Metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering digunakan,
terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
b. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari – hari, banyak sekali kebiasaan – kebiasaan dan tradisi – tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan – kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Misalnya, mengapa harus ada
upacara selapanan dan turun tanah pada bayi, mengapa ibu yang sedang menyusui harus minum jamu, mengapa anak tidak boleh makan telor, dan sebagainya.
Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan – kebiasaan ini seolah – olah
diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin – pemimpin masyarakat baik formal maupun
informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Universitas Sumatera Utara
Pengalaman adalah guru terbaik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara
yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara
tersebut. Tetapi bila gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu, dan berusaha untuk mencari cara yang lain, sehingga dapat berhasil
memecahkannya.
d. Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi
maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara
tidak langsung melalui pernyataan – pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat kesimpulan. Apabila proses pembuatan
kesimpulan itu melalui pernyataan – pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari
pernyataan – pernyataan umum kepada yang khusus.
Universitas Sumatera Utara
2. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau lebih
popular disebut metodologi penelitian research methodology. Cara ini mula – mula dikembangkan oleh Francis Bacon 1561 - 1626. Ia adalah seorang tokoh yang
mengembangkan metode berpikir induktif. Mula – mula ia mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala – gejala alam atau kemasyarakatan. Kemudian hasil
pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum. Kemudian metode berpikir induktif yang dikembangkan oleh
Bacon ini dilanjutkan oleh Deobold van Dallen. Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan
membuat pencatatan – pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yakni:
a. Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.
b. Segala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.
c. Gejala – gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala – gejala yang berubah – ubah pada kondisi – kondisi tertentu.
Berdasarkan hasil pencatatan – pencatatan ini kemudian ditetapkan ciri – ciri atau unsur – unsur yang pasti ada pada sesuatu gejala. Selanjutnya hal tersebut dijadikan
dasar pengambilan kesimpulan atau generalisasi. Prinsip – prinsip umum yang dikembangkan oleh Bacon ini kemudian dijadikan dasar untuk mengembangkan
Universitas Sumatera Utara
metode penelitian yang lebih praktis. Selanjutnya diadakan penggabungan antara proses berpikir deduktif – induktif – verivikatif seperti dilakukan oleh Newton dan
Galileo. Akhirnya lahir suatu cara melalukan penelitian, yang dewasa ini dikenal dengan metode penelitian ilmiah scientific research method. Notoatmodjo, 2005
2.1.2. Sikap Attitude
Menurut Notoatmojo 2005, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Menurut Gerungan 2002, sikap merupakan pendapat maupun pendangan seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin
terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek. Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
1. Menerima receiving. Diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
2. Merespon responding. Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai valuing. Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab responsibility. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling
tinggi. Menurut Ahmadi 2003, sikap dibedakan menjadi :
Universitas Sumatera Utara
A. Sikap negatif yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada
B. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada.
Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi 4 golongan yaitu: 1. Sebagai alat untuk menyesuaikan. Sikap adalah sesuatu yang bersifat
communicable, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang
dengan kelompok atau dengan kelompok lainnya. 2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Pertimbangan dan reaksi pada anak,
dewasa dan yang sudah lanjut usia tidak ada. Perangsang itu pada umumnya tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara
sadar untuk menilai perangsangan-perangsangan itu. 3. Sebagai alat pengatur pengalaman. Manusia didalam menerima pengalaman-
pengalaman secara aktif. Artinya semua berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu
dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman diberi penilaian lalu dipilih.
4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang
mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap
merupakan pernyataan pribadi. Notoatmodjo, 2005
Universitas Sumatera Utara
Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan tertentu, tetapi sikap terbentuk sepanjang perkembangan. Peranan sikap dalam kehidupan
manusia sangat besar. Bila sudah terbentuk pada diri manusia, maka sikap itu akan turut menentukan cara tingkahlakunya terhadap objek-objek sikapnya. Adanya sikap
akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap objeknya. Sikap dapat dibedakan menjadi :
a. Sikap Sosial
Suatu sikap sosial yang dinyatakan dalam kegiatan yang sama dan berulang- ulang terhadap objek sosial. Karena biasanya objek sosial itu dinyatakan tidak hanya
oleh seseorang saja tetapi oleh orang lain yang sekelompok atau masyarakat.
b. Sikap Individu
Sikap individu dimiliki hanya oleh seseorang saja, dimana sikap individual berkenaan dengan objek perhatian sosial. Sikap individu dibentuk karena sifat
pribadi diri sendiri. Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentuk kecenderungan untuk bertingkah laku, dapat diartikan suatu bentuk respon evaluatif yaitu suatu respon
yang sudah dalam pertimbangan oleh individu yang bersangkutan.
Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu : 1. Selalu ada objeknya
2. Biasanya bersifat evaluatif 3. Relatif mantap
4. Dapat dirubah
Universitas Sumatera Utara
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu. Menurut Allpon 1954, bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
1. Kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak Ketiga komponen ini akan membentuk sikap yang utuh Total Attitude,
dalam penentuanberpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap orang
lain,, objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang-kadang sikap tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi sikap selalu
tercermin dari perilaku seseorang Ahmadi, 2003 Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung,
melalui pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek secara tidak langsung dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat
responden.
