Jaminan Kesehatan Nasional JKN dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

48 17. Klaim perorangan.

2.3.4 Jaminan Kesehatan Nasional JKN dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

MEA Pasca bangkit dari krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia Tenggara, para kepala negara ASEAN memperkuat komitmennya untuk berkolaborasi dan kerjasama. KTT ASEAN ke-9 di Bali pada tahun 2003 menyepakati pembentukan Komunitas ASEAN, seperti tertuang dalam Bali Concord II. Cetak biru Masyarakat Ekonomi ASEAN ASEAN Economic Community Blue Print yang disepakati itu dipakai sebagai acuan mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA pada tahun 2015. Ada 4 empat Pilar Utama dalam upaya mewujudkan MEA di tahun 2015 salah satunya adalah “ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal, yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas…”. Inilah keniscayaan dan tantangan bagi pelaku dan pengelola kesehatan di Indonesia. Sapto Pudjo, 2014 Liberalisasi, