40 keteduhan dan segarnya suasana pinggiran perairan ini. Selain untuk menikmati
pemandangan alam pantai, banyak pengunjung ke sini khusus untuk mencicipi makanan khas lautnya yang bahan-bahannya merupakan hasil tangkapan para
nelayan di pantai tersebut. Secara keseluruhan, sajian keindahan pantai mampu menghapus segala kepenatan yang melanda perjalanan ke Pelabuhanratu.
Dalam kaitan dengan konservasi, Pelabuhanratu juga terkenal sebagai tempat bertelur dan berbiaknya penyu. Sebagaimana diketahui bersama, penyu
adalah salah satu jenis hewan laut yang mulai terancam punah, dan karenanya termasuk salah satu binatang yang dilindungi di dunia. Habitat alami penyu di
Pelabuhanratu ini perlu idukung oleh semua pihak terutama masyarakat sekitar pantai supaya terus menjaga dan melindungi ekosistem penyu-penyu agar tidak
punah di pantai Pelabuhanratu. Selain itu, bagi pemerintah setempat diharapkan agar terus memantau keadaan hewan langka ini dari tangan-tangan jahil yang
mencoba menangkap untuk dikonsumsi daging dan telurnya. Rumah kulit penyu sering dijadikan hiasan yang mahal harganya, sehingga banyak diburu
manusia. Habitat penyu berkembang di pantai Pelabuhanratu tersebut lebih
didukung oleh morfologi pantai yang landai, berpasir putih, halus dan luas, meskipun pada beberapa bagian terdapat pantai bebatuan, curam, dengan karang-
karang terjal. Disamping itu, kondisi pantai-pantai tersebut juga cukup alami dan tenang untuk perkembangbiakan.
Penyu yang bertelur di pantai Pelabuhanratu tersebut jenis penyu hijau Chelonia mydas yang berusia antara
20-100 tahun bertelur. Satwa laut dengan ukuran panjang 70-140 cm dan berat antara 50-150 kg ini tidak bisa bertelur di sembarang pantai. Musim bertelurnya
antara bulan Juli sampai Oktober. Setiap kali bertelur seekor penyu hijau menghasilkan 100-250 butir. Telur-telur penyu mendatangkan pemasukan juga
bagi wilayah ini, sehingga hewan purba yang dilindungi ini digunakan sebagai logo Kabupaten Sukabumi.
3.5 Kegiatan Perikanan di Pelabuhanratu
Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu berfluktuasi. Pada
tahun 1993 nelayan berjumlah 3.028 orang, menurun menjadi 2.608 orang pada
41 tahun 1994. Penurunan jumlah nelayan relatif besar terjadi tahun 2000, yaitu
menjadi 2.354 orang. Jumlah nelayan kembali meningkat pada tahun 2003 yaitu berjumlah 3.340 orang, dan terus meningkat menjadi 4.573 orang pada tahun
2007. Peningkatan jumlah nelayan ini dominan didorong oleh peningkatan
jumlah perahuarmada dengan basis penangkapan ikan di sekitar rumpon.
500 1,000
1,500 2,000
2,500 3,000
3,500 4,000
4,500 5,000
1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Tahun N
e la
y a
n o
ra n
g
Gambar 3.2 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhanratu
Perahuarmada perikanan yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nasional PPN Palabuhanratu, terdiri atas perahu motor tempel dan kapal
motor. Jumlah kapal motor dan motor tempel berfluktuasi.
Armada penangkapan periode 1993-2007 didominasi jenis perahu motor tempel, yaitu sekitar 60.
Kapal purse seine yang yang beroperasi di perairan Pelabuhanratu kebanyakan berasal dari Pantai Utara Jawa. Kapal longline tahun 2003 mulai mendaratkan
ikannya di PPN Palabuhanratu berjumlah 29 unit. Seiring dengan peningkatan fasilitas yang ada di PPN Palabuhanratu, pada tahun 2007 kapal longline di
PPN Palabuhanratu berjumlah 45 unit. Komposisi perahuarmada berpengaruh pada daya tampung kolam
pelabuhan. Pada awalnya
kolam pelabuhan di PPN Pelabuhanratu tidak mampu lagi menampung seluruh jumlah kapal yang ada apabila sedang tambat.
