Upah yang diberikan pada aron ini adalah sebesar Rp. 40.000,- per hari, namun berbeda dengan aron yang bentuknya “borongen”. Aron ini terdiri dari
beberapa orang. Mereka akan mengerjakan lahan pertanian sesuai dengan kemampuan maksimal mereka karena mereka harus mengejar target. Biasanya
upah mereka tidak dibayar perhari tetapi sebelum mengerjakan lahan telah terjadi kesepakatan antara si pemilik lahan dengan aron ini. Aron ini biasanya akan
bekerja lebih awal dibandingkan dengan aron yang dibayar per hari. Aron yang menerima bayaran perhari mulai bekerja jam 08:00 wib sampai dengan jam 18:00
wib. Jasa aron ini dibutuhkan ketika penyiangan tanaman atau “mesai” dan
juga waktu panen atau “rani”. Tetapi jasa aron ini lebih sering digunakan ketika musim panen tiba, karena waktu mesai bisa dikerjakan secara perlahan-lahan oleh
pemilik lahan sendiri atau sering disebut dengan “ i usur-usur”. Berbeda halnya ketika musim panen tiba, pemilik lahan tidak mungkin mengerjakannya sendiri
karena hasil tanamannya bila terlalu lama dipanen akan menjadi busuk.
3.5. Pemasaran
Petani di Desa Munte tidak perlu merasa khawatir dalam hal cara memasarkan hasil pertanian mereka. Mereka dapat “erdaya” atau menjual hasil
pertanian mereka di desa ini dijual dalam jumlah yang minimum dan juga menjualnya ke Kabanjahe dalam jumlah yang besar, atau bila mereka tidak ingin
menjual hasil pertanian mereka ke Kabanjahe tetapi mereka memiliki hasil pertanian yang cukup banyak mereka dapat menjualnya ke agen yang ada di desa
ini juga.
Universitas Sumatera Utara
Di desa ini berlaku minta uang hasil panen pada agen dulu tetapi hasil panennya belum dipanen. Hal ini biasanya dilakukan petani karena membutuhkan
uang secara tiba-tiba, misalnya kebutuhan sekolah. Tetapi tidak semua agen di desa tersebut yang mau melakukan hal ini. Kebutuhan secara mendadak ini
terkadang merugikan petani sendiri, karena setelah panen tiba harga panen tidak sesuai dengan harga pasar yang sedang berlangsung terserah pada agen. Ini
adalah resiko yang harus diterima petani.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV POLA TANAM DAN PERUBAHAN YANG TERJADI
4.1. Pola Tanam Sebelum Tahun 1997 4.1.1. Padi Sebagai Tanaman Utama
Sejak tahun 1980-an Desa Munte dikenal sebagai salah satu daerah penghasil padi yang berkualitas baik. Bahkan bukan hanya Desa Munte saja yang
dikenal seperti itu, beberapa daerah di sekitar Desa Munte dan masih merupakan cakupan dari Kecamatan Munte pun dikenal demikian. Desa –desa tersebut antara
lain adalah Singgamanik, Sari Munte, dan Kutambaru. Masyarakat berlomba menanam padi di lahan mereka.
Tanaman padi ditanam di sawah. Sawah-sawah masyarakat di Desa Munte ada yang dibentuk bertingkat terasering dan ada pula yang mendatar namun
sudah dibentuk menjadi kotak-kotak. Luas perkotaknya tidak sama. Masyarakat membentuknya hanya menurut perkiraan mereka saja. Misalnya dalam 1 Ha
sawah petani membentuknya menjadi 7 sampai 10 kotak. Bentuk kotak tersebut disebut dengan “nggalungi”.
