Pemasaran Pola Tanam Sebelum Tahun 1997 1. Padi Sebagai Tanaman Utama

Upah yang diberikan pada aron ini adalah sebesar Rp. 40.000,- per hari, namun berbeda dengan aron yang bentuknya “borongen”. Aron ini terdiri dari beberapa orang. Mereka akan mengerjakan lahan pertanian sesuai dengan kemampuan maksimal mereka karena mereka harus mengejar target. Biasanya upah mereka tidak dibayar perhari tetapi sebelum mengerjakan lahan telah terjadi kesepakatan antara si pemilik lahan dengan aron ini. Aron ini biasanya akan bekerja lebih awal dibandingkan dengan aron yang dibayar per hari. Aron yang menerima bayaran perhari mulai bekerja jam 08:00 wib sampai dengan jam 18:00 wib. Jasa aron ini dibutuhkan ketika penyiangan tanaman atau “mesai” dan juga waktu panen atau “rani”. Tetapi jasa aron ini lebih sering digunakan ketika musim panen tiba, karena waktu mesai bisa dikerjakan secara perlahan-lahan oleh pemilik lahan sendiri atau sering disebut dengan “ i usur-usur”. Berbeda halnya ketika musim panen tiba, pemilik lahan tidak mungkin mengerjakannya sendiri karena hasil tanamannya bila terlalu lama dipanen akan menjadi busuk.

3.5. Pemasaran

Petani di Desa Munte tidak perlu merasa khawatir dalam hal cara memasarkan hasil pertanian mereka. Mereka dapat “erdaya” atau menjual hasil pertanian mereka di desa ini dijual dalam jumlah yang minimum dan juga menjualnya ke Kabanjahe dalam jumlah yang besar, atau bila mereka tidak ingin menjual hasil pertanian mereka ke Kabanjahe tetapi mereka memiliki hasil pertanian yang cukup banyak mereka dapat menjualnya ke agen yang ada di desa ini juga. Universitas Sumatera Utara Di desa ini berlaku minta uang hasil panen pada agen dulu tetapi hasil panennya belum dipanen. Hal ini biasanya dilakukan petani karena membutuhkan uang secara tiba-tiba, misalnya kebutuhan sekolah. Tetapi tidak semua agen di desa tersebut yang mau melakukan hal ini. Kebutuhan secara mendadak ini terkadang merugikan petani sendiri, karena setelah panen tiba harga panen tidak sesuai dengan harga pasar yang sedang berlangsung terserah pada agen. Ini adalah resiko yang harus diterima petani. Universitas Sumatera Utara BAB IV POLA TANAM DAN PERUBAHAN YANG TERJADI 4.1. Pola Tanam Sebelum Tahun 1997 4.1.1. Padi Sebagai Tanaman Utama Sejak tahun 1980-an Desa Munte dikenal sebagai salah satu daerah penghasil padi yang berkualitas baik. Bahkan bukan hanya Desa Munte saja yang dikenal seperti itu, beberapa daerah di sekitar Desa Munte dan masih merupakan cakupan dari Kecamatan Munte pun dikenal demikian. Desa –desa tersebut antara lain adalah Singgamanik, Sari Munte, dan Kutambaru. Masyarakat berlomba menanam padi di lahan mereka. Tanaman padi ditanam di sawah. Sawah-sawah masyarakat di Desa Munte ada yang dibentuk bertingkat terasering dan ada pula yang mendatar namun sudah dibentuk menjadi kotak-kotak. Luas perkotaknya tidak sama. Masyarakat membentuknya hanya menurut perkiraan mereka saja. Misalnya dalam 1 Ha sawah petani membentuknya menjadi 7 sampai 10 kotak. Bentuk kotak tersebut disebut dengan “nggalungi”. Tanaman padi di sawah sangat membutuhkan perairan yang teratur. Oleh karena itu peran dari sungai irigasi di Desa Munte ini cukup membantu para petani. Sungai irigasi ini diberi nama “lau buah manteman” oleh masyarakat. Setiap petani memiliki hak yang sama atas sungai irigasi tersebut, dengan kesepakatan bersama para petani harus sama-sama menjaganya. Tanaman padi ditanam secara serentak oleh petani. Pada masa tanam maka seluruh petani akan memulai untuk menanam. Para petani melakukan perawatan Universitas Sumatera Utara atas tanaman padi mereka secara serentak mulai dari menanam sampai panen. Dalam bahasa lokalnya masa tanam disebut dengan “merdang merdem”, dan ini berlaku pada seluruh