Latar Belakang Masalah Perubahan Pola Tanam (Studi Deskriptif Tentang Perubahan Pola Tanam Dengan Berbagai Jenis Tanaman di Desa Munte)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak tahun 1980-an Desa Munte telah dikenal sebagai salah satu daerah yang menghasilkan beras dengan kualitas baik, bahkan hal tersebut masih berlangsung sampai sekarang. Namun keberhasilan masyarakat dalam mengusahakan tanaman Padi mereka kini telah mengalami penyusutan. Hal ini terbukti dengan timbulnya berbagai macam masalah yang mengganggu tanaman Padi dan sampai sekarang belum ditemukan cara yang tepat untuk mengatasinya. Ada beberapa varietas Padi yang dikenal baik dari Desa Munte, antara lain adalah yang diberi nama “Cantik Manis”. Masyarakat masih mengakui rasa dan kualitasnya sampai sekarang. Dari tanaman Padi inilah masyarakat dapat memenuhi kebutuhan sehari- hari mereka, bahkan mereka dapat menyekolahkan anak-anak mereka dari hasil panen Padi mereka. Sistem pemasaran Padi biasanya dilakukan masyarakat melalui agen. Agen-agen tersebut berasal dari Desa Munte juga. Hal ini membuat hubungan antar petani Padi dengan agen baik. Tidak pernah timbul konflik antar mereka. Agen akan membeli Padi petani dengan harga yang sewajarnya, artinya agen membeli Padi dengan harga pasar. Petani Padi di Desa Munte sangat dibantu oleh adanya sungai irigasi yang ada di desa ini. Sungai irigasi tersebut dinamai “Lau Buah Man Teman”. Menyadari pentingnya peran sungai irigasi masyarakat memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Namun pada bulan Juli 2008 lalu sungai irigasi ini runtuh. Universitas Sumatera Utara Masyarakat mengakui bahwa terjadinya hal tersebut karena gangguan alam dan kurang sadarnya masyarakat akan pentingnya peranan sungai irigasi tersebut. Akibat dari runtuhnya sungai irigasi tersebut membuat para petani Desa Munte banyak yang mengeluh, karena banyak diantara mereka yang tidak panen sesuai dengan biasanya bahkan ada juga yang tidak panen sama sekali. Menyadari hal tersebut pemerintah setempat mengajukan permohonan kepada pemerintah Kabupaten untuk segera memperbaiki sungai irigasi tersebut. Sungai irigasi tersebut diperbaiki dengan adanya bantuan dari pemerintah serta dibantu oleh masyarakat itu sendiri. Padi yang ada di Desa Munte ada yang ditanam di lahan basah sawah dan ada juga yang ditanam di lahan kering atau yang sering disebut dengan “page tuhur”. Namun mayoritas petani desa ini menanam Padi yang ditanam di lahan basah sawah. Hal ini didukung oleh adanya sungai irigasi yang terdapat di desa tersebut. Sejak munculnya isu harga pupuk dan pestisida mulai meninggi di Indonesia sekitar tahun 1998, di desa ini juga timbul berbagai macam masalah. Masalah-masalah tersebut kemudian memunculkan masalah yang baru pula. Sehingga petani diharuskan mencari alternatif masing-masing. Hal inilah yang membuat petani Padi di Desa Munte mulai kewalahan dan mau tidak mau hal ini dapat menimbulkan kerugian pada petani lainnya. Petani Padi di Desa Munte dihadapkan pada masalah sulitnya memperoleh pupuk, tingginya harga pupuk serta pestisida membuat mereka harus memilih tindakan lain untuk tetap mempertahankan tanaman Padi mereka. Bila mereka mengambil solusi untuk memakai pupuk atau pestisida dengan jenis yang berbeda Universitas Sumatera Utara maka besar kemungkinan hasil yang mereka peroleh pun tidak sama seperti sebelumnya, bisa saja bertambah dan mungkin saja berkurang. Mereka mengambil keputusan untuk tetap menggunakan pupuk dan pestisida yang biasa mereka gunakan meskipun sebenarnya mereka sulit untuk memperolehnya dan harganya mahal. Keputusan ini diambil oleh para petani karena mereka takut hasil panen yang mereka peroleh berkurang hasilnya. Namun tidak