Natrium Hidroksida Reaksi Kondensasi Identifikasi 1. Kromatografi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3. Aseton

Rumus molekul : C 3 H 6 O Berat molekul : 58.08 grammol Titik didih pada 760 mmHg : 56,05 o C Titik beku : -94,7 o C Densitas pada 20 o C : 0,7845 gml Viskositas pada 20 o C : 0,32 cP Kelarutan : Larut dalam benzena, air, alkohol, kloroform. Aseton memiliki 6 hidrogen yang berp osisi α. Hidrogen yang berposisi α mudah disingkirkan oleh suatu basa kuat sehingga membentuk ion enolat yang stabil karena pengaruh resonansi. Ion enolat ini dapat digunakan sebagai nukleofil dalam reaksi organik Setiadi, 2008. Gambar 2.4 Atom hidrogen alfa pada aseton

2.4. Natrium Hidroksida

Sifat fisika kimia natrium hidroksida PubChem : Rumus molekul : NaOH Berat molekul : 39,992509 gmol Organoleptis : Padatan putih, bersifat higroskopik Titik didih : 1388 o C Titik leleh : 323 o C Kelarutan : Larut dalam alkohol, air dan gliserol Stabilitas : Mudah teroksidasi ketika terpapar karbon dioksida di udara Natrium hidroksida NaOH sebagai basa lemah digunakan dalam reaksi kondensasi claisen sebagai katalis. Basa akan membantu pembentukan enolat dari suatu karbonil. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5. Reaksi Kondensasi

Reaksi kondensasi karbonil adalah salah satu dari reaksi yang paling banyak diterapkan dalam kimia organik. Reaksi ini dapat digunakan pada segala macam senyawa karbonil, termasuk aldehida, keton, ester, amida, ester thiol, dan nitril Daley, 2005. Dalam reaksi kondensasi, dua atau kadang lebih senyawa bergabung membentuk senyawa baru Daley, 2005. Manfaat besar dari kondensasi karbonil adalah bahwa mereka adalah salah satu metode umum untuk membentuk ikatan antar atom karbon, dan memungkinkan untuk membentuk senyawa yang lebih besar McMurry, 2008. Salah satu metode kondensasi yang sering digunakan adalah metode kondensasi aldol. Dalam sebuah kondensasi aldol, reaksi suatu enol dan enolat dari aldehida atau keton bereaksi dengan aldehida atau keton kedua membentuk ikatan karbon-karbon baru. Reaksi aldol membutuhkan sebuah aldehid atau keton yang mengandung setidaknya satu α-hidrogen. Atom α- hidrogen dibutuhkan untuk pembentukan gugus enol dan enolat Jones, 2010. Dalam reaksi yang dikatalisasi oleh basa, atom α-hidrogen yang bersifat asam akan terdeprotonisasi oleh basa membentuk enolat. Enolat bersifat nukleofilik akan bereaksi dengan karbonil yang bersifat elektrofilik dari aldehida atau keton. Gambar 2.5 Reaksi umum kondensasi aldol Jones, 2010

2.6. Iradiasi Microwave

Gelombang mikro adalah radiasi elektromagnetik yang terletak diantara frekuensi radiasi inframerah dan radio, dengan panjang gelombang mulai dari 1 mm hingga 1 m, frekuensinya mulai dari 300 MHz hingga 300 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta GHz Bogdal, 2005; Loupy, 2006. Radiasi gelombang mikro merupakan radiasi nonionisasi yang dapat memutuskan suatu ikatan sehingga mengasilkan energi yang dimanifestasikan dalam bentuk panas melalui interaksi antara zat dengan medium. Energi tersebut direfleksikan, ditransmisikan atau diabsorbsikan Varma, 2011.

2.6.1. Mekanisme Reaksi Secara Polarisasi Dipolar dalam Iradiasi Microwave

Prinsip dari mekanisme ini adalah terjadinya polarisasi dipolar sebagai akibat adanya interaksi dipol-dipol antara molekul-molekul polar ketika diradiasikan dengan microwave. Dipol tersebut sangat sensitif terhadap medan listrik yang berasal dari luar sehingga dapat mengakibatkan terjadinya rotasi pada molekul tersebut sehingga menghasilkan sejumlah energi Lidstrom et al, 2001. Energi yang dihasilkan pada proses tersebut adalah energi kalor sehingga hal tersebut dikenal dengan istilah efek termal pemanasan dielektrik Perreux, 2001. Ilustrasi pergerakan molekul dalam mekanisme polarisasi dipolar saat diberi radiasi microwave dapat dilihat pada gambar 2.6. Gambar 2.6 Pergerakan molekul dipolar teradiasi microwave Kingdom, 1998 Molekul-molekul yang dapat dipanaskan dengan gelombang micro adalah molekul-molekul yang bersifat polar, karena pada molekul- molekul yang bersifat non-polar tidak akan terjadi interaksi dipol-dipol antara molekulnya. Molekul-molekul non-polar tersebut bersifat inert terhadap gelombang mikro dielektrik Perreux, 2001.

2.6.2. Mekanisme Reaksi Secara Konduksi dalam Iradiasi Microwave

Mekanisme secara konduksi dapat terjadi pada larutan-larutan yang mengandung ion. Bila suatu larutan mengandung suatu partikel UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bermuatan atau ion yang berkaitan dengan suatu medan listrik maka ion- ion tersebut akan bergerak. Pergerakan tersebut akan menyebabkan terjadinya peningkatan kecepatan dari tumbukan antar molekul sehingga akan merubah energi kinetik menjadi energi kalor Kingston, 1988.

2.6.3. Pengaruh Iradiasi Microwave terhadap Laju Reaksi

Ketergantungan konstanta laju reaksi k terhadap suhu dapat dinyatakan dengan persamaan Arrhenius: K= Ae -EaRT Ea adalah energi aktivasi dari suatu reaksi dalam kiloJoule per mol, R adalah konstanta gas 8,314 JKmol, T adalah suhu mutlak, dan e adalah basis dari skala logaritma. Besaran A menyatakan frekuensi tumbukan dan dinamakan faktor frekuensi. Faktor ini dapat dianggap sebagai konstanta untuk sistem reaksi tertentudalam kisaran suhu yang cukup Chang, 2005. Microwave dapat menginduksi kenaikan vibrasi suatu molekul sehingga berpengaruh terhadap faktor A pada persaman diatas Lindstrom et al, 2001. Kenaikan nilai A akibat kenaikan vibrasi suatu molekul berbanding lurus dengan nilai K, sehingga K pun juga meningkat Reza, 2015. Kenaikan nilai K berarti bahwa laju reaksi mengalami peningkatan. 2.7. Identifikasi 2.7.1. Kromatografi Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umum dan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis baik analisis kualitatif atau kuantitatif. Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam stationary phase dan fase gerak mobile phase Gandjar dan Rohman, 2007. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat terbagi atas: kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi cair kinerja tinggi, dan kromatografi gas Gandjar dan Rohman, 2007.

a. Kromatografi Lapis Tipis