43
c Fasilitas Kesehatan milik Polisi Republik Indonesia POLRI, terdiri dari
Poliklinik Induk POLRI, Poliklinik Umum POLRI, Poliklinik Lain milik POLRI dan Tempat Perawatan Sementara TPS POLRI.
d Praktek Dokter Umum Klinik Umum, terdiri dari Praktek Dokter Umum
Perseorangan, Praktek Dokter Umum Bersama, Klinik Dokter Umum Klinik 24 Jam, Praktek Dokter Gigi, Klinik Pratama, RS Pratama.
2. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan :
a Rumah Sakit, terdiri dari RS Umum RSU, RS Umum Pemerintah Pusat
RSUP, RS Umum Pemerintah Daerah RSUD, RS Umum TNI, RS Umum Bhayangkara POLRI, RS Umum Swasta, RS Khusus, RS Khusus
Jantung Kardiovaskular, RS Khusus Kanker Onkologi, RS Khusus Paru, RS Khusus Mata, RS Khusus Bersalin, RS Khusus Kusta, RS Khusus Jiwa,
RS Khusus Lain yang telah terakreditasi, RS Bergerak dan RS Lapangan. b
Balai Kesehatan, terdiri dari : Balai Kesehatan Paru Masyarakat, Balai Kesehatan Mata Masyarakat, Balai Kesehatan Ibu dan Anak dan Balai
Kesehatan Jiwa. 3.
Fasilitas kesehatan penunjang yang tidak bekerjasama secara langsung dengan BPJS Kesehatan namun merupakan jejaring dari fasilitas kesehatan tingkat
pertama maupun fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, meliputi :
a Laboratorium Kesehatan
b Apotek
c Unit Transfusi Darah
d Optik
b. Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan
Khairil Anwar 2014 memaparkan mengenai Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan, yaitu:
BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dengan Kapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS
Kesehatan membayar dengan sistem paket INA CBG ’s. Mengingat kondisi
44
geografis Indonesia, tidak semua Fasilitas Kesehatan dapat dijangkau dengan mudah. Maka, jika di suatu daerah tidak memungkinkan pembayaran
berdasarkan Kapitasi, BPJS Kesehatan diberi wewenang untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih berhasil guna. Semua Fasilitas
Kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah keadaan gawat daruratnya
teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas kesehatan tersebut wajib merujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. BPJS
Kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerjasama setelah memberikan pelayanan gawat darurat setara dengan tarif yang
berlaku di wilayah tersebut. Kemenkes RI dalam Anwar, 2014 Secara keseluruhan, tata cara pembayaran fasilitas kesehatan meliputi:
1. BPJS Kesehatan membayaran kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama
dengan Kapitasi. 2.
Sedangkan untuk fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan BPJS membayaran cara INACBG’s.sistempaket
4. Jika disuatu daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan kapitasi,
BPJS Kesehatan diberi wewenang untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih berhasil guna.
5. Pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang tidak
menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan dibayar dengan penggantian biaya, yang ditagihkan langsung oleh fasilitas kesehatan kepada BPJS
Kesehatan dan dibayar oleh BPJS Kesehatan setara dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut. Peserta tidak diperkenankan dipungut biaya apapun
terhadap pelayanan tersebut. 6.
BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 lima belas hari sejak dokumen
klaim diterima lengkap.
45
7. Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan ditentukan berdasarkan
kesepakatan BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri.
8. Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran pembayaran, Menteri
memutuskan besaran pembayaran atas program Jaminan Kesehatan yang diberikan.
9. Asosiasi fasilitias kesehatan ditetapkan oleh Menteri.
Supriyantoro, 2014. BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
dengan Kapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS Kesehatan membayar
dengan sistem paket INA CBG’s. Mengingat kondisi geografis Indonesia, tidak semua Fasilitas Kesehatan
dapat dijangkau dengan mudah. Maka, jika di suatu daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan Kapitasi, BPJS Kesehatan diberi wewenang untuk
melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih berhasil guna. Semua Fasilitas Kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan
wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas kesehatan
tersebut wajib merujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan yang
tidak menjalin kerjasama setelah memberikan pelayanan gawat darurat setara dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut.
c. Pelayanan Kesehatan yang Dijamin