82
Penilaian kinerja proses mencakup beberapa aspek yang dinilai, antara lain penilaian terhadap mesin, manusia, keuangan dan material. Aspek manusia, mesin
dan material dipilih, karena kedua aspek tersebut merupakan sebab-sebab yang menimbulkan variasi dalam proses, sehingga proses dapat diidentifikasi dan dianalisis
Creech 1994. Sementara itu keuangan merupakan indikator penilaian yang akan menyempurnakan penilaian. Proses perlu dinilai, karena mutu akan lebih baik jika
diwujudkan melalui perbaikan proses Hardjosoedarmo 1996, Berdasarkan keluaran program, maka kinerja perusahaan untuk proses adalah
”Sedang”. Hal ini disebabkan karena ada beberapa kriteria yang dinilai kurang baik, antara lain stasiun hidrogenasi, stasiun distilasi, dan stasiun pengemasan. Untuk
mengetahui masalah apa yang terjadi dari setiap stasiun tersebut, dapat dilihat pada penilaian kinerja sub kriteria yang akan menyajikan penilaian lebih spesifik.
1. Penilaian Kinerja Setiap Stasiun Kerja
1.1. Stasiun Pemisahan Lemak
Berdasarkan hasil penilaian program terhadap stasiun pemisahan lemak pada tahun 2004, PT. X memiliki penilaian bahan baku, seperti tertera pada Gambar 23.
Gambar 23. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Pemisahan Lemak
83
Berdasarkan tabel tersebut, proses Pemisahan Lemak atau Hidrolisis yang dilakukan oleh perusahaan berjalan dengan baik. Dalam Splitting tower, air dan
minyak mengalir berlawanan arah. Air mengalir dari atas, sementara minyak dari bawah. Selama mengalir ke atas minyak bereaksi membentuk asam lemak dan
gliserin. Asam lemak akan mengalir ke atas bersama dengan sisa minyak, sementara gliserin akan terlarut ke dalam air dan mengalir ke bawah. Dalam proses tersebut
digunakan air yang berlebihan , sehingga di bagian bawah akan diperoleh gliserin yang terlarut dalam air. Larutan inilah yang disebut sebagai sweet water karena
rasanya manis. Meskipun secara umum dikatakan bahwa air dan minyak tidak dapat bercampur, namun kenyataannya selalu ada bahan yang terikat satu sama lain. Dalam
proses splitting, sebagian air dan gliserin juga akan terikat dalam asam lemak, dan sebagian asam lemak dan minyak yang lain akan terikat dalam sweet water. Asam
lemak yang terikat sweet water dan gliserin yang terikut asam lemak akan ikut terbuang. Hal tersebut akan menurunkan yield pada proses pemisahan lemak, dan
tentunya akan berpengaruh terhadap splitting ratio. Perbandingan antara bilangan asam dengan bilangan penyabunan AVSV dikenal sebagai splitting ratio,yang
merupakan parameter penting untuk mengukur kinerja splitting plant Sutanto 1995. Pada penilaian kinerja ini, diperoleh splitting ratio 97.2, yang berarti splitting plant
perusahaan dapat bekerja dengan baik.
1.2. Stasiun Hidrogensi
Berdasarkan hasil penilaian program terhadap stasiun Hidrogenasi pada tahun 2004, PT. X memiliki penilaian stasiun Hidrogenasi, seperti tertera pada Gambar 24.
Parameter terpenting dari sisi proses dalam hidrogenasi adalah Iodine Value IV.
84
Gambar 24. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Hidrogenasi
Berdasarkan tabel tersebut, proses Hidrogenasi yang dilakukan oleh perusahaan berjalan Kurang Baik. Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak
dengan jalan menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi tingkat ketidakjenuhan minyak atau lemak Ketaren 1986. Pada
proses ini zat warna terutama karotenoid dan komponen yang bukan gliserida, termasuk hidrokarbon akan berkurang jumlahnya, asam lemak bebas juga akan
berkurang jumlahnya sampai mencapai kadar 0.1-0.3 Ketaren 1986.
Untuk melihat nilai Iodin, ikatan tak jenuh -C=C- dapat bereaksi dengan yodium I
2
membentuk ikatan jenuh. Setiap satu ikatan rangkap dapat bereaksi dengan 1 ikatan I
2
. Karena itu banyaknya I2 yang bereaksi dengan minyak atau asam lemak dapat digunakan untuk menentukan banyaknya ikatan tak jenuh dalam bahan
tersebut, yang dikenal sebagai bilangan yodium IV. Bilangan Iodium dapat didefinisikan sebagai banyaknya yodium yang dapat bereaksi dengan 1 gram sampel
Sutanto 1995. Perlu diketahui, bahwa banyak senyawa yang lain selain minyak dan asam lemak tak jenuh juga dapat bereaksi dengan yodium. Hal tersebut
menyebabkan nilai IV hasil analisis biasanya lebih tinggi dari nilai IV yang dihitung berdasarkan banyaknya asam lemak tak jenuh. Bilangan ini sering digunakan sebagai
Key Component komponen kunci atau bahan yang dugunakan sebagai pedoman
perhitungan dalam pencampuran minyak untuk mendapatkan minyak dengan komposisi tertentu. Hal ini dilakukan dalam pencampuran RBD dengan Crude
Stearine untuk mendapatkan kadar C18 tertentu.
85
1.3. Stasiun Distilasi