28 disebabkan karena sifat kimiawi DPIP yang mudah rusak akibat teroksidasi dan terpapar cahaya.
Untuk mencegah rusaknya DPIP akibat penyimpanan maka DPIP ditempatkan pada botol berukuran 1L berwarna amber coklat yang berfungsi untuk mencegah rusaknya DPIP karena cahaya dari lampu
laboratorium. Potensi tidak stabilnya DPIP juga dapat berasal dari selang titrasi yang berwarna bening, sehingga menyebabkan konsentrasi menjadi tidak stabil dan rusak apabila terpapar cahaya.
Tindakan lain yang dilakukan sebelum melakukan standarisasi DPIP adalah membuang semua DPIP yang tersimpan pada selang titrasi sebelum melakukan standarisasi dan analisis agar DPIP yang
diduga rusak dan tidak stabil akibat terpapar cahaya tidak mempengaruhi hasil standarisasi dan analisis kadar vitamin C.
Oleh karena itu, sebaiknya standarisasi DPIP dilakukan setiap hari atau setiap pereaksi tersebut akan digunakan untuk menganalisis kadar vitamin C. Konsentrasi DPIP sangat
mempengaruhi perhitungan penentuan kadar vitamin C, sehingga apabila konsentrasi tidak tepat maka hasil kadar vitamin C yang dihasilkan tidak akurat. Berdasarkan data standarisasi tersebut dapat dilihat
bahwa standar deviasi SD yang dihasilkan tiap ulangan tidak lebih dari 0.008 grL, sehingga konsentrasi DPIP yang digunakan untuk uji validasi dapat dikatakan akurat.
5.2 Uji Kecermatan Akurasi
Uji akurasi yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan dengan menyatakan persen perolehan kembali recovery dan menghitung akurasi dengan menggunakan sampel susu bubuk
acuan yang sudah diketahui nilai benarnya sehingga dapat dilihat selisih penyimpangannya. Hasil akurasi dengan persen perolehan kembali recovery dapat diterima apabila kriteria penerimaan hasil
recovery sebesar 100 ±2, sedangkan akurasi yang dibandingkan dengan sampel acuan dapat diterima dengan menghitung persen galat, semakin mendekati nilai 0 maka semakin baik akurasi
metode tersebut Harmita, 2004. Tabel 6
.
Hasil uji akurasi persen perolehan kembali recovery pada konsentrasi vitamin C 1000 mgKg
Hasil recovery dapat dilihat pada Tabel 6 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil uji akurasi dengan menyatakan persen perolehan kembali recovery dilakukan pada
konsentrasi 1000 mgKg dan diulang sebanyak sembilan kali ulangan. Dari hasil tersebut dapat
Ulangan Jumlah vitamin C yang
ditambahkan mgKg Jumlah vitamin C yang
terbaca oleh alat mgKg Recovery
1 1000
1013.5695 101.36
2 1000
1021.4993 102.15
3 1000
1001.6749 100.17
4 1000
1040.6028 104.06
5 1000
1032.6731 103.27
6 1000
998.0704 99.81
7 1000
1003.4771 100.35
8 1000
1014.2904 101.43
9 1000
1037.3588 103.74
Ratarata 1018.1351
101.81 SD
15.89 RSD
1.56
29 diketahui bahwa didapat ratarata kadar vitamin C yang terbaca oleh alat sebesar 1018.1351 mgKg,
dengan ratarata persen perolehan kembali recovery sebesar 101.81. Persen perolehan kembali yang dihasilkan sesuai dengan standar penerimaan akurasi berkisar antara 98 102.
Uji akurasi selanjutnya dilakukan dengan menggunakan sampel acuan yaitu susu bubuk merk X yang diukur sebanyak enam kali ulangan dan dihitung akurasi serta persen galat yang dihasilkan
oleh alat tersebut. Sampel acuan ini sudah memiliki nilai benar atau true value dengan kandungan vitamin C sebesar 950 mgKg, sehingga hasil akurasi dilakukan dengan menghitung persen galat.
Apabila nilai persen galat semakin mendekati nilai 0 maka semakin baik akurasi metode tersebut Harmita, 2004.
Tabel 7. Hasil uji akurasi kadar vitamin C pada susu bubuk merk X
Hasil uji akurasi dengan menggunakan sampel acuan dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan hasil analisis tersebut didapat nilai akurasi sebesar 99.45 dengan persen galat sebesar 0.55. Hasil
akurasi yang didapat cukup akurat karena nilai akurasi mendekati 100 dan galat yang didapat semakin mendekati nilai 0.
Hasil uji kecermatan akurasi metode analisis ini menunjukkan hasil yang dapat diterima sesuai dengan standar penerimaan baik dari pengujian secara recovery maupun dengan menggunakan sampel
acuan. Sehingga, metode analisis ini dapat menghasilkan data yang cermat.
5.3 Uji Keseksamaan Presisi