Tanaman padi di sawah sangat membutuhkan perairan yang teratur. Oleh karena itu peran dari sungai irigasi di Desa Munte ini cukup membantu para
petani. Sungai irigasi ini diberi nama “lau buah manteman” oleh masyarakat. Setiap petani memiliki hak yang sama atas sungai irigasi tersebut, dengan
kesepakatan bersama para petani harus sama-sama menjaganya. Tanaman padi ditanam secara serentak oleh petani. Pada masa tanam maka
seluruh petani akan memulai untuk menanam. Para petani melakukan perawatan
Universitas Sumatera Utara
atas tanaman padi mereka secara serentak mulai dari menanam sampai panen. Dalam bahasa lokalnya masa tanam disebut dengan “merdang merdem”, dan ini
berlaku pada seluruh daerah di tanah Karo. Pada zaman dahulu dan hingga kini juga masih berlangsung pada
masyarakat masa tanam yang serentak. Hingga timbul gagasan untuk membuat masa tersebut meriah. Kegiatan itu kini disebut dengan “kerja tahun”pesta
tahunan, namun tidak meninggalkan bahasa awalnya. Dulu kegiatan ini juga disebut “merdang merdem”. Hanya pada masa kini telah terjadi banyak
perubahan pada kegiatan ini, karena sekarang para petani tidak serentak lagi menanam Padi. Kini kegiatan ini dilakukan tidak serentak dengan masa tanam
padi. Bahkan pada daerah tertentu kegiatan kerja tahun ini sudah ditentukan waktu pelaksanaannya tiap tahunnya. Misalnya di Desa Munte pelaksanaan kerja tahun
ini terjadi setiap bulan Juli setiap tahunnya dengan tanggal yang berbeda-beda tiap tahun.
Sebelum ditanam ke masing-masing kotak, benih padi disemai terlebih dahulu dalam satu kotak nggalungi. Bibit padi dipilih yang baik dan kemudian
disemai. Lamanya penyemaian sekitar 35-40 hari. Lamanya penyemaian ini tergantung pada daya tahan dan tingginya tanaman padi.
Setelah cukup umur, bibit padi yang telah disemai tersebut dipindahkan ke nggalungi-nggalungi lainnya. Biasanya pemindahan ini dilakukan dalam waktu
sehari saja. Hal ini untuk menghindari mati atau layunya bibit padi. Jarak tanam padi dibuat antara 5-10 cm menurut perkiraan petani. Tidak jarang juga petani
kekurangan bibit padi. Ini disebabkan karena tidak semua bibit yang disemai tumbuh, atau juga pembagian bibit pada saat penanaman yang tidak merata.
Universitas Sumatera Utara
Biasanya untuk mengatasi hal ini petani mencari bibit yang sama dari petani lain atau kalau usaha ini tidak berjalan dengan baik maka mau tidak mau lahan
tersebut akan dikosongkan atau ditanami tanaman lainnya. Pengairan setelah penanaman harus dibuat secara teratur. Apabila musim
kemarau tiba maka petani akan mengandalkan air dari sungai irigasi. Setelah padi berumur satu bulan setelah penanaman maka akan diberi pupuk. Pada pemupukan
yang pertama petani biasanya menggunakan pupuk anorganik yaitu Amapos SS, MPK, dan Urea. Amapos SS berguna untuk batang supaya batang tumbuh
dengan subur dan juga membuat batang tidak terlalu tinggi dan gemuk. Selain itu pupuk SS ini juga berguna untuk buah. Buah padi akan lebih berisi dan tidak
kosong. Sedangkan pupuk NPK dan Urea bermanfaat untuk daun Padi. Tetapi petani lebih sering hanya menggunakan Urea saja karena pupuk NPK terkadang
susah untuk memperolehnya. Pupuk Urea akan membuat daun Padi kelihatan lebih hijau. Namun sebelum diberi pupuk disiangi terlebih dahulu. Hal ini supaya
pupuk yang ditabur tidak dimakan oleh rerumputan. Sampai diberi pupuk yang kedua maka pengairan harus tetap dilakukan secara teratur, untuk menjaga
kestabilan tanaman Padi. Pemupukan yang kedua diberikan ketika Padi sudah berumur 10 minggu. Pada pemupukan yang kedua biasanya petani masih
menggunakan pupuk yang sama seperti pemupukan yang pertama, namun petani menambah takaran pupuk yang akan ditabur.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Tanaman Padi yang sudah berumur dua bulan
Dari masa penanaman hingga masa panen dibutuhkan waktu sekitar 4 sampai 6 bulan. Menurut petani hal ini tergantung pada jenis Padi yang ditanam.
