Kriteria Kegagalan Screw Press

62

4.3. Kriteria Kegagalan Screw Press

Screw Press adalah unit yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari buah sawit yang telah direbus dengan sistem penekananpengepresan. Buah sawit ditekan dengan screw yang berputar 11-12 rpm dan ditahan oleh sliddingadjusting cone. Gambar 4.8 Screw Press Selama pengepresan berlangsung air panas dengan temperature 90 o C ditambahkan untuk pengenceran sekaligus memudahkan pelepasan minyak dari daging buah. Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengepresan keluar melalui lobang-lobang di dinding press cylinder berdiameter ≤ 4 mm, sedangkan ampas press keluar melalui celah antara slidingadjusting cone dan press cylinder. Screw Press seperti terlihat pada gambar 4.8, mempunyai kapasitas produksi 15 sampai 17 ton Tandan Buah sawit TBS per jam, digerakkan dengan motor 40 HP x 1500 rpm 380 V3 phase, 5060 Hz, dan tekanan adjusting cone antara 60 – 100 bar PKS Rambutan, 2009. Screw Pres 1 dan 4 dengan merek Maduma Jaya Steel MJS mulai beroperasi sejak Universitas Sumatera Utara 63 tahun 2005, Screw Press 2 dengan merek STORK mulai beroperasi sejak tahun 1983, dan Screw Press 3 dengan merek Unversal mulai beroperasi sejak tahun 1983. Komponen-komponen Screw Press subsystem Screw Press yang paling sering mengalami kegagalan komponen kritis adalah; Left Right Handed Worm, Bushing, Press Cylinder, Rebuil Worm, Bearing SKF 29326, Left Handed Shaft, dan Right Handed Shaft. 4.3.1 Kegagalan Left Right Handed Worm Left Right Handed Worm ini disebut gagal apabila tidak bisa dioperasikan lagi atau produksinya sudah menurun. Jika alat ini mengalami patah sehingga tidak bisa beroperasi lagi, maka harus diganti dengan yang baru. Jika sirip screw yang sudah aus sehingga dimensinya berkurang 1 sampai 2 cm, maka produksinya akan berkurang. Gambar 4.9 memperlihatkan screw yang sudah aus dan porosnya patah. a Screw aus dan Patah b Rebuild Worm Gambar 4.9. Left Right Handed Worm Screw yang aus Poros patah Rebuild worm Universitas Sumatera Utara 64 Perbaikannya dilakukan dengan penambahan material logam melalui pengelasan pada sirip-sirip screw, yang disebut dengan Rebuld Worm. Apabila rebuild worm sudah dilakukan sebanyak 2 kali, maka selanjutnya worm screw diganti dengan yang baru. Untuk mengetahui apakah terjadi kelebihan beban kerja pada Left Right Handed Worm, dilakukan analisis gaya seperti ditunjukkan pada gambar 4.10. Gambar 4.10 Diagram Benda Bebas Worm Screw Universitas Sumatera Utara 65 Brondolan ditahan oleh cone dengan tekanan 60 – 100 bar P. Jadi screw menahan beban dari cone F dan gaya gesekan antara pisau pres dengan brondolan lihat gambar Screw Press pada lampiran 11. Keterangan: P = tekanan cone terhadap screw sekitar 60 – 100 bar. fN = gaya gesekan antara pisau pres dengan brondolan Pr = gaya yang bekerja pada arah radial screw press N = gaya normal f = koefisien gesek Tekanan dari cone sebesar 80 bar menekan permukaan pisau pres dengan penampang normal seperti pada gambar 4.11. Gambar 4.11 Penampang Normal Worm Screw D = 27 cm = 0,27 m Dm = 19 cm = 0,19 m d = 10 cm = 0,1 m A = 4 2 2 d D   = 4 1 , 27 , 2 2   = 0,0494 m 2 Tekanan cone = 80 bar = 80. 10 5 Nm 2 Universitas Sumatera Utara 66 Maka gaya tekan cone : F = P. A = 80.10 5 .0,0494 = 3,95. 10 5 N Sudut kemiringan pisau pres λ = atan 90270 = 18,43 o Koefisien gesek f antara brondolan dengan pisau press diambil 0,7 Jadi gaya yang bekerja pada arah radial screw press menggunakan pers 2.20 adalah: Pr = 43 , 18 sin 7 , 43 , 18 cos 43 , 18 cos 7 , 43 , 18 sin 10 . 