar ketertinggalan tersebut setidaknya diperlukan penambahan jalan sepanjang lebih dari 800 km.