Mulai dari Padi menguning, petani pun akan membuat orang-orangan sawah atau sering disebut dengan “pemuro” yang bertujuan untuk menghalau burung yang
hendak memakan Padi yang mulai tua. Petani pun akan mulai sibuk untuk menjaga tanaman Padi mereka, baik dari gangguan burung-burung maupun dari
gangguan tikus. Kegiatan petani memanen Padi disebut dengan “rani”. Rani dimulai dengan “nabi” yaitu memotong Padi, kemudian dilanjutkan dengan
“maspas”. Maspas adalah kegiatan dimana Padi yang sudah dipotong dipukulkan ke benda yang keras seperti papan, tujuannya adalah untuk memisahkan biji padi
dari batangnya. Setelah itu petani menggunakan mesin “komben” untuk memisahkan buah Padi yang berisi dengan buah Padi yang kosong, kemudian
hasil panen dimasukkan ke karung atau “guni”.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2 . Tanaman Padi yang sudah mulai menguning
Begitulah cara perawatan tanaman Padi yang dilakukan oleh petani Desa Munte. Banyak petani meraih keuntungan yang lebih dari tanaman ini. Itulah
alasannya tanaman Padi dijadikan sebagai tanaman utama. Tanaman Padi juga membuat masyarakat Desa Munte merasa bangga, karena kualitas dari Padi
sampai ke luar daerah. Bahkan daerah lain mengkonsumsi beras yang berasal dari Desa Munte. Petani pun tidak perlu merasa khawatir tentang pemasaran hasil
panen mereka. Dengan kata lain hasil panen Padi pada setiap masa panen akan terjual habis. Hasil panen petani dijual langsung di desa itu sendiri pada agen yang
memang mereka percayai. Petani di Desa Munte bertahun-tahun merasa puas dengan hasil panen
tanaman Padi mereka. Dengan hasil panen tersebut para petani dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, terlebih untuk biaya melanjutkan pendidikan anak-anak
mereka sampai jenjang yang lebih tinggi. Artinya banyak anak-anak yang tercapai
Universitas Sumatera Utara
cita-citanya karena terdukung biayanya dari hasil panen tanaman Padi, dan hal ini tentunya juga membanggakan masyarakat Desa Munte.
Namun perlahan-lahan kebanggaan masyarakat terhadap tanaman Padi mereka mulai berkurang, karena banyak masalah-masalah yang mulai
bermunculan. Belum selesai masalah yang satu, masalah lain pun muncul lagi. Petani sudah mengusahakan banyak solusi untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut. Dari sekian banyak solusi yang diusahakan oleh petani jarang solusi tersebut membuahkan hasil, dan solusi yang berhasil pun hanya bertahan untuk
sementara saja karena dari solusi yang berhasil tersebut muncul kembali masalah yang baru.
Masalah-masalah yang dihadapi petani antara lain adalah munculnya berbagai penyakit dan hama pada tanaman Padi. Penyakit dan hama tersebut
sangat mengganggu tanaman terutama pada tahap pertumbuhan tanaman Padi. Bahkan akibat dari penyakit dan hama tersebut tidak jarang petani mengalami
gagal panen karena tanaman Padi mereka mati. Selain itu, dengan naiknya harga pupuk dan pestisida juga menjadi
masalah yang berat bagi petani Padi di Desa Munte. Mereka tidak dapat memberi perawatan yang maksimal pada tanaman Padi mereka, seperti yang mereka
lakukan sebelum harga-harga tersebut melambung tinggi. Harga pestisida dan pupuk naik hingga dua kali lipat, selain harganya yang mahal pestisida dan pupuk
tersebut pun susah untuk diperoleh atau dengan kata lainnya “langka”. Masalah ini bukan hanya dialami oleh petani di Desa Munte saja, hal ini dialami juga oleh
petani di seluruh Indonesi hingga sekarang.
Universitas Sumatera Utara
Masalah yang pernah membuat petani Padi di Desa Munte gagal panen adalah ketika sungai irigasi ”buah manteman” yang mendukung petani Padi tiba-
tiba runtuh seiring dengan berlangsungnya musim kemarau. Kejadian ini berlangsung pada bulan Juli 2008 lalu. Runtuhnya sungai irigasi ini disebabkan
tanah di atas sungai irigai tersebut terkikis karena kekeringan. Kejadian ini juga menyebabkan sebagian tanaman Jagung milik bapak Darwis Purba ikut runtuh
karena ikut terkikis hingga tanaman tersebut hanyut dibawa aliran sungai irigasi. Runtuhnya sungai irigasi ini juga menyebabkan banyak tanaman Padi yang mati
karena pengairannya tidak teratur, hasilnya banyak petani yang gagal panen. Bila ada petani yang bisa panen pada masa itu, hanyalah beberapa orang saja dan
petani tersebut tetap juga mengalami kerugian karena hasil panen mereka berkurang. Petani Padi mengalami kerugian karena pada saat sungai irigasi
tersebut runtuh hampir keseluruhan tanaman Padi masih membutuhkan pengairan yang teratur.
