Penilaian Formasi Karyawan Penilaian Ekonomi

102 “Baik”. Efektivitas Pemasaran perlu diukur, untuk melihat kinerja marketing dalam memasarkan produknya, tentunya harus sinergi dengan kualitas dan kuantitas yang diinginkan konsumen. Semakin besar eefektivitas pemasaran ,berarti semakin kecil jumlah stok yang ada, dan otomatis akan mengurangi biaya inventory, dan kerugian akibat produk tidak laku di pasaran. Sementara itu Market Share PT .X pada tahun 2004 adalah 60 , dimana nilainya berada pada berada dibawah angka 80 dan 60 , yang berarti Market Share PT.X adalah “Sedang”. Market Share perlu diukur, untuk melihat seberapa besar peluang perusahaan untuk memasarkan produk yang ada. Apabila dinilai secara keseluruhan, maka diperoleh skor 0.65 + 0.16 = 0.81. Skor 0.81 berada diatas 0.75, yang berarti Kinerja Pemasaran Perusahaan pada tahun 2004 adalah “Baik”.

D. Penilaian Formasi Karyawan

Formasi karyawan perlu dilakukan penilaian, karena jika seluruh sumber daya telah tersedia, tapi apabila perusahaan kekurangan sumber daya manusia, maka ketersediaan tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga output yang dihasilkan tidak maksimal. Begitu pula sebaliknya, apabila jumlah sumber daya manusia yang tersedia terlalu banyak, maka terjadi inefisiensi biaya. Mengoptimasikan berarti membuat seluruh organisasi seefektif mungkin dalam upaya mencapai tujuan yang digariskan Hardjosoedarmo 1996. Hasil penilaian formasi karyawan dari departemen produksi, pengendalian kualitas dan logistik, dapat dilihat pada Gambar 37, 38 dan 39. 103 Gambar 37. Hasil Penilaian Formasi Karyawan Departemen Produksi Gambar 38. Hasil Penilaian Formasi Karyawan Departemen Pengendalian Kualitas 104 Gambar 39. Hasil Penilaian Formasi Karyawan Departemen Logistik Berdasarkan ketiga tabel diatas, perusahaan perlu melakukan penambahan karyawan, sehingga sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini terjadi, karena pada bulan Februari 2004 perusahaan melakukan pengecilan jumlah karyawan, dengan tujuan efisiensi biaya. Hal ini terjadi akibat Bea masuk ke China yang terlalu besar, sehingga provit perusahaan berkurang, sementara sebagian besar produk, akan dipasarkan ke China. Saat ini keadaan sudah stabil, sehingga perlu dilakukan optimalisasi terhadap jumlah karyawan, khususnya yang berhubungan langsung dengan produksi.