selamanya keputusan yang seperti ini membuat hasil panen mereka tetap atau bertambah, tidak jarang para petani mengalami kerugian disebabkan oleh permasalahan lain yang mereka alami. Petani selalu menghadapi problema yang ada di sekitarnya. Hasil yang diperoleh tidak sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkan semasa penanaman dan tidak cukup meskipun untuk dikonsumsi sendiri. Belum lagi Padi yang rusak akibat gangguan alam. Sampai sekarang alternatif yang diperoleh petani Padi belum memuaskan bagi mereka. Bahkan setelah mengganti tanaman Padi ke jenis tanaman lain, masih saja belum memuaskan mereka. Artinya meskipun telah beralih ke tanaman lain banyak petani yang masih mengeluh karena belum mendapat hasil yang memuaskan bagi mereka. Petani Padi mulai beralih ke jenis tanaman lain berawal kira-kira pada tahun 1997, sejak harga Padi mulai menurun serta harga pupuk dan pestisida yang digunakan mulai meninggi. Alasan mereka beralih ke tanaman lain antara lain adalah bahwa tanaman lain lebih mudah untuk mengelolanya ditambah lagi makin banyaknya penyakit dan hama yang menyerang tanaman Padi tersebut. Bahan pertimbangan lain bagi para petani Padi adalah sulitnya untuk memperoleh solusi Universitas Sumatera Utara dalam mengatasi penyakit dan hama yang menyerang tanaman mereka. Biasanya para petani mengganti tanaman Padi dengan tanaman-tanaman yang mudah cara perawatannya. Jenis tanaman lainnya tersebut antara lain adalah Jagung, Cabai, Cokelat, Sayur Pahit, dan berbagai tanaman lainnya yang menurut petani lebih mudah cara merawat dan mengelolanya. Ada beberapa faktor sosial budaya yang mempengaruhi pertanian Padi di Desa Munte ini. Terkait dengan makin menurunnya hasil panen yang diperoleh petani Padi banyak masyarakat yang melakukan acara sesajian di sawah mereka dengan tujuan pada hasil panen berikutnya akan memperoleh hasil yang lebih baik lagi. sesajian itu disebut dengan istilah “mbere nakan begu juma” yang artinya memberi makan hantu ladang. Biasanya petani membuat sesajiannya berupa nasi putih beserta lauk seperti ayam dan ikan mas yang dibuat di atas daun pisang. Selain itu petani juga menyertakan rokok, korek dan sirih. Semua sesajian tersebut diletakkan di atas tanaman petani. Mereka meyakini dengan memberikan sesajian tersebut hasil panen mereka lebih meningkat. Dari sesajian yang mereka lakukan ada petani yang mengalami panen yang lebih baik dari sebelumnya tapi ada juga petani yang hasil panennya menurun lagi. Faktor sosial-budaya lainnya adalah meriahnya pesta perkawinan secara adat kini makin berkurang. Artinya, dulu pesta perkawinan dibuat selama dua hari berturut-turut akan tetapi sekarang dipadatkan menjadi satu hari saja. Masyarakat mengakui hal tersebut supaya lebih menghemat biaya. Banyak petani yang merasa penghasilannya makin berkurang akibat hasil panen yang menurun dan hal tersebut juga kemudian berdampak pada kehidupan sosial-budaya mereka. Universitas Sumatera Utara Beras yang dihasilkan dari tanaman Padi merupakan makanan pokok utama manusia. Begitu juga dengan masyarakat Indonesia yang mayoritas mengkonsumsi beras sebagai makanan utama mereka. Dengan alasan ini masyarakat Indonesia sudah seharusnya menjaga kelestarian Padi. Namun hingga sekarang ini permasalahan yang dihadapi para petani Padi semakin banyak dan solusi yang mereka peroleh belum maksimal. Tulisan ini dibuat untuk mengetahui penyebab-penyebab yang mendorong petani merubah pola tanamannya ke jenis tanaman lain. Kemudian memunculkan kesimpulan bahwa perubahan pola tanam yang terjadi pada kalangan petani adalah keputusan yang tepat buat mereka, terutama bagi kelangsungan hidup mereka. 1.2 Ruang Lingkup Masalah dan Lokasi Penelitian 1.2.1 Rumusan Masalah