daerah di tanah Karo. Pada zaman dahulu dan hingga kini juga masih berlangsung pada masyarakat masa tanam yang serentak. Hingga timbul gagasan untuk membuat masa tersebut meriah. Kegiatan itu kini disebut dengan “kerja tahun”pesta tahunan, namun tidak meninggalkan bahasa awalnya. Dulu kegiatan ini juga disebut “merdang merdem”. Hanya pada masa kini telah terjadi banyak perubahan pada kegiatan ini, karena sekarang para petani tidak serentak lagi menanam Padi. Kini kegiatan ini dilakukan tidak serentak dengan masa tanam padi. Bahkan pada daerah tertentu kegiatan kerja tahun ini sudah ditentukan waktu pelaksanaannya tiap tahunnya. Misalnya di Desa Munte pelaksanaan kerja tahun ini terjadi setiap bulan Juli setiap tahunnya dengan tanggal yang berbeda-beda tiap tahun. Sebelum ditanam ke masing-masing kotak, benih padi disemai terlebih dahulu dalam satu kotak nggalungi. Bibit padi dipilih yang baik dan kemudian disemai. Lamanya penyemaian sekitar 35-40 hari. Lamanya penyemaian ini tergantung pada daya tahan dan tingginya tanaman padi. Setelah cukup umur, bibit padi yang telah disemai tersebut dipindahkan ke nggalungi-nggalungi lainnya. Biasanya pemindahan ini dilakukan dalam waktu sehari saja. Hal ini untuk menghindari mati atau layunya bibit padi. Jarak tanam padi dibuat antara 5-10 cm menurut perkiraan petani. Tidak jarang juga petani kekurangan bibit padi. Ini disebabkan karena tidak semua bibit yang disemai tumbuh, atau juga pembagian bibit pada saat penanaman yang tidak merata. Universitas Sumatera Utara Biasanya untuk mengatasi hal ini petani mencari bibit yang sama dari petani lain atau kalau usaha ini tidak berjalan dengan baik maka mau tidak mau lahan tersebut akan dikosongkan atau ditanami tanaman lainnya. Pengairan setelah penanaman harus dibuat secara teratur. Apabila musim kemarau tiba maka petani akan mengandalkan air dari sungai irigasi. Setelah padi berumur satu bulan setelah penanaman maka akan diberi pupuk. Pada pemupukan yang pertama petani biasanya menggunakan pupuk anorganik yaitu Amapos SS, MPK, dan Urea. Amapos SS berguna untuk batang supaya batang tumbuh dengan subur dan juga membuat batang tidak terlalu tinggi dan gemuk. Selain itu pupuk SS ini juga berguna untuk buah. Buah padi akan lebih berisi dan tidak kosong. Sedangkan pupuk NPK dan Urea bermanfaat untuk daun Padi. Tetapi petani lebih sering hanya menggunakan Urea saja karena pupuk NPK terkadang susah untuk memperolehnya. Pupuk Urea akan membuat daun Padi kelihatan lebih hijau. Namun sebelum diberi pupuk disiangi terlebih dahulu. Hal ini supaya pupuk yang ditabur tidak dimakan oleh rerumputan. Sampai diberi pupuk yang kedua maka pengairan harus tetap dilakukan secara teratur, untuk menjaga kestabilan tanaman Padi. Pemupukan yang kedua diberikan ketika Padi sudah berumur 10 minggu. Pada pemupukan yang kedua biasanya petani masih menggunakan pupuk yang sama seperti pemupukan yang pertama, namun petani menambah takaran pupuk yang akan ditabur. Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Tanaman Padi yang sudah berumur dua bulan Dari masa penanaman hingga masa panen dibutuhkan waktu sekitar 4 sampai 6 bulan. Menurut petani hal ini tergantung pada jenis Padi yang ditanam. Mulai dari Padi menguning, petani pun akan membuat orang-orangan sawah atau sering disebut dengan “pemuro” yang bertujuan untuk menghalau burung yang hendak memakan Padi yang mulai tua. Petani pun akan mulai sibuk untuk menjaga tanaman Padi mereka, baik dari gangguan burung-burung maupun dari gangguan tikus. Kegiatan petani memanen Padi disebut dengan “rani”. Rani dimulai dengan “nabi” yaitu memotong Padi, kemudian dilanjutkan dengan “maspas”. Maspas adalah kegiatan dimana Padi yang sudah dipotong dipukulkan ke benda yang keras seperti