49 Tabel 3.5 Penggunaan BBM untuk beberapa unit penangkapan ikan di
Pelabuhanratu Biaya Operasional Rptrip
No. Jenis Unit
Penangkapan Biaya Total
Biaya BBM Rasio
BBM dari Biaya
1 Pancing
1,951,667 1,266,667
64.90 2
Rawai 17,300,000
11,616,667 67.15
3 Payang
14,741,667 9,566,667
64.90 4
Purse Seine 15,363,333
9,333,333 60.75
Sumber : Hasil analisis data lapang 2008 Akan tetapi dalam perkembangannya, pemasangan rumpon selain
menimbulkan efek positif juga menimbulkan beberapa masalah, antara lain akibat pemasangan rumpon yang tidak teratur dan lokasi yang berdekatan dapat
merusak pola ruaya ikan yang berimigrasi jauh sehingga mengganggu keseimbangan dan konflik antar nelayan, kemudahan penangkapan ikan dengan
menggunakan rumpon dapat menimbulkan overfishing, dan lain-lain. Terlepas dari itu, semua pengelolaan rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan di
Pelabuhanratu telah berkembang dengan baik dan hasil nyatanya untuk membantu nelayan kecil dan menengah dalam penangkapan ikan cukup jelas dan
memuaskan. Saat ini, tinggal diupayakan bagaimana pengelolaan rumpon di perairan Pelabuhanratu dapat berkelanjutan dan apakah semua dimensi
pengelolaan yang ada di Pelabuhanratu mendukung keberlanjutan pengelolaan rupon di kawasan.
3.7 Fasilitas Pendukung Kegiatan Perikanan di Pelabuhanratu
Fasilitas pendukung
kegiatan perikanan
yang berbasis
di PPN
Pelabuhanratu ada tiga jenis yaitu fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas peninjag. Fasilitas pokok berfungsi untuk melindungi pelabuhan ini
dari gangguan alam, tempat membongkar ikan hasil tangkapan dan memuat perbekalan, dan tempat tambat labuh kapal-kapal penangkap ikan Fasilitas
pokok yang dimiliki oleh PPN Pelabuhanratu terdiri dari : a dermaga
sepanjang 500 m, b kolam 3 Ha dengan variasi kedalaman -3 m, -2,5 m dan - 2m. c penahan gelombang bagian barat 294 m dan bagian utara 125 m, d
50 jaringan drainase, dan e rambu navigasi. Khusus untuk dermaga dibagi lagi
menjadi beberapa bagian, yaitu dermaga tambat kapal-kapal 5-20 GT sepanjang 120 m, kapal 20-30 GT sepanjang 90 m dan kapal 30 -100 GT
sepanjang 100 m. Dermaga bongkar ikan sepanjang 93 m dan dermaga servicing 106 m. .
Fasilitas fungsional berfungsi untuk memberikan pelayanan dan manfaat langsung yang diperlukan untuk kegiatan operasional di PPN Pelabuhanratu.
Fasilitas fungsional di PPN Pelabuhanratu terdiri dari : a fasilitas pemasaran dan distribusi hasil perikanan berupa tempat pelelangan ikan, pasar ikan, dan
gudang keranjang, b fasilitas perbekalan berupa tangki BBM dan dispenser dan tangki air, c fasilitas pemeliharaanperbaikan berupa
gedung utility, tempat perbaikan jaring, dokgalangan kapal, d fasilitas pengolahan berupa
cold storage , dan e fasilitas pelayanan berupa kantor, balai pertemuan
nelayan, instalasi listrik, sarana komunikasi radio SSBall band, telepon, fax dan internet, gardu jaga WC umum. Sedangkan fasilitas penunjang merupakan
fasilitas tambahan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pelabuhan perikanan. Fasilitas penunjang terdiri dari perumahan, wisma tamu, tempat
ibadah, kantin, pertokoan, sarana kebersihan. Kegiatan jenis fasilitas yang ada diharapkan daat mendukung kegiatan
penangkapan ikan oleh perahuarmada perikanan yang berbasis di PPN Pelabuhanratu. Dari semua itu, kebutuhan tiga jenis logistik seperti air bersih,
es balok dan solar merupakan al yang utama yang perlu didukung oleh PPN Pelabuhanratu. Tabel 3.6 memperlihatkan perkembangan kebutuhan logistik
utama di Pelabuhanratu. Penyaluran kebutuhan air bersih untuk kapal
perikanan di PPN Palabuhanratu dipenuhi oleh PPN Palabuhanratu. Air yang disalurkan berasal dari Air PDAM dan dialirkan ke perahuarmada perikanan
biasanya melalui slang plastik dengan ukuran penjualan dalam bentuk Blong drum plastik yang berkapasitas 250 liter dan 120 liter serta dalam bentuk
jerigen plastik 30 liter .
51 Tabel 3.6. Kebutuhan logistik untuk penangkapan ikan di Pelabuhanratu
Kebutuhan logistik Air lt
Es balok Solar lt
No Tahun
Jumlah Fluk
Jumlah Fluk
Jumlah Fluk
1 19931994
934,610 -
174,003 -
1,521,000 -
2 19941995
1,159,020 24.01
136,418 -21.60
2,698,740 77.43
3 19951996
1,806,850 55.89
114,185 -16.30
1,671,379 -
38.07 4
19961997 1,330,835
- 26.35
123,025 7.74
1,801,185 7.77
5 19971998
1,516,600 13.96
148,335 20.57
2,016,796 11.97
6 19981999
1,594,000 5.10
125,720 -15.25
1,568,409 -
22.23 7
19992000 1,146,000
- 28.11
86,320 -31.34
1,624,928 3.60
8 20002001
862,000 -
24.78 41,440
-51.99 934,372
- 42.50
9 20022003
1,234,200 43.18
87,582 111.35
1,340,276 43.44
10 20032004
1,342,400 8.77
127,960 46.10
1,675,487 25.01
11 20042005
1,439,520 7.23
176,500 37.93
1,856,458 10.80
12 20052006
1,830,200 27.14
201,039 13.90
2,012,379 8.40
13 20062007
2,010,250 9.84
243,590 21.17
2,345,821 16.57
Rata-rata 1,400,499
8.91 137,394
9.41 1,774,402
7.86
Sumber : Hasil analisis data lapang 2008 dan berbagai sumber Sedangkan kebutuhan perbekalan es balok di PPN Palabuhanratu
disuplai oleh Swasta yaitu Pabrik Es Ratu Tirto dan Pabrik Es Tirta Jaya. Jumlah pemakaian es balok sampai tahun 2000 mengalami fluktuasi
tergantung jauh dekatnya fishing gound yang secara umum kecenderungannya menurun sebesar 15,45, sedangkan mulai tahun 2002 cenderung meningkat.
Kebutuhan solar ketika PPN baru dioperasionalkan disuplai oleh SPBU terdekat, tetapi sejak tahun 1998 kebutuhan solar juga disuplai oleh KUD Mina
Sinar Laut yang mengelola Tangki BBM yang berada di Pelabuhan. Namun
52 suplai solar tersebut terkadang tidak lancar.
Hal ini sering dialami oleh nelayan yang akan berangkat melakukan penangkapan ikan di sekitar rumpon.
3.8 Peran Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN Pelabuhanratu