UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1.
Preparasi Sampel a. Pengambilan Sampel
Sampel kencur diperoleh dari kebun Balitro Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat di wilayah Bogor, Jawa Barat pada
bulan November 2015.
b. Determinasi Tumbuhan
Determinasi tumbuhan kencur Kaemferia galangan L. dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Pusat
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, Bogor.
c. Penyiapan Bahan untuk Ekstraksi
Sebanyak 55 Kg kencur dibersihkan, dicuci dengan air mengalir, kemudian dirajang sekitar 2-3 mm. Kencur yang telah
dirajang dijemur tanpa terkena sinar matahari. Setelah kencur yang dijemur berwarna cokelat muda lalu dihaluskan menggunakan
blender Barus, 2009.
d. Isolasi Etil p-metoksisinamat
Serbuk simplisia kencur dimaserasi dengan menggunakan pelarut n-heksan yang telah didestilasi dengan waktu perendaman 5
hari sambil sesekali dilakukan pengocokan. Setelah 5 hari disaring sehingga diperoleh ampas dan filtrat. Ampas dilakukan maserasi
ulang sebanyak 4 kali hingga hasil maserasi menunjukkan warna
hampir menyerupai jernih. Seluruh filtrat hasil maserasi dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator. Filtrat pekat ini akan
mengendap pada suhu kamar sampai terbentuk kristal Mufidah, 2014.
Kristal yang terbentuk pada filtrat dipisahkan dengan penyimpanan. Kristal yang diperoleh dimurnikan menggunakan n-
heksan dan rekristalisasi dengan cara melarutkan kristal dalam n- heksan dan beberapa tetes metanol dan kemudian dibiarkan pada
suhu kamar sehingga terbentuk kristal kembali. Kristal dipisahkan dengan pengotornya menggunakan teknik penyaringan. Kristal
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
murni dilarutkan dalam etil asetat dan dicek menggunakan KLT dengan eluen n-heksan : etil asetat 9:1. Lalu dilakukan identifikasi
terhadap kristal yang didapat Mufidah, 2014. Penghitungan rendemen kristal:
rendemen = x 100
3.3.2. Modifikasi Senyawa Etil
p-metoksisinamat a. Hidrolisis Etil
p-metoksisinamat
Metode hidrolisis etil p-metoksisinamat mengacu pada cara kerja yang telah dilakukan oleh mufidah 2014 dengan modifikasi.
Sebanyak 1,5 g 0,0375 mol NaOH dilarutkan dengan 100 mL etanol p.a dalam gelas kimia dengan pengadukan menggunakan
pengaduk magnetik sambil dipanaskan di atas hot plate dengan suhu 60-70
o
C. Kemudian ditambahkan senyawa EPMS sebanyak 5 g 0,024 mol ke dalamnya. Proses hidrolisis dilakukan selama 5
jam Aulia, 2015. Pengecekan reaksi dilakukan dengan menggunakan KLT dengan eluen heksan-etil asetat 4:1. Hasil
reaksi dilarutkan dengan 200 mL aquades hingga larut sempurna, kemudian ditambahkan 15 HCl untuk membentuk endapan
hingga pH filtrat mencapai 4. Setelah itu dilakukan pensyaringan dengan kertas saring untuk mendapatkan endapanresidu tersebut.
Residu yang didapatkan merupakan hasil hidrolisis yang kemudian dikeringanginkan.
b. Pembentukan senyawa aldehid melalui reaksi oksidasi
Asam p-metoksisinmat
APMS sebanyak
2 gram
ditambahkan 5 gram CaNO
3 2
dan asam asetat glasial sebanyak 10 mL. Kocok-kocok sampai APMS larut dalam asam asetat glasial.
Campuran diiradiasi menggunakan microwave 300 watt selama 2 menit. Setelah reaksi dilakukan, sesegera mungkin dicampurkan ke
dalam aquades dingin dan disimpan dalam refigerator. Campuran reaksi kemudian dipartisi menggunakan n-heksan ± 30 mL.
Lapisan n-heksan kemudian dievaporasi. Didapatkan hasil reaksi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berupa minyak berwarna kuning. Hasil reaksi tersebut dicek dengan KLT Bose, 2006.
c. Reaksi Kondensasi Senyawa Aldehid
Aseton 10 mmol dan senyawa aldehid 10 mmol ditambahkan dalam 50 mL larutan NaOH 5. Campuran tersebut
ditempatkan dalam microwave yang berada di samping wadah yang berisi es. Campuran tersebut diiradiasi menggunakan microwave
dengan kondisi daya dan waktu yang bervariasi seperti pada tabel 3.1, dengan setiap interval 10 detik dimasukkan dalam wadah es
dan kembali diiradiasi. Campuran dinetralisasi menggunakan HCl dingin Shakil, 2010. Selanjutnya dipartisi menggunakan
campuran aquades : etil asetat 1:1. Fase etil asetat diuapkan dan kemudian hasil reaksi dicek menggunakan KLT.
Tabel 3.1 Kondisi Optimasi Reaksi Kondensasi Kondisi
Daya Waktu
1 300 W
5 menit 2
10 menit 3
15 menit 4
20 menit 5
450 W 5 menit
6 10 menit
7 15 menit
8 20 menit
9 600 W
5 menit 10
10 menit 11
15 menit 12
20 menit Hasil reaksi kemudian dipartisi menggunakan aquades dan
etil asetat dengan perbandingan 1:1. Campuran tersebut akan membentuk 2 fase yaitu fase etil asetat atas dan fase aquades
bawah. Lapisan etil asetat diuapkan lalu dimurnikan dengan KLT preparatif.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.3. Pemurnian dengan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif a. Pembuatan plat KLT preparatif
Sebanyak 5 g silika GF 254 dilarutkan dalam 11 ml aquades. Aduk sebesar hingga campuran menjadi homogen. Tuang diatas plat
kaca 10x10 cm hingga merata. Dikeringkan selama 120 menit pada suhu ruang, kemudian diaktivasi dengan pemanasan 120
o
C selama 60 menit di dalam oven Merck.
b. Pemurnian Senyawa Hasil Reaksi
Larutkan senyawa hasil modifikasi dalam etil asetat. Buat batas atas dan batas bawah selebar 1 cm pada bagian atas dan bawah
plat KLT. Totolkan senyawa hasil modifikasi menggunakan pipa kapiler sepanjang batas bawah plat KLT. Elusi menggunakan
campuran n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 4:1. Hasil elusi dapat dilihat dibawah sinar UV pada panjang gelombang 254
nm. Pisahkan pita hasil elusi, selanjutnya dipartisi menggunakan etil asetat dan diuapkan.
3.3.4. Identifikasi Senyawa a. Identifikasi Organoleptis
Senyawa yang didapat dari hasil modifikasi diidentifikasi warna, bentuk dan juga bau.
b. Pengukuran Titik Leleh
Senyawa yang didapat dari hasil modifikasi diidentifikasi titik lelehnya menggunakan alat apparatus melting point.
c. Identifikasi Senyawa Menggunakan GCMS
Kolom yang digunakan adalah HP-5MS 30m x 0,25 mm ID x 0,25 µm; suhu awal 70
o
C selama 2 menit, dinaikkan ke suhu 285
o
C. Kecepatan aliran 1,2 mLmin dengan split 1:100. Parameter scanning dilakukan dari massa paling rendah yakni 35 sampai paling
tinggi 550 Umar et al, 2012.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Identifikasi Senyawa Menggunakan