papan, tujuannya adalah untuk memisahkan biji padi dari batangnya. Setelah itu petani menggunakan mesin “komben” untuk memisahkan buah Padi yang berisi dengan buah Padi yang kosong, kemudian hasil panen dimasukkan ke karung atau “guni”. Universitas Sumatera Utara Gambar 2 . Tanaman Padi yang sudah mulai menguning Begitulah cara perawatan tanaman Padi yang dilakukan oleh petani Desa Munte. Banyak petani meraih keuntungan yang lebih dari tanaman ini. Itulah alasannya tanaman Padi dijadikan sebagai tanaman utama. Tanaman Padi juga membuat masyarakat Desa Munte merasa bangga, karena kualitas dari Padi sampai ke luar daerah. Bahkan daerah lain mengkonsumsi beras yang berasal dari Desa Munte. Petani pun tidak perlu merasa khawatir tentang pemasaran hasil panen mereka. Dengan kata lain hasil panen Padi pada setiap masa panen akan terjual habis. Hasil panen petani dijual langsung di desa itu sendiri pada agen yang memang mereka percayai. Petani di Desa Munte bertahun-tahun merasa puas dengan hasil panen tanaman Padi mereka. Dengan hasil panen tersebut para petani dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, terlebih untuk biaya melanjutkan pendidikan anak-anak mereka sampai jenjang yang lebih tinggi. Artinya banyak anak-anak yang tercapai Universitas Sumatera Utara cita-citanya karena terdukung biayanya dari hasil panen tanaman Padi, dan hal ini tentunya juga membanggakan masyarakat Desa Munte. Namun perlahan-lahan kebanggaan masyarakat terhadap tanaman Padi mereka mulai berkurang, karena banyak masalah-masalah yang mulai bermunculan. Belum selesai masalah yang satu, masalah lain pun muncul lagi. Petani sudah mengusahakan banyak solusi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Dari sekian banyak solusi yang diusahakan oleh petani jarang solusi tersebut membuahkan hasil, dan solusi yang berhasil pun hanya bertahan untuk sementara saja karena dari solusi yang berhasil tersebut muncul kembali masalah yang baru. Masalah-masalah yang dihadapi petani antara lain adalah munculnya berbagai penyakit dan hama pada tanaman Padi. Penyakit dan hama tersebut sangat mengganggu tanaman terutama pada tahap pertumbuhan tanaman Padi. Bahkan akibat dari penyakit dan hama tersebut tidak jarang petani mengalami gagal panen karena tanaman Padi mereka mati. Selain itu, dengan naiknya harga pupuk dan pestisida juga menjadi masalah yang berat bagi petani Padi di Desa Munte. Mereka tidak dapat memberi perawatan yang maksimal pada tanaman Padi mereka, seperti yang mereka lakukan sebelum harga-harga tersebut melambung tinggi. Harga pestisida dan pupuk naik hingga dua kali lipat, selain harganya yang mahal pestisida dan pupuk tersebut pun susah untuk diperoleh atau dengan kata lainnya “langka”. Masalah ini bukan hanya dialami oleh petani di Desa Munte saja, hal ini dialami juga oleh petani di seluruh Indonesi hingga sekarang. Universitas Sumatera Utara Masalah yang pernah membuat petani Padi di Desa Munte gagal panen adalah ketika sungai irigasi ”buah manteman” yang mendukung petani Padi tiba- tiba runtuh seiring dengan berlangsungnya musim kemarau. Kejadian ini berlangsung pada bulan Juli 2008 lalu. Runtuhnya sungai irigasi ini disebabkan tanah di atas sungai irigai tersebut terkikis karena kekeringan. Kejadian ini juga menyebabkan sebagian tanaman Jagung milik bapak Darwis Purba ikut runtuh karena ikut terkikis hingga tanaman tersebut hanyut dibawa aliran sungai irigasi. Runtuhnya sungai irigasi ini juga menyebabkan banyak tanaman Padi yang mati karena pengairannya tidak teratur, hasilnya banyak petani yang gagal panen. Bila ada petani yang bisa panen pada masa itu, hanyalah beberapa orang saja dan petani tersebut tetap juga mengalami kerugian karena hasil panen mereka berkurang. Petani Padi