109
terhadap masyarakat yang diimplementasikan dalam bentuk program CSR dapat mencegah munculnya gesekan sosial yang dapat merugikan perusahaan maupun
masyarakat
.
G. Penilaian Lingkungan
Keberhasilan suatu perusahaan industri dalam mengelola lingkungan dapat dilihat berdasarkan kemampuan perusahaan untuk mengolah limbah yang berbahaya,
sehingga keluaran industri dapat dikembalikan kepada lingkungan dengan aman. Penilaian terhadap lingkungan dapat didasarkan kepada keluaran industri, yang
berupa limbah cair, limbah padat, limbah gas, dan kebisingan Silalahi 1995. Perusahaan perlu melakukan pemantauan dan pengukuran secara teratur untuk
memastikan bahwa kualitas lingkungannya tidak melampaui Nilai Ambang Batas NAB yang ditetapkan oleh peraturan yang berlaku Utomo et al. 2002. Pada
industri asam stearat tidak dipilih kriteria limbah padat, karena limbah padat yang berupa katalis nikel tidak aktif langsung dijual ke fihak luar. Kriteria penilaian
lingkungan, sama dengan kriteria penilaian lingkungan yang dilakukan untuk perusahaan industri lain, karena penilaian lingkungan biasanya dilakukan oleh
pemerintah daerah setempat. Performansi Lingkungan perusahaan, secara umum sudah berada dalam batas
kendali, hanya saja perusahaan harus melakukan perbaikan, khususnya dalam penanganan gangguan yaitu kebisingan. Hasil Penilaian kinerja lingkungan dapat
dilihat pada Gambar 42.
110
Gambar 42. Keluaran Hasil Penilaian Lingkungan
Kinerja lingkungan perusahaan didasarkan kepada penilaian subkriteria, antara lain :
1. Limbah Cair Kebersihan air sebagai sumber kehidupan manusia harus dipelihara dengan
segenap daya upaya. Industri harus dilengkapi dengan fasilitas pengolahan limbah industri waste water treatment plant atau paling sedikit alat pengendap dan
penyaringan limbah industri settlement clarification tank,. Standar kualitas air ini wajib dimonitor terus-menerus agar tetap pada batas-batas toleransi yang
ditetapkan pemerintah Silalahi 1995. Berdasarkan analisa program, PT. X memiliki kualitas limbah cair yang
berada dalam batas kendali Gambar 43. Hal ini berbeda dengan RKL tahun 1994, dimana masih terdapat beberapa parameter yang berlebih, antara lain :
BOD, COD, Minyak dan lemak, dengan demikian perlu dilakukan upaya pengelolaan lebih lanjut karena belum memenuhi syarat yang berlaku.
111
Gambar 43. Hasil Penilaian Limbah Cair
Nilai Ambang batas yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tk I Jawa Barat No. 660.71SK694-BKPMD82 Golongan II. BOD dan
COD akan tinggi, apabila banyak terdapat bahan organik pada limbah cair. Hal ini dapat terjadi jika proses pembersihan tangki yang belum terjaga dengan baik. Hal
ini dapat diantisipasi melalui proses aerasi atau mikroba dengan menggunakan lumpur aktif. Air limbah yang berasal dari proses produksi terlebih dahulu
dialirkan melalui bak-bak kecil untuk menyaring fat dan kapur yang masih terbawa air, dan untuk selanjutnya dialirkan ke bak limbah, kemudian diisap oleh
pompa dan disemprotkan melalui pipa-pipa yang dilubangi Aerasi, untuk mengisap oksigen, dan kemudian disalurkan ke bak-bak berikutnya sebelum
dialirkan ke sungai. Kadar Minyak dan lemak dari limbah, apabila melewati nilai ambang batas.
Limbah ini apabila menyebar dipermukaan air , maka akan mematikan ikan yang hidup didalamnya.
112
2. Limbah Gas Limbah gas yang dihasilkan PT. X berdasarkan analisa program adalah
“Baik”, seperti terlihat pada Gambar 44. Gas biasanya berasal dari ruang genset dan proes produksi. Adapun cara penanggulangannya adalah dengan membuat
cerobong asap. Pengambilan sampling dan analisa dilakukan oleh P4L DKI Jakrta. Nilai ambang batas ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
KDH Tk I Jawa Barat No. 660.31SK694-BKPMD82 dan berdasarkan Surat Edaran Menaker No. SE-02 tahun 1978. Dari hail analisa, ternyata kualitas udara
perusahaan masih memenuhi nilai ambang batas yang ditentukan.
Gambar 44. Hasil Penilaian Limbah Gas
3. Kebisingan Kebisingan merupakan kriteria yang juga penting dalam penilaian kinerja
lingkungan suatu perusahaan industri. Kebisingan yang mencapai 80 dba akan mengakibatkan seseorang sulit untuk berbicara dengan yang lain, Jika mencapai
130 dba akan menimbulkan onset of pain, dimana telinga akan merasakan sakit bagi yang mendengarnya, dan bahkan jika sudah mencapai 140 dba, akan
menimbulkan kerusakan telinga Bridger 1995. Nilai ambang batas untuk kebisingan adalah 85 db Utomo et al. 2002. Kebisingan akan mengurangi
113
kenyamanan dalam bekerja. Berdasarkan keluaran program, PT. X memiliki kebisingan yang berada pada parameter yang berlebih. Hal ini diakibatkan oleh
usia mesin yang semakin bertambah. Sumber kebisingan pada industri asam stearat berasal dari mesin dan genset. Hasil penilaian kebisingan dapat dilihat
pada Gambar 45.
Gambar 45. Hasil Penilaian Kebisingan
H. Penilaian Akhir Kinerja Perusahaan