Setelah sungai irigasi “lau buah manteman” diperbaiki oleh pemerintah setempat yang dibantu juga oleh masyarakat kemudian menimbulkan masalah
baru lagi. Masalah tersebut adalah pembagian air irigasi yang mulai tidak merata. Bahkan tidak segan-segan ada petani yang menutup jalannya air irigasi ke sawah
petani lainnya untuk mengairi sawahnya sendiri. Hal ini tentunya menimbulkan dampak negatif yang lain, yaitu timbulnya konflik antar petani. Hubungan antar
petani pun kini mulai kurang harmonis. Masalah lain yang dihadapi petani adalah semakin sulitnya memprediksi
musim. Pada umumnya petani akan menanam tanaman Padi mereka ketika musim hujan, namun kini prediksi musim semakin sulit. Kini memprediksi musim tidak
Universitas Sumatera Utara
sama lagi seperti dulu. Petani kini menanam tanaman Padi pun tidak serentak lagi, mereka menanam Padi menurut prediksi masing-masing. Oleh karena itu ketika
Padi sudah mulai menguning akan diserang oleh burung-burung dan juga tikus, karena tidak ada teman yang memiliki keadaan yang sama dan kemungkinan
petani tersebut akan mengalami gagal panen. Masalah-masalah yang dihadapi oleh petani Padi di Desa Munte ini
mengakibatkan hasil panen padi mulai menurun. Hal ini membuat banyak petani Padi yang tidak mampu untuk tetap mempertahankan tanaman Padi dan mencoba
untuk mencari alternatif lain. Alternatif yang mereka coba lakukan tetap menurunkan hasil panen Padi. Mereka mencoba untuk tetap mempertahankan
tanaman Padi namun usaha mereka gagal juga.
4.1.2. Varietas Lain Sebagai Tanaman Tambahan a. Jagung
Tanaman Jagung juga tanaman yang mayoritas yang terdapat di Desa Munte. Cara perawatannya sedikit lebih mudah bila dibandingkan dengan
tanaman Padi. Bedanya dengan tanaman Padi adalah tanaman Jagung ini tidak membutuhkan kadar air yang berlebih. Tanaman Jagung hanya membutuhkan air
ketika masih berusia muda dan ketika akan diberi pupuk. Selain perbedaan tersebut tanaman Jagung dan tanaman Padi juga
memiliki kesamaan, yakni membutuhkan dua kali pemupukan dan juga membutuhkan pestisida untuk menghindari penyakit dan hama. Tujuan dari
pemupukan ini adalah untuk menghasilkan buah yang banyak dan juga untuk
Universitas Sumatera Utara
membuat batang tanaman menjadi kokoh. Namun meskipun telah menggunakan pestisida masih ada juga penyakit dan hama yang menyerang.
Tanaman Padi dan Jagung hampir memiliki umur yang sama juga yakni berumur kurang lebih 4 bulan. Sehingga dalam setahun petani bisa menanam
tanaman Padi atau Jagung 3-4 kali dalam setahun, dipengaruhi oleh pupuk dan pestisida yang digunakan. Berbeda dengan dulu, petani hanya bisa menanam
tanaman Padi atau Jagung dua kali dalam setahun. Kini tanaman Jagung tidak hanya ditanam diladang lahan kering, tidak
jarang ditemukan tanaman Jagung yang sengaja ditanam di sawah yang sudah dikeringkan. Hal ini disebabkan karena petani sudah mulai merasa kewalahan
untuk memperoleh air untuk mengairi sawahnya. Dengan demikian mereka terpaksa menanam sawah mereka dengan tanaman lain yang tidak membutuhkan
kadar air yang berlebih. Akhirnya banyak petani yang memutuskan untuk menanam Jagung. Alasannya karena Jagung dan Padi lebih banyak memiliki
kesamaan.
Gambar 3. Tanaman Jagung ditanam di sawah yang sudah kering
Universitas Sumatera Utara
Selain memiliki kesamaan dalam hal cara perawatannya, tanaman Jagung dan Padi juga memiliki kesamaan dalam hal cara pemasarannya. Para petani tidak
perlu khawatir karena para pembeli datang sendiri ke Desa Munte untuk membelinya. Harganya pun seimbang dengan harga pasar yang sedang berlaku,
petani tidak perlu merasa dirugikan.
b. Tanaman Palawija