2.1.3. Tindakan Practice
Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap suatu perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimilus dalam bentuk nyata
atau terbuka Notoatmodjo, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan itu bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini disebut perilaku, bentuk
perilaku dapat bersifat sederhana dan kompleks. Dalam peraturan teoritis, tingkah laku dapat dibedakan atas sikap, di dalam sikap
diartikan sebagai suatu kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi tingkah laku. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya
sikap agar menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi fasilitas yang memungkinkan Ahmadi, 2002
Menurut Notoatmodjo 2005, tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu
lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Secara
biologis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan, namun tidak pula dapat dikatakan bahwa sikap tindakan memiliki hubungan yang sistematis.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek practice, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh karena
itu disebut juga over behavior.
Menurut Notoatmodjo 2005, empat tingkatan tindakan adalah : 1. Persepsi Perception, Mengenal dan memiliki berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang diambil.
Universitas Sumatera Utara
2. Respon terpimpin Guided Response, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.
3. Mekanisme Mechanism, apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.
4. Adaptasi Adaptation, adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmojo 2002, faktor-faktor yang merupakan
penyebab perilaku menurut Green dipengaruhi oleh tiga faktor yaotu faktor predisposisi seperti pengetahuan, sikap keyakinan, dan nilai, berkanaan dengan
motivasi seseorang bertindak. Faktor pemungkin atau faktor pendukung enabling perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang
memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Terakhir faktor penguat seperti keluarga, petugas kesehatan dan lain-lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang
atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku
2.2. Perilaku Pencegahan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Psikologi memandang perilaku manusia human behavior sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya dan pada
Universitas Sumatera Utara
berbagai spesies hewan umumnya memang terdapat bentuk – bentuk perilaku instinktif species – specific behavior yang didasari oleh kodrat untuk
mempertahankan kehidupan. Salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia yang menarik adalah sifat diverensialnya. Maksudnya, satu stimulus dapat menimbulkan
lebih dari satu respon yang berbeda dan beberapa stimulus yang berbeda dapat saja menimbulkan satu respon yang sama.
Kurt Lewin 1951,dalam buku Azwar, 2009 merumuskan suatu model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan
lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai – nilai, sifat kpribadian dan sikap yang saling berinteraksi pula dengan faktor – faktor
lingkunga dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kadang – kadang kekuatannya lebih besar dari
pada karakteristik individu. Hal inilah yang menjadikan prediksi perilaku lebih kompleks.
Teori tindakan beralasan mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya
terbatas hanya pada 3 hal yaitu : 1. Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang spesifik
terhadap sesuatu. 2. Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma – norma
subjektif subjective norms yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat.
Universitas Sumatera Utara
3. Sikap terhadap suatu perilaku bersama norma – norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.
Secara sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa
orang lain ingin agar ia melakukannya. Dalam teori perilaku terencana keyakinan – keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, pada norma – norma
subjektif dan pada control perilaku yang dia hayati. Ketiga komponen ini berinteraksi dan menjadi determinan bagi intensi yang pada gilirannya akan menentukan apakah
perilaku yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak Azwar, 2009. Menurut Green dalam buku Notoatmodjo 2003 menganalisis bahwa perilaku
manusia dari tingkatan kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku behaviour causer dan faktor dari luar
perilaku non behaviour causer. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu :
1. Faktor – faktor predisposisi predisposing factors, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai dan sebagainya.
2. Faktor – faktor pendukung enabling factors, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas – fasilitas atau sarana - sarana
kesehatan misalnya Puskesmas, obat – obatan, alat – alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.
3. Faktor – faktor pendorong reinforcing factors, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang
atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku. Menurut Leavel dan Clark yang disebut pencegahan adalah segala kegiatan yang dilakukan baik langsung maupun tidak
langsung untuk mencegah suatu masalah kesehatan atau penyakit. Pencegahan berhubungan dengan masalah kesehatan atau penyakit yang spesifik dan meliputi
perilaku menghindar Romauli, 2009. Tingkatan pencegahan penyakit menurut Leavel dan Clark ada 5 tingkatan
yaitu Maryati, 2009: a. Peningkatan kesehatan Health Promotion.
1 Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitas. 2 Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan.
3 Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat antara lain pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja yang hamil diluar nikah, yang terkena
penyakit infeksi akibat seks bebas dan Pelayanan Keluarga Berencana.
b. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit tertentu Spesific Protection. 1 Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah terhadap
penyakit – penyakit tertentu. 2 Isolasi terhadap penyakit menular.
Universitas Sumatera Utara
3 Perlindungan terhadap keamanan kecelakaan di tempat – tempat umum dan ditempat kerja.
4 Perlindungan terhadap bahan – bahan yang bersifat karsinogenik, bahan – bahan racun maupun alergi.
c. Menggunakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat Early Diagnosis and Promotion.
1 Mencari kasus sedini mungkin. 2 Melakukan pemeriksaan umum secara rutin.
3 Pengawasan selektif terhadap penyakit tertentu misalnya kusta, TBC, kanker serviks.
4 Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita. 5 Mencari orang – orang yang pernah berhubungan dengan penderita
berpenyakit menular. 6 Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.
d. Pembatasan kecacatan Dissability Limitation 1 Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjut agar terarah dan tidak
menimbulkan komplikasi. 2 Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.Perbaikan fasilitas
kesehatan bagi pengunjung untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
e. Pemulihan kesehatan Rehabilitation 1 Mengembangkan lembaga – lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2 Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberi dukungan moral, setidaknya bagi yang bersangkutan untuk
bertahan. 3 Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita
yang telah cacat mampu mempertahankan diri. 4 Penyuluhan dan usaha – usaha kelanjutannya harus tetap dilakukan
seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
2.3. Seksual 2.3.1. Definisi Seksual