mengalami kerugian karena pada saat sungai irigasi tersebut runtuh hampir keseluruhan tanaman Padi masih membutuhkan pengairan yang teratur. Setelah sungai irigasi “lau buah manteman” diperbaiki oleh pemerintah setempat yang dibantu juga oleh masyarakat kemudian menimbulkan masalah baru lagi. Masalah tersebut adalah pembagian air irigasi yang mulai tidak merata. Bahkan tidak segan-segan ada petani yang menutup jalannya air irigasi ke sawah petani lainnya untuk mengairi sawahnya sendiri. Hal ini tentunya menimbulkan dampak negatif yang lain, yaitu timbulnya konflik antar petani. Hubungan antar petani pun kini mulai kurang harmonis. Masalah lain yang dihadapi petani adalah semakin sulitnya memprediksi musim. Pada umumnya petani akan menanam tanaman Padi mereka ketika musim hujan, namun kini prediksi musim semakin sulit. Kini memprediksi musim tidak Universitas Sumatera Utara sama lagi seperti dulu. Petani kini menanam tanaman Padi pun tidak serentak lagi, mereka menanam Padi menurut prediksi masing-masing. Oleh karena itu ketika Padi sudah mulai menguning akan diserang oleh burung-burung dan juga tikus, karena tidak ada teman yang memiliki keadaan yang sama dan kemungkinan petani tersebut akan mengalami gagal panen. Masalah-masalah yang dihadapi oleh petani Padi di Desa Munte ini mengakibatkan hasil panen padi mulai menurun. Hal ini membuat banyak petani Padi yang tidak mampu untuk tetap mempertahankan tanaman Padi dan mencoba untuk mencari alternatif lain. Alternatif yang mereka coba lakukan tetap menurunkan hasil panen Padi. Mereka mencoba untuk tetap mempertahankan tanaman Padi namun usaha mereka gagal juga.

4.1.2. Varietas Lain Sebagai Tanaman Tambahan a. Jagung

Tanaman Jagung juga tanaman yang mayoritas yang terdapat di Desa Munte. Cara perawatannya sedikit lebih mudah bila dibandingkan dengan tanaman Padi. Bedanya dengan tanaman Padi adalah tanaman Jagung ini tidak membutuhkan kadar air yang berlebih. Tanaman Jagung hanya membutuhkan air ketika masih berusia muda dan ketika akan diberi pupuk. Selain perbedaan tersebut tanaman Jagung dan tanaman Padi juga memiliki kesamaan, yakni membutuhkan dua kali pemupukan dan juga membutuhkan pestisida untuk menghindari penyakit dan hama. Tujuan dari pemupukan ini adalah untuk menghasilkan buah yang banyak dan juga untuk Universitas Sumatera Utara membuat batang tanaman menjadi kokoh. Namun meskipun telah menggunakan pestisida masih ada juga penyakit dan hama yang menyerang. Tanaman Padi dan Jagung hampir memiliki umur yang sama juga yakni berumur kurang lebih 4 bulan. Sehingga dalam setahun petani bisa menanam tanaman Padi atau Jagung 3-4 kali dalam setahun, dipengaruhi oleh pupuk dan pestisida yang digunakan. Berbeda dengan dulu, petani hanya bisa menanam tanaman Padi atau Jagung dua kali dalam setahun. Kini tanaman Jagung tidak hanya ditanam diladang lahan kering, tidak jarang ditemukan tanaman Jagung yang sengaja ditanam di sawah yang sudah dikeringkan. Hal ini disebabkan karena petani sudah mulai merasa kewalahan untuk memperoleh air untuk mengairi sawahnya. Dengan demikian mereka terpaksa menanam sawah mereka dengan tanaman lain yang tidak membutuhkan kadar air yang berlebih. Akhirnya banyak petani yang memutuskan untuk menanam Jagung. Alasannya karena Jagung dan Padi lebih banyak memiliki kesamaan. Gambar 3. Tanaman Jagung ditanam di sawah yang sudah kering Universitas Sumatera Utara Selain memiliki kesamaan dalam hal cara perawatannya, tanaman Jagung dan Padi juga memiliki kesamaan dalam hal cara pemasarannya. Para petani tidak perlu khawatir karena para pembeli datang sendiri ke Desa Munte untuk membelinya. Harganya pun seimbang dengan harga pasar yang sedang berlaku, petani tidak perlu merasa dirugikan.

b. Tanaman Palawija