Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan

dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan (HDR). IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan (HDR). IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi

Tabel 2-11 Komponen IPM Per Kecamatan Tahun 2017

IPM Kesehatan

Indeks Harapan

Indeks Rata-rata

IPM Daya Beli

(Indeks Angka

Lama Sekolah

Lama Sekolah

(Pengeluaran per

kapita per tahun) No

Harapan Hidup)

Angka Peringkat

1 63,31 3 5 Cikalong Wetan

15 62,15 15 14 Gunung halu

9 62,3 13 Sumber : Data Makro Sosial Kabupaten Bandung Barat, 2017

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa daerah-daerah perkotaan seperti Lembang, Ngamprah, dan Padalarang memiliki IPM per komponen di peringkat yang relatif tinggi. Sementara daerah-daerah di selatan Kabupaten Bandung Barat seperti Gununghalu dan Sindangkerta yang memiliki karakteristik non perkotaan merupakan daerah-daerah dengan peringkat komponen IPM yang relatif lebih rendah. Sehingga, hal tersebut perlu menjadi perhatian dalam dokumen RPJMD ini. Mengingat, ujung dari perencanaan pembangunan daerah adalah kesejahteraan dan meningkatnya kualitas hidup masyarakat, dimana salah satu alat pengukurannya adalah IPM.

Sementara itu untuk perkembangan IPM Kabupaten Bandung Barat dan komparasinya dengan Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Gambar 2-12 Perbandingan Tren IPM Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Periode 2010-2017 (Metode Baru)

Sumber: BPS Kab. Bandung Barat, BPS Provinsi Jawa Barat dan BPS Pusat Tahun 2011-

2017(Diolah)

Walaupun IPM Kabupaten Bandung Barat jika dibandingkan dengan IPM Provinsi Jawa Barat masih berada di bawahnya, akan tetapi setiap tahunnya IPM Kabupaten Bandung Barat terus mengalami peningkatan dan tidak ada yang menurun. Artinya terdapat peningkatan dan/atau pertumbuhan kualitas hidup masyarakat. Kemudian jika melihat kelompok, kategori atau klasifikasi IPM, Kabupaten Bandung Barat masuk ke dalam kelompok sedang di tahun 2010 hingga tahun 2015 yaitu nilai IPM antara 60-70. Sementara pada tahun 2016- 2017 naik menjadi kelompok IPM tinggi dengan nilai IPM 70-80.

2.2.2 Kemiskinan dan Ketimpangan Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan

(GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. Garis kemiskinan di Kabupaten Bandung Barat terus ditingkat sebanding dengan semakin tingginya standar pengeluaran penduduk. Namun demikian dengan garis kemiskinan yang semakin tinggi, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bandung Barat semakin rendah. Kecenderungan ini tentu saja merupakan hal yang baik karena secara kualitatif dan kuantitatif kondisi masyarakat setempat bertambah baik.

Dengan melihat pada indikator garis kemiskinan, jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin, maka dapat dikatakan bahwa standar kehidupan di Kabupaten Bandung Barat semakin tinggi dan sekaligus jumlah dan persentase penduduk miskinnya menurun.

Tabel 2-12 Kondisi Penduduk Miskin di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2012-

Tahun

Garis Kemiskinan

Jumlah Penduduk

Persentase

Penduduk Miskin 2013

(Rupiah)

Miskin (Jiwa)

11,49% Sumber : Data Makro Ekonomi Kab. Bandung Barat Tahun 2017

Kesejahteraan di Kabupaten Bandung Barat akan lebih baik jika tren peningkatan kualitas hidup dan penurunan kemiskinan disertai dengan adanya pemerataan kesejahteraan tersebut. Ketimpangan dalam suatu wilayah dapat dilihat dari koefisien gini, yang merupakan ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan agregat (secara keseluruhan). Pada tahun 2016 koefisien gini di Kabupaten Bandung Barat sebesar 0,36. Angka ini masih masuk dalam rentang angak ketimpangan sedang, dan di bawah angka nasional. Pembangunan ekonomi Kabupaten Bandung Barat ke depan diharapkan juga akan menghasilkan kesejahteraan masyarakat yang lebih merata.

2.1.3 Seni, Budaya dan Olah Raga Kegiatan kesenian di Kabupaten Bandung Barat relatif belum berkembang

secara optimal, baik dari jumlah kegiatan maupun skala atau kualitas keseniannya. Pada dasarnya kesenian dan kebudayaan di Kabupaten Bandung Barat merupakan kekuatan dalam pengembangan pariwisata daerah untuk mendukung kekayaan sumber daya alam yang ada.

Kuantitas sarana kesenian dan kebudayaan juga masih belum tersedia dalam kuantitas, sebaran dan kualitas yang baik. Gedung kesenian yang representatif hanya terdapat di sekitar kawasan perkotaan. Sementara itu kegiatan olah raga Kuantitas sarana kesenian dan kebudayaan juga masih belum tersedia dalam kuantitas, sebaran dan kualitas yang baik. Gedung kesenian yang representatif hanya terdapat di sekitar kawasan perkotaan. Sementara itu kegiatan olah raga