95 , 3 5   = 5,32295. 10 5 N Dari gambar 4.10 didapat: l = tan λ x π dm = tan 18,44 o x π . 0.19 m = 0.199 m Dimana torsi ini diperlukan untuk menahan beban dan melawan gesekan. Jadi torsi pada screw press dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.21:        fl dm fdm l dm P T R R   2 = 5,32295. 10 5 x 0,192         199 , 7 , 19 , 7 , 19 , 7 . . 199 , x x x  = 68,15. 10 3 Nm Tegangan geser akibat torsi pada pada bagian poros Screw berdiameter 100 mm digunakan pers 2.22: 3 16 r R d T    = 3 3 1 . 10 . 15 , 68 16 x x  = 3471,26. 10 5 Nm 2 = 347,13 MPa Tegangan tekan yang terjadi pada screw adalah 80 bar = 8 Mpa, sehingga tegangan prinsipal pada screw dihitung dengan persamaan 2.23: 2 2 2 2 xy y x y x                Universitas Sumatera Utara 67 =   2 2 13 , 347 2 8 2 8           = 351,25 MPa Bahan Worm Screw adalah alloy steel A4140 QT dengan Yield Strength = 1430 Mpa Shigley, 2006. Kekuatan geser izin Ssy = 0,5 Sy = 0,5x 1430 Mpa = 715 MPa. Kondisi ini cukup aman karena tegangan yang terjadi 351,25 Mpa lebih kecil dari kekuatan izin. 351,25 Mpa 715 Mpa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Left Right Handed Worm tidak akan rusak jika bekerja pada beban normal, tetapi akan rusak jika terjadi kelebihan beban. Kerusakan yang terjadi umumnya adalah karena mata screw yang aus sehingga menyebabkan produksinya menurun. 4.3.2 Kegagalan Left Handed Shaft, Rigght Handed Shaft Left Handed Shaft dan Right Handed Shaft adalah sepasang poros yang berfungsi untuk meneruskan putaran motor ke Worm screw. Right Handed Shaft menerima putaran dari pulley motor dan meneruskannya ke Right Handed Worm dengan putaran searah. Putaran Right Handed Shaft juga ditransmisikan ke Left Universitas Sumatera Utara 68 Gambar 4.12 Right Handed Shaft dan Left Handed Shaft Handed Shaft melalui roda gigi, sehingga putaran Left Handed Shaft berlawanan dengan Right Handed Shaft, kemudian meneruskannya ke Left Handed Worm. Jenis kegagalan pada kedua poros ini adalah terjadinya patah pada bagian tingkat poros seperti terlihat pada gambar 4.12 a, sehingga harus diganti dengan yang baru. Torsi yang terjadi pada Hand Shaft ini sama dengan torsi pada Left Right Handed Worm, yaitu 68,15. 10 3 Nm. Gambar 4.13 Dimensi Rght Handed Shaft Left Handed Shaft Poros patah Dudukan Right Handed Shaft Universitas Sumatera Utara 69 Tegangan geser akibat torsi pada pada bagian poros berdiameter 80 mm seperti terlihat pada gambar 4.13 adalah: 3 16 r R d T    = 3 3 08 . 10 . 15 , 68 16 x x  = 677,900585. 10 6 Nm 2 = 677,9 MPa Tegangan tekan yang terjadi pada Hand Shaft adalah 80 bar = 8 Mpa, sehingga tegangan prinsipal pada screw adalah: 2 2 2 2 xy y x y x                =   2 2 9 , 677 2 8 2 8           = 681,912 MPa Bahan Hand Shaft adalah baja ASSAB 705 Steel dengan Yield Strength = 1360 Mpa Shigley, 2006. Kekuatan geser izin Ssy = 0,5 Sy = 0,5x 1360 Mpa = 680 MPa. Kondisi ini tidak aman karena tegangan yang terjadi 681,912 Mpa lebih besar dari kekuatan izin. 681,912 Mpa 680 Mpa. Dengan kondisi ini berarti Left Handed Shaft dan Rght Handed Shaft tidak aman menerima tekanan adjusting cone sebesar 80 bar. Kelonggaran bushing pada ujung Screw juga menimbulkan efek terhadap Hand Shaft, yaitu: getaran, sentakan, unbalance, dan misalignment. Hal ini menimbulkan fatigue terhadap