E. Penilaian Ekonomi

Penilaian ini menunjukkan pengaruh eksternal terhadap kinerja perusahaan, khususnya bidang ekonomi. Penilaian ekonomi dapat dilihat dari indikator yang paling berpengaruh dalan suatu industri, seperti pertumbuhan industri yang dapat dikaitkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi secara makro Kusnoto 2001. Dalam proses bisnis tidak ada cara lain untuk mengetahuinya, selain memelihara perpektif 105 operasional dan mengecek efektivitas prosesnya Kusnoto 2001. Hasil penilaian kinerja ekonomi pada dapat dilihat pada Gambar 40. Gambar 40. Penilaian Kinerja Ekonomi Pada Industri asam stearat, keuntungan yang diperoleh perusahaan sangat tergantung kepada harga bahan baku dan harga asam stearat itu sendiri di pasar internasional. Harga yang dijadikan patokan pada pasar asam stearat adalah harga internasional Amsterdam dan Malaysia. Berbeda dengan penilaian kinerja ekonomi pada industri lain. Ada industri yang menjadikan kriteria Efisiensi biaya produksi akan dibandingkan dengan harga pararitas ekspor HPE dan harga paritas impor HPI harga produk internasional yang berlaku saat ini, biaya produksi produsen produk efisien, dan biaya rata-rata produksi produk dunia. Berdasarkan justifikasi pakar, kriteria ini kurang cocok apabila diterapkan pada industri asam stearat. Bea masuk memperoleh penilaian “Sedang”, karena pada awal januari sampai mei terjadi peningkatan bea masuk, khususnya ke Cina. Sejak awal Januari 2004 Cina memberlakukan tarif bea masuk sebesar 16 untuk ekspor asam stearat dari Indonesia ke negara itu, hal ini akan mengakibatkan 70 industri oleokimia di Indonesia diperkirakan akan tumbang, mengingat ekspor ke Cina mencapai porsi 50 dari total produksi Nafi 2004. Kris Hadisubroto, Ketua Asosiasi Produsen Oleochemiccal Indonesia Apolin, mengingatkan ancaman kerugian industri oleochemical terutama saat ini sudah di depan mata. “Itu artinya, margin profitnya menipis, den sedikit lagi pasti rugi. Sehingga harga harus dikurangi sebesar 30 dolar 106 AS per ton, padahal, terhadap Malaysia sebagai pesaing utama Indonesia, Cina hanya memberlakukan bea masuk ooleokimia 10. Akibatnya, produsen Indonesia harus menurunkan harga asam stearat 6 di bawah harga normal 500 dolar AS per ton. http:www.tempo.co.id. Hal ini perlu dikaji penyebabnya, yang berawal dari Early Harvest Program EHP, yaitu percepatan penurunan bea masuk BM. ASEAN-Cina FTA yang digagas sejak 2001 dan perundingannya dilakukan pada 2003 itu, dibahas lebih dari 9 000 item produk. Dengan demikian, sangat dimungkinkan terjadi ketidakpuasan dari pelaku usaha tertentu, yang akhirnya mengalami kesulitan setelah kesepakatan tersebut dilaksanakan. Banyak kendala dalam persiapan kita menghadapi perundingan Asean-Cina FTA ini. Dari 9 000 item produk itu, pemerintah tidak tahu secara persis, mana yang bersaing mana yang tidak. Perlakuan yang terkesan diskriminatif oleh Cina terhadap produk oleokimia itu disebabkan Indonesia tidak memasukkan komoditi ini ke dalam daftar usulan penurunan tarif bea masuk pada perundingan ASEAN-Cina FTA. Anggota Tim Peningkatan Perdagangan TPP, bentukan Depperindag ke RRC, Mohammad Taha, mengatakan bahwa Hal ini merupakan kecelakaan, karena delegasi pemerintah tidak menerima masukan dari asosiasi. Sementara asosiasinya merasa tidak dimintai masukan, sehingga delegasi Indonesia tidak mengajukan oleokimia ke dalam daftar usulan produk yang diturunkan bea masuknya pada ASEAN-Cina FTA http:www.balipost.co.id. Ketentuan itu tidak berlangsung lama, Dirjen Kerja Sama Industri dan Perdagangan Internasional KIPI Depperindag Pos M Hutabarat mengatakan pemerintah tengah berupaya merevisi hasil perundingan ASEAN-Cina Free Trade Agreement FTA. Revisi tersebut menyangkut Early Harvest Program Ehp percepatan penurunan bea masuk BM atas sejumlah produk yang dibarter dinilai merugikan Indonesia di tingkat internal. Selanjutnya, negosiasi tingkat menteri segera akan dilakukan paling cepat bulan April 2004 http:www.balipost.co.id. Kalangan asosiasi telah mengusulkan berbagai jenis lemak termasuk harten fat, butter, margarin dan produk turunan CPO, asam stearat. Pada bulan Mei harga Bea masuk ke Cina sudah berangsur normal, yaitu berkisar 107 antara 10–11, dan hal ini membawa angin segar untuk industri oleokimia, khususnya industri asam stearat.

F. Penilaian Sosial