3. Bagaimana implikasi yang terjadi setelah melakukan perubahan pola tanam
ke jenis tanaman lain dibandingkan dengan tetap mempertahankan pola tanaman Padi?
1.2.2. Lokasi Penelitian
Penelitian yang peneliti lakukan ini adalah di Desa Munte, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo dimana mayoritas penduduknya bermata pencaharian
bertani petani pemilik lahan sampai petani yang hanya bekerja sebagai buruh tani. Hal ini tentunya mendukung peneliti dalam mengadakan penelitian.
Ditambah lagi mayoritas penduduk desa ini bersuku Karo, hal ini juga memudahkan peneliti dalam mengadakan penelitian, khususnya dalam
mengadakan wawancara dan observasi partisipasi dengan masyarakat. Perubahan pola tanam yang terjadi di desa ini juga mendorong peneliti untuk memilih Desa
Munte sebagai lokasi penelitian.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang perubahan pola tanam yang dilakukan oleh
petani di Desa Munte yang pada awalnya mengandalkan Padi sebagai tanaman utama mereka dan kini mulai beralih ke jenis tanaman lain yang menurut mereka
lebih mudah untuk mengelolanya. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pola tanam
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan gambaran tentang perubahan pola tanam serta faktor-faktor yang mempengaruhi petani di Desa
Munte kepada pihak-pihak terkait, baik para petani sendiri maupun pihak lain yang ada hubungannya dengan permasalahan ini. Penelitian ini juga diharapkan
sebagai referensi serta pengkaryaan studi di jurusan Antropologi dan juga melatih penulis untuk membuat karya ilmiah.
1.5. Tinjauan Pustaka
Petani merupakan manusia yang kreatif dan inovatif memiliki pengetahuan yang kaya, rinci dan adaptif terhadap keadaan lingkungan hidupnya Robert
Chamber dalam Kusnaka A. 1999:3. Petani adalah orang-orang yang mempunyai usaha untuk menanam
tanaman dalam berbagai jenis tanaman. Dalam masyarakat ada yang berperan sebagai petani pemilik lahan dan juga petani yang hanya sebagai buruh saja,
namun yang menjadi objek penelitian adalah petani yang melakukan perubahan pola tanam dalam berbagai jenis tanaman.
Pengetahuan diperoleh dalam proses belajar oleh individu sebagai hasil interaksi antara kelompok satu dengan kelompok lain, dan kelompok tersebut
dimiliki bersama dan merupakan warisan sosial. Dalam hal ini dibedakan kontras dengan warisan organis. Ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan kita bisa hidup dalam satu kelompok dalam satu masyarakat yang terorganisasi, yang bias mengatasi masalah pemberian solusi dalam pemenuhan
hidup sehari-hari Suparlan, 1984:83.
Universitas Sumatera Utara
Sistem pengetahuan dalam mengelola suatu produksi sangat mempengaruhi baik tidaknya hasil yang diperoleh. Semakin banyaknya
pengalaman seseorang maka semakin luas pula pengetahuannya untuk memproduksi hasil pertaniannya, dan dengan demikian hasil yang akan diperoleh
juga akan semakin baik. Demikian juga sebaliknya, semakin sedikit pengalaman seseorang petani dalam memproduksi suatu produk pertanian maka akan sedikit
pula hasil yang akan diperoleh. Sistem pengetahuan yang merupakan salah satu pedoman hidup
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui sosialisasi. Artinya pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman dan kebiasaan-
kebiasaan yang ada disekitar mereka. Dengan cara sosialisasi tersebut pedoman itu dikokohkan atau berkembang menyesuaikan diri dengan cara hidup dan sifat-
sifat lingkungannya, meskipun pemahaman sifat-sifat karakteristik lingkungannya itu sangat terbatas pada wilayahnya. Jadi pengetahuan yang dimiliki manusia
berbeda-beda antara suatu kebudayaan dengan kebudayaan lain serta bervariasi diantara sesama anggota suatu kebudayaan.
Aktivitas petani dalam bercocok tanam seperti mengolah sawah atau berladang menunjukkan bahwa petani mengetahui keadaan alam,misalnya untuk
bisa bertanam petani harus mengetahui musim yang paling baik untuk melakukan penanaman, apakah pada musim kemarau atau musim hujan, hal ini berguna untuk
meningkatkan hasil-hasil tanaman yang dikerjakan atau diusahakan Koentjaraningrat 1984:3.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Antropologi kognitif, dimana kebudayaan dianggap sebagai seperangkat pengetahuan yang diperoleh manusia
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan menghasilkan tingkah laku. Karena setiap kehidupan manusia mempunyai kebudayaan sehari-
hari berdasarkan alam, lingkungan alam untuk bertahan. Begitu juga dengan masyarakat petani, mereka mempunyai kebudayaan sendiri dalam memandang
tata cara pengelolaan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki dalam melihat kondisi dan perubahan-perubahan yang terjadi pada lahan pertanian mereka dan
tata cara pengelolaan seperti apa saja yang digunakan dalam meningkatkan produktivitas pertanian mereka.
Dari gambaran di atas dapat terlihat bahwa pengetahuan mengenai pertanian merupakan suatu keyakinan mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan proses pertanian yang membimbing para petani beraktivitas di lahan pertanian. Dengan adanya pengetahuan yang dimiliki para petani, menurut mereka
dalam melakukan tindakan dalam usaha tani. Usaha tani menentukan tindakan seperti informasi mengenai metode pertanian, kredit dan berbagai pengaruh
Zulkifli,1996:19.
Menurut Ortiz dalam Zulkifli, 1996, petani tidak mendasarkan keputusan mereka pada perkiraan forecast tentang kejadian dimasa datang atau pada
prospek yang disusun sesuai dengan keinginan mereka, melainkan lebih didasarkan pada rentangan kejadian-kejadian yang baru dialami. Dengan
pengetahuan itulah petani menghadapi masa depan, dengan kata lain petani membuat keputusan berdasarkan pengalamannya dimasa lalu.
Kebudayaan adalah keseluruhan pola tingkah laku, baik yang eksplisit maupun implisit, yang diperoleh dan diturunkan melalui simbol yang akhirnya
mampu membentuk sesuatu yang khas dari kelompok-kelompok manusia. Sistem
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan yang seperti ini biasanya diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui sosialisasi dan merupakan pedoman hidup bagi mereka.
Artinya pengetahuan dikembangkan dari pengalaman-pengalaman dari kebiasaan- kebiasaan yang ada di sekitar mereka kemudian diimplementasikan dalam bentuk
tindakan aktivitas A.L. Kroeber dan C. Kluchkhon. Kebudayaan merupakan perangkat teknik untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang dihadapi dalam situasikondisi alam, baik geografisnya maupun iklim. Dengan menguasai alam dan potensi alam serta hasil dari alam maka
manusia setempat menginterpretasikan dan menjawab tantangan dengan kerangka kebudayaan. Kita dapat melihat bahwa alam dapat memberikan kehidupan
manusia seperti misalnya, mengolah tanah. Selanjutnya dikatakan jelas oleh antropolog bahwa kebudayaan merupakan seperangkat pengetahuan yang
diperoleh manusia yang digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial Spradley,1997:5. Berhubungan dengan apa yang
dikemukakan oleh para ahli di atas, itu artinya alam seperti halnya tanah untuk lahan pertanian harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan baik
geografisnya maupun iklim.
1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Tipe Penelitian