poros Right handed shaft dan left handed shaft, sehingga mempercepat kegagalan poros dan bearing. Universitas Sumatera Utara 70 4.3.3 Kegagalan Bearing Gambar 4.14 Bearing Pecah Kegagalan pada bearing pendukung kedua poros ini terjadi apabila; bearing telah sangat longgar akibat aus, wearing, pecah pada bola dan casingnya, sehingga dilakukan penggantian dengan yang baru. Gambar 4.15 Bearing Aus Pecah Aus Wiping Universitas Sumatera Utara 71 Gejala yang Ditemukan pada Saat Inspeksi. Sewaktu membongkar bearing dan menginspeksi permukaan bearing untuk memastikan apa gejala internal yang terjadi, dapat ditemukan beberapa gejala kerusakan seperti berikut ini; 1. Wear keausan Dua permukaan yang bergesekan walaupun dilumasi dengan baik akan menjadi aus. Keausan terjadi akibat kombinasi proses adhesi dan abrasi pada permukaan yang bergesekan. Seperti erlihat pada gambar 4.15, permukaan bagian dalam dari inner case mengalami aus karena terjadi gesekan antara permukaan bearing dengan poros. Hal ini terjadi karena terdapat kelonggaran antara kedua permukaan. 2. Fatigue kelelahan Fatigue disebabkan oleh cyclical stressing tegangan putaran akibat fluktuasi beban yang dapat terjadi ketika beban atau kecepatan meningkat berlebihan. Fatigue ini mengakibatkan inner race maupun outer race menjadi pecah, seperti terlihat pada gambar 4.14. 3. Scoring Scoring terjadi jika jumlah kotoran belebihan atau adanya partikel besar dan berkontaminasi dengan pelumas atau disebabkan oleh abrasi keausan. 4. Wiping goresan Wiping terjadi jika ada kekurangan clearances dalam bearing atau terjadi overheating akibat kekurangan pelumasan, kemudian lapisan tipis permukaan bearing meleleh dan terjadi suatu aliran material. 5. Pitting lubang-lubang Kehilangan metal berbentuk lubang dapat ditimbulkan oleh beberapa sebab. Kadang-kadang dapat disebabkan oleh arus listrik yang nyasar melintasi bearing dan meimbulkan lubang-lubang pada permukaan bearing. Universitas Sumatera Utara 72 Sebab-sebab kegagalan Bearing Dari gejala-gejala yang ditemukan pada saat inspeksi bearing dapat ditemukan beberapa sebab kegagalan bearing, diantaranya; 1. Dirt Kotoran Partikel kotoran yang banyak melekat di permukaan bearing akan menyebabkan wear yang berlebihan dan mengurangi umur bearing. Sejumlah partikel halus akan akan terperangkap antara inner dan housing bearing. Jika jumlah partikel sudah banyak, akan menyebabkan distorsi pada inner case, mengurangi clearance dan perusakan terhadap perpindahan panas. Akibatnya terjadi over-heating dan kegagalan fatigue. Partikel kotoran dapat terperangkap selama proses pemasangan dan teknisi tak mungkin menjamin hal ini tidak akan terjadi. Kontaminasi pelumas mungkin juga sebagai sumber kotoran. jadi sistem sirkulasi harus disaring dan saringan harus diganti atau dibersihkan pada selang waktu tertentu. 2. Inadequate lubrication Kekurangan Pelumasan Kekurangan oli pelumas adalah suatu penyebab umum terjadinya kegagalan bearing dan dapat terjadi untuk berbagai alasan. Sistem suply oli adalah sangat kritis untuk rolling element bearings dan sangat diharuskan dalam sistem maintenance untuk mencukupi kebutuhan pelumasan. 3. Improper Assembly Pemasangan yang tidak benar. Jika pemasangan bearing tidak benartidak tepat, maka kerusakan dengan cepat akan ditimbulkan dari kelebihan atau kekurangan pembebanan awal, misalignment atau kegagalan untuk menjamin ketepatan inner dan outer rings. Pengikisan yang tidak normal akan timbul dan juga keagalan fatigue akan meningkat. 