Prostitusi dapat dibagi menurut aktivitasnya, yaitu terdaftar dan terorganisir dan yang tidak terdaftar. Prostitusi yang terdaftar pelakunya diawasi oleh bagian
seperti Vice Control dari kepolisian yang dibantu dan bekerjasama dengan jawatan social dan jawatan kesehatan. Pada umumnya ini dilokalisir dalam satu daerah
tertentu. Penghuninya secara periodik harus memeriksakan diri pada dokter atau petugas kesehatan dan mendapatkan suntikan serta pengobatan sebagai tindakan
kesehatan dan keamanan umum. Prostitusi yang tidak terdaftar, termasuk dalam kelompok ini hádala mereka melakukan prostitusi secara gelap dan liar. Perbuatannya
tidak terorganisir, tempat pun tidak tentu. Mereka tidak pernah mencatatkan diri kepada yang berwajib sehingga kesehatannya Sangat diragukan, karena mereka
Belum tentu mau memeriksakan kesehatannya kepada dokter atau petugas kesehatan.
Statistik menunjukkan bahwa kurang lebih 75 dari jumlah pelacur adalah
wanita-wanita muda dibawah umur 30 tahun. Mereka itu umumnya memasuki dunia pelacuran pada usia muda, yaitu pada usia 13-24 tahun, dan yang paling banyak
adalah usia 17-21 tahun Kartono, 2007. Menurut Kartono 2007, 60-80 dari jumlah pelacur itu memiliki intelektual
yang tinggi, berpendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama dan atas atau lepasan akademi dan perguruan tinggi. Mereka bertingkah laku immoral karena didorong oleh
motivasi-motivasi sosial dan ekonomi.
2.7.1. Motif yang Melatar Belakangi Pelacuran
Menurut Kartono 2007, ada beberapa motif yang melatar belakangi seseorang menjadi pelacur diantaranya sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Tekanan ekonomi, Faktor kemiskinan, adanya pertimbangan-pertimbangan ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan hidup, khususnya dalam
usaha mendapatkan status sosial yang lebih baik. b. Aspirasi materil yang tinggi pada diri wanita dan kesenangan, ketamakan,
terhadap pakaian-pakaian indah dan mewah namun malas bekerja. c. Disorganisasi dan disintegrasi dari kehidupan keluarga seperti ayah dan ibu
bercerai, suami dan isteri bercerai. d. Adanya ambisi-ambisi yang besar pada wanita untuk mendapatkan status
sosial yang tinggi, dengan jalan yang mudah tanpa kerja berat, tanpa keterampilan khusus.
e. Pekerjaan pelacur tidak memerlukan keterampilan, intelegensi tinggi, mudah dikerjakan asal orang yang bersangkutan memiliki kecantikan, kemudahan
dan keberanian. Tidak hanya wanita normal, wanita yang agak lemah ingatannya pun bisa melakukan pekerjaan ini.
f. Adanya pengalaman traumatis seperti gagal dalam bercinta ataupun perkawinan, pernah dikecewakan sehingga muncul kematangan seks yang
terlalu dini dan abnormalitas seks. g. Banyaknya tindakan Trafficking dan perdagangan perempuan yang terjadi.
Biasanya para wanita ini tertipu dengan iming-iming pekerjaan yang layak disuatu tempat, yang akhirnya terjebak dalam dunia prostitusi. Dinas sosial
Provinsi Sumatera Utara mengakui masih banyak anak-anak yang dilacurkan yang belum terdata atau cendrung memalsukan umurnya. Diperkirakan 200-
400 anak usia 13-18 tahun setiap tahunnya dijual keberbagai daerah dan
Universitas Sumatera Utara
Negara tujuan prostitusi seperti Batam, Tanjung Balai Karimun, Dumai, Malaysia dan Singapura.
Menurut Kartono 2007, PSK adalah kelompok yang mempunyai resiko tinggi terkena atau menimbulkan dan menyebarluaskan PMS Penyakit Menular Seksual.
Apalagi dengan alasan komersil, mereka siap melakukan apasaja untuk kepuasan pelanggan sampai kepada perilaku seks yang tidak sehat, sehingga kelompok ini
beresiko tinggi untuk terkena PMS.
2.7.2. Kebiasaan PSK Sebelum dan Sesudah Melakukan Hubungan Seksual