Pengertian Gadai Emas Syariah Rahn

Dalam dunia financial, barang tanggungan bisa dikenal sebagai jaminan collateral atau objek pegadaian. b. Al-Hadits س أ ع – ه ع ها ض – ا ه دق : اق – س هي ع ها ص – ه اع د د ع يد اب ه هأ ا يعش ه خأ ، د ي “Anas Radhiyallahu „Anhu berkata: “Sesungguhnya Nabi Shalallahu „Alaihi wa Sallam pernah menggadaikan baju besinya di Madinah kepada orang Yahudi, sementara Beliau mengambil gandum dari orang tersebut untuk memenuhi kebutuhan keluarga Beliau.” 40 Dari Hadits diatas dapat dipahami bahwa bermuamalah dibenarkan juga dengan non muslim dan harus ada jaminan sebagai pegangan, sehingga tidak terjadi kekhawatiran bagi yang member utang. c. Ijtihad Ulama Para ulama sependapat, bahwa perjanjian gadai hukumnya mubah boleh. Namun ada yang berpegang kepada zakir ayat, yaitu gadai hanya diperbolehkan dalam keadaan bepergian saja, seperti paham yang dianut oleh Madzhab Zahiri, Mujahid dan al-Dhahak. Sedangkan jumhur kebanyakan Ulama membolehkan gadai, baik dalam bepergian maupun tidak, seperti telah disebutkan dalam Hadits diatas. Jadi secara umum rahn gadai boleh dilakukan, karena kegiatan tersebut pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. 40 Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut: Maktabah Ashriyah, 1997, Jilid I, h. 753.

3. Ketentuan Hukum Gadai Emas Syariah

Transaksi gadai menurut syariah haruslah memenuhi rukun dan syarat tertentu, yaitu: a. Rukun gadai: adanya ijab dan kabul; adanya pihak yang berakad, yaitu pihak yang menggadaikan rahn dan yang menerima gadai murtahin; adanya jaminan marhun berupa barang atau harta; adanya utang marhun bih. b. Syarat sah gadai: rahn dan murtahin dengan syarat-syarat: kemampuan juga berarti kelayakan seseorang untuk melakukan transaksi pemilikan, setiap orang yang sah melakukan jual beli sah melakukan gadai. Sighat dengan syarat tidak boleh terkait dengan masa yang akan datang dan syarat-syarat tertentu. Utang marhun bih dengan syarat harus merupakan hak yang wajib diberikan atau diserahkan kepada pemiliknya, memungkinkan pemanfaatannya bila sesuatu yang menjadi utang itu tidak bisa dimanfaatkan maka tidak sah, harus dikuantifikasi atau dapat dihitung jumlahnya bila tidak dapat diukur atau tidak dikuantifikasi, rahn itu tidak sah. Barang Marhun dengan syarat harus bisa diperjual belikan, harus berupa harta yang bernilai, marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah, harus diketahui keadaan fisiknya, harus dimiliki oleh rahn setidaknya harus seizin pemiliknya. 41 41 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Terjemahan: Bandung: Pustaka, 1996, h. 134. Menurut Fatwa DSN-MUI No. 26 DSN-MUIIII2002 gadai emas syariah harus memenuhi ketentuan umum berikut: 1. Rahn emas dibolehkan berdasarkan prinsip rahn. 2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang marhun ditanggung oleh penggadai rahn. 3. Ongkos penyimpanan besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan. 4. Biaya penyimpanan barang marhun dilakukan berdasarkan akad ijarah. Pada dasarnya pegadaian syariah berjalan di atas dua akad transaksi syariah, yaitu: 42 1 Akad rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh sebagian piutangnya. Dengan akad ini, pegadaian menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah. 2 Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang danatau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad. 42 Andri Soemitra, M.A. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, h. 391.