4. Misalignment Misaligment pada poros dan housing dapat menjadi kritis pada saat bearing beroperasi. Roller silidris sangat rentan untuk keluar dan ada batas-batas Universitas Sumatera Utara 73 penyimpangan keluar untuk tipe-tipe lainnya, kecuali self-alignment ball bearing dan spherical roller bearings. 5. Overload Penurunan umur bearing dapat diperkirakan berbanding dengan pangkat tiga kenaikan beban. Ini berarti bahwa jika beban dua kali lipat, umur bearing akan berkurang kira-kira 1,8 kali normal. Temperatur yang tinggi berpengaruh terhadap sifat pelumas dan menyebabkan gaya sentrifugal melempar oli dan gomok keluar. Keausan yang berlebihan akan terjadi ketika keefektifan pelumas berkurang, dan pada kecepatan tinggi daya tahan fatigue menurun akibat gaya sentrifugal yang tinggi pada rolling elements. 6. Lubricant breakdown Proses oksidasi dari minyak peluas dapat menyebabkan korosi pada permukaan bearing. Kadang-kadang zat aditive dari pelumas juga bereaksi dengan material bearing dan menibulkan serangan korosi. 7. Shock loading Rolling elements bearing lebih rentan terhadap beban kejut daripada plain bearing, karena titik kontak dari rolling bearing. Beban kejut menimbulkan alur pada alur lintasan dan menimbulkan efek penggaraman. Tabel 4.14 Gejala dan Penyebab Kegagalan Bearing Jeffrey, 1991. Gejala-gejala Operating Inspection Penyebab 1. Overheating 2. Vibration 3. Noise 4. Seizure 1. Wear 2. Fatigue 3. Fretting 4. Brinelling 5. Pitting fluting. 6. Smearing and galling 7. Corrosion 8. Abnormal wear zone 1. Dirt 2. Inadequate lubrication 3. Impropper assembly 4. Misalignent 5. Overload 6. Moisture 7. Lubricant breakdown 8. Shock loading 9. Electric currents 10. External vibration Universitas Sumatera Utara 74 4.3.4 Kegagalan Bushing Bushing digunakan sebagai bantalan untuk mendukung perputaran Worm Screw pada Adjusting Cone, right handed shaft dan left handed shaft. Apabila sudah terjadi Gambar 4. 16 Penggantian Bushing kelonggaran clearence 2 mm akibat keausan, maka bushing harus diganti, seperti terlihat pada gambar 4.16. Kelonggaran clearance yang besar pada bushing akan menimbulkan beberapa efek yang berantai terhadap kerusakan sistem, yaitu: - misalignment pada poros Worm Screw, dan handed shaft - unbalance pada worm screw - getaran dan fluktuasi beban akibat sentakan. - Fatigue pada Worm Screw, dan handed shaft - Kerusakan yang cepat pada bearing Bushing Universitas Sumatera Utara 75 4.3.5 Kegagalan Press Cylinder Press cylinder adalah komponen dari Screw Press yang berfungsi untuk menyaring ampas sawit sehingga terpisah dari minyak sawit. Press cylinder terbuat dari carbon steel yang menutupi worm screw dengan jarak 2 mm dari screw, dan mempunyai lubang-lubang berdiameter 4 mm pada dindingnya. Kerusakan press cylinder terjadi apabila lobang-lobang saringan pecah dan robek, sehingga tidak mampu menyaring ampas sawit. Perbaikan dilakukan dengan pengelasan, tetapi jika pengelasan sudah terlalu banyak gambar 4.17.a sehingga bisa menghambat penyaringan, maka dilakukan penggantian. Berhentinya operasi Screw Press downtime bisa diakibatkan oleh kegagalan dari masing-masing komponen ini, atau bisa juga kombinasi dari kegagalan komponen tersebut. a Press Cylinder Rusak b Press Cylinder Terpasang Gambar 4.17 Press Cylinder Press cylinder Rusak Universitas Sumatera Utara 76

4.4 Analisis Data