42 Hal
ini diperparah
dengan pendangkalan
kolam pelabuhan
yang mengakibatkan terganggunya olah gerak kapal yang beroperasional di PPN
Pelabuhanratu. Namun kondisi ini semakin diperbaiki seiring dengan
peningkatan jumlah perahuarmada perikanan di Pelabuhanratu. Pada periode 1993-2007 jumlah alat tangkap di perairan Pelabuhanratu
cukup berfluktuatif. Jenis alat tangkap di PPN Palabuhanratu terdiri atas rampus, rawai, bagan, payang, pancing tonda, purse seine, gillnet, trammel net, dan
longline .
Alat tangkap dominan adalah pancing, gillnet, bagan dan payang. Gillnet
berjumlah 295 unit pada tahun 1993, menurun menjadi 135 unit pada tahun 2007. Bagan berjumlah 34 unit pada tahun 1993, meningkat menjadi 274
unit pada tahun 2007. Jumlah alat tangkap longline 29 unit pada tahun 1993, meningkat menjadi 45 unit pada tahun 2007. Jaring angkat meningkat tajam
pada tahun 2001 yang mencapai jumlah 1.500 unit. Ikan yang didaratkan di PPN Pelabuhanratu berasal dari hasil
tangkapan kapal perikanan domisili Pelabuhanratu dan kapal perikanan pendatang yaitu diantaranya dari Cilacap, Jakarta, Binuangeun. Daerah
penangkapan ikan bagi nelayan yang menggunakan base fishing port-nya PPN Pelabuhanratu adalah di antaranya di perairan Pelabuhanratu, Cisolok, Ujung
Genteng, perairan sebelah Selatan pulau Jawa dan perairan sebelah Barat pulau Sumatera. Dari segi produksi, sebagian besar hasil tangkapan ikan tersebut terdiri
dari kelompok ikan pelagis dan ikan demersal. Kelompok pelagis meliputi jenis tuna Thunnus spp., cakalang Katsuwonus pelamis, tongkol Euthynnus sp.
dan Auxis sp., tenggiri Scomberomorus commersoni, kembung Rastrelliger spp.
dan tembang Sardinella fimbriata. Ikan demersal meliputi ikan cucut Charcarinus sp., layur Trichiurus spp., pari Dasyatis sp. dan pepetek
Leiognathus sp.. Produksi ikan periode 1994-2007 juga cukup berfluktuatif seiring dengan perkembangan armada dan alat tangkap. Jumlah produksi relatif
tetap yaitu berjumlah 3.425 tahun 1994, dan jumlahnya tidak jauh berbeda pada tahun 2004 yaitu 3.368 ton. Produksi meningkat cukup signifikan tahun 2005
berjumlah 6.600 ton. Pada tahun 2006 sedikit menurun lalu kemudian meningkat pada tahun 2007 menjadi 6.832 ton.
43 Produksi perikanan PPN Palabuhanratu tersebut merupakan 40-50 dari
total produksi perikanan Kabupaten Sukabumi. Meskipun produksi perikanan di Kabupaten Sukabumi dan PPN Palabuhanratu cukup selama periode 1994-2007
cukup berfluktuatif, tetapi nilai produksinya tidak demikian. Nilai produksi ikan di Kabupaten Sukabumi periode 1994-2007 cenderung meningkat. Pada tahun
1994 berjumlah Rp 8.444.153.000,00 dan pada tahun 2007 menjadi Rp 83.785.200.000,00. Nilai produksi memang pernah menurun pada tahun 2000
Rp21.437.100,00 dibandingkan tahun 1999 Rp41.122.725,00. Namun
kemudian meningkat terus hingga tahun 2007. Untuk PPN Pelabuhanratu,
selama periode 1994-2007, nilai produksi ikannya cenderung meningkat yaitu dari
Rp3.617.532.450,00 pada
tahun 1994
meningkat menjadi
Rp15.273.292.570,00 pada tahun 2003. Peningkatan nilai produksi cukup tajam terjadi pada periode 2005-2007, yaitu menjadi Rp 34.569.421.000,00 pada tahun
2007. Peningkatan nilai produksi tersebut lebih disebabkan oleh harga ikan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan dominan produksi
disebabkan oleh keberadaan rumpon yang bersifat mengumpulkan ikan di lokasi seperti terlihat pada pada Gambar 3.3
1,000 2,000
3,000 4,000
5,000 6,000
7,000 8,000
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Tahun P
ro d
u k
s i
Ik a
n t
o n
Gambar 3.3 Perkembangan jumlah produksi perikanan laut di Pelabuhanratu
3.6 Pemasangan dan Pemanfaatan Rumpon