Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri

265 seperti dapat dilihat pada Tabel 60. Hal ini juga menunjukkan bahwa disturbance error pada model regresi faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi penawaran bersifat homoscedasticity sehingga masih memenuhi asumsi yang dipersyaratkan dalam metode OLS. Tabel 60. Hasil Uji Heterokedastisitas Mengggunakan Metode Park untuk Model Regresi Linier Faktor Penyebab Deindustrialiasi dari Sisi Penawaran Variabel Penduga Parameter Standar error t-hitung Peluang INTERCEPT LN_LISTRIK LN_BBM LN_UPAH LN_HITECHN 36.12160 -5.93856 -1.16275 4.653973 0.099864 64.57299 6.124644 1.649667 8.620693 2.237193 0.56 -0.97 0.70 0.54 0.04 0.5871 0.3531 0.4956 0.6001 0.9652 Sumber : Hasil Analisis, 2011 Berdasarkan hasil pengujian terhadap asumsi-asumsi yang telah dilakukan di atas dapat disimpulkan bahwa model regresi linier faktor-faktor penyebab deindustrialisasi baik dari sisi permintaan maupun penawaran masih memenuhi asumsi-asumsi yang dipersyaratkan dalam metode OLS yaitu bahwa model-model regresi linier tersebut tidak terdapat masalah serius mengenai multikolinieritas, disturbance error tidak terjadi autokorelasi, dan disturbance error bersifat homoscedasticity. Dengan demikian metode OLS dapat digunakan untuk mengestimasi parameter faktor-faktor penyebab deindustrialisasi baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran.

6.2. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri

Indikator deindustrialisasi dalam penelitian ini dilihat dari perubahan pangsa output sektor industri. Sektor industri sendiri terdiri atas dua subsektor yaitu 266 industri minyak dan gas bumi migas dan industri non-migas. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa peranan industri migas dalam perekonomian nasional mengalami fluktuasi dari tahun 1993 sampai dengan 2001, dan terus mengalami penurunan mulai dari tahun 2001 sampai mencapai titik terendah pada tahun 2009 yaitu mencapai 2.14 persen seperti dapat dilihat pada Tabel 61 di bawah ini. Tabel 61. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri dari Tahun 1994 sampai dengan Tahun 2010 Persen Tahun Industri Migas Industri Non-Migas Sektor Industri 1994 2.75 20.78 23.53 1995 2.57 21.40 23.97 1996 2.65 22.29 24.94 1997 2.48 22.61 25.10 1998 2.91 22.62 25.54 1999 3.15 23.31 26.46 2000 2.96 23.83 26.79 2001 3.53 24.08 27.60 2002 3.47 24.24 27.71 2003 3.34 24.67 28.01 2004 3.11 25.26 28.37 2005 2.78 25.30 28.08 2006 2.60 25.25 27.84 2007 2.43 24.96 27.39 2008 2.29 24.50 26.79 2009 2.14 24.02 26.16 2010 2.10 21.55 25.76 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 Diolah Pada Gambar 34 di bawah ini, terlihat bahwa pangsa nilai tambah subsektor industri migas pada periode tahun 1993-2009 mencapai puncaknya pada tahun 2001 yang mencapai angka 3.53 persen. Pangsa nilai tambah subsektor industri 267 migas secara konsisten terus mengalami penurunan mulai tahun 2001 dan mencapai titik terendah pada tahun 2010. Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 Diolah Gambar 34. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Subsektor Industri Minyak dan Gas Bumi Migas Tahun 1993-2010 Sementara itu, pangsa nilai tambah subsektor industri terus mengalami peningkatan dari 19.47 persen pada tahun 1993 dan mencapai puncaknya pada tahun 2004 yang mencapai angka 25.26 persen seperti dapat dilihat pada Gambar 35 berikut ini. Pangsa nilai tambah sektor industri non-migas pernah mengalami stagnasi pada periode krisis ekonomi yaitu tahun 1997-1998 karena sektor industri non-migas terkena dampak langsung dari krisis ekonomi tersebut. Sementara itu, secara keseluruhan pangsa nilai tambah sektor industri yang merupakan penjumlahan dari subsektor industri migas dan subsektor industri non- migas mengikuti pola pangsa nilai tambah subsektor industri non-migas. Pangsa nilai tambah sektor industri non-migas secara konsisten terus mengalami 268 peningkatan dari tahun 1993 sampai mencapai puncaknya pada tahun 2004 yang mencapai angka 28.37 persen. Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 Diolah Gambar 35. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Subsektor Industri Non- Migas Tahun 1993 - 2010 Selanjutnya dari periode tahun 2004, pangsa nilai tambah sektor industri terus mengalami penurunan dan mencapai angka 26.16 persen pada tahun 2009 seperti dapat dilihat pada Gambar 36. Penurunan pangsa nilai tambah sektor industri tersebut mengarah pada kondisi yang disebut dengan deindustrialisasi. Pada pola yang normal yang ditemui pada negara-negara yang telah melewati fase industrialisasi, penurunan pangsa nilai tambah sektor industri umumnya terjadi pada angka sekitar 35 persen. Artinya, setelah pangsa nilai tambah sektor industri mencapai 35 persen, pangsa nilai tambahnya terus mengalami penurunan karena peranannya mulai digantikan oleh sektor jasa. 269 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 Diolah Gambar 36. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri Tahun 1993 - 2010 Dalam penelitian ini, digunakan dua model regresi linier yang diestimasi dengan OLS untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pangsa output sektor industri sebagai variabel terikat dependent variable baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran.

6.3. Faktor-Faktor Penyebab Deindustrialisasi dari Sisi Permintaan