3. Membuat grafik rata-rata dan selang sampel pada peta kendali yang bersangkutan dan menentukan apakah rata-rata dan selang itu berada di luar
batas-batas yang diterima. 4. Menyelidiki titik-titik atau pola yang menunjukkan bahwa proses tersebut
tidak terkendali. 5. Mengumpulkan sampel-sampel tambahan dan validasi ulang batas-batas
kendali dengan menggunakan data yang baru.
2.4.4 Uji Kualitas Kemampuan Proses
Uji kualitas kemampuan proses merupakan suatu tahapan yang harus dilakukan dalam mengadakan pengendalian kualitas proses statistik statistical
process control. Uji kualitas kemampuan proses mendefinisikan kemampuan proses memenuhi spesifikasi atau mengukur kinerja proses. Menurut Pyzdek
1995 dalam buku karangan Ariani 2004 uji kualitas kemampuan proses juga merupakan prosedur yang digunakan untuk memprediksi kinerja jangka panjang
yang berada dalam batas pengendali proses statistik. Uji kualitas kemampuan proses dilakukan hanya apabila proses berada dalam batas pengendali statistik in
statistical control. Dengan kata lain, penyebab penyimpangan hanyalah penyebab umum. Identifikasi adanya sebab khusus membuat langkah uji kualitas
kemampuan proses terhenti dan melakukan tindakan perbaikan. Proses menunjukkan kombinasi mesin, alat, metode, material, dan
karyawan yang terkait dengan kegiatan produksi atau operasi. Sementara kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan prosesnya berdasarkan pada
penilaian kinerja untuk mencapai hasil yang terukur. Kemampuan yang diukur tersebut menunjukkan kenyataan bahwa kemampuan proses dihitung dari data
yang diambil dari kinerja proses. Selanjutnya, kemampuan yang melekat menunjukkan pada keseragaman produk yang dihasilkan dari proses yang berada
pada kondisi in statistical control. Sedangkan pengukuran produk yang dimaksudkan adalah variasi produk sebagai hasil achir dari suatu proses.
Kemampuan proses biasanya ditunjukkan dengan formulasi ± 3 atau secara keseluruhan mencakup 6 , dimana menunjukkan penyimpangan standar
standar deviasi proses yang berada pada kondisi in statistical control tanpa ada
perubahan atau penyimpangan. Jika proses terpusat pada spesifikasi nominal dan mengikuti probabilitas normal, maka terdapat 99,73 persen produk berada dalam
batas ± 3 dari spesifikasi nominal. Proses yang berada pada kondisi in statistical control berada pada kemampuan proses 6 .
Alasan utama dalam mengkuantifikasi kemampuan proses agar dapat menghitung kualitas kemampuan proses untuk dapat berpegang pada spesifikasi
produk. Pada proses yang berada pada kondisi in statistical control, cara membuat uji kualitas kemampuan proses, sebagai berikut:
1. Rasio kemampuan proses process capability ratio atau C
p
Index Apabila proses berada dalam batas pengendali statistik dengan peta
pengendali statistik “normal” dan rata-rata proses terpusat pada target, maka rasio kemampuan proses atau indeks kemampuan proses dapat dihitung, yaitu:
PCR atau C
p
= σ
6 LSL
USL −
………………………….. persamaan 2.13 dengan;
PCR = rasio kemampuan proses process capability ratio USL = batas spesifikasi atas upper specification limit
LSL = batas spesifikasi bawah lower specification limit σ
= standar deviasi data Estimasi standar deviasi dapat dihitung dengan rumus, yaitu:
2
d R
= σ
………………………………………………..persamaan 2.14 dengan;
R = selang range rata-rata dari sampel d
2
= faktor untuk garis tengah tabel 2.1 Batas spesifikasi atas USL dan batas spesifikasi bawah LSL adalah batas
toleransi yang ditetapkan konsumen yang harus dipenuhi oleh produsen. Dari hasil perhitungan tersebut, apabila:
C
p
1 berarti proses masih baik capable C
p
1 berarti proses tidak baik not capable C
p
= 1 berarti proses sama dengan spesifikasi konsumen
Namun demikian, rasio kemampuan proses atau nilai C
p
minimal harus sama dengan 1,33. Nilai C
p
hanya memperhatikan pada rentang karakteristik yang berhubungan dengan batas-batas spesifikasi
dan mengasumsikan adanya dua batas spesifikasi. 2. Indeks kemampuan proses atas dan bawah upper and lower capability index
KPA merupakan perbandingan dari rentang atas rata-rata, sedang KPB adalah perbandingan rentang bawah rata-rata. Baik C
p
, KPA maupun KPB digunakan untuk mengevaluasi batas spesifikasi yang ditentukan. Selain itu ketiganya
dapat digunakan dalam mengevaluasi kinerja proses relatif terhadap batas- batas spesifikasi. Hal ini juga dapat membantu penentuan parameter proses.
Indeks kemampuan proses C
p
menunjukkan kemampuan proses yang potensial.
Perbandingan dari rentang atas rata-rata dan rentang bawah rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:
KPA = σ
µ 3
− BSA
……………………………………... persamaan 2.15 KPB =
σ µ
3 BSB
− ……………………………………... persamaan 2.16
dengan; KPA = kemampuan proses atas
KPB = kemampuan proses bawah µ
= nilai tengah, diestimasi dengan rata-rata dari rata-rata sampel 3. Indeks kemampuan proses Cpk
Rasio kemampuan proses di atas mengukur kemampuan potensial, dengan tidak memperhatikan kondisi rata-rata proses
µ . Rata-rata proses tersebut
diasumsikan sama dengan titik tengah dari batas-batas spesifikasi dan proses berada pada kondisi in statistical control. Kenyataannya, nilai rata-rata tidak
selalu berada di tengah, sehingga perlu mengetahui variasi dan lokasi rata-rata proses. Nilai Cpk mewakili kemampuan sesungguhnya dari suatu proses
dengan parameter nilai tertentu. Nilai Cpk diformulasikan, yaitu: Cpk = min
− −
σ µ
σ µ
3 ,
3 BSB
BSA = min{KPA,KPB}........persamaan 2.17
Bila Cpk 1 maka proses disebut baik capable, bila Cpk
1 maka proses disebut kurang baik not capable. Indeks Cpk menunjukkan skala jarak relatif
dengan 3 standar deviasi. Nilai Cpk ini menunjukkan kemampuan
sesungguhnya dari proses dengan nilai-nilai parameter yang ada. Apabila nilai rata-rata yang sesungguhnya sama dengan titik tengah, maka sebenarnya nilai
Cpk = nilai Cp. Semakin tinggi indeks kemampuan proses maka makin sedikit produk yang berada di luar batas-batas spesifikasi.
2.4.5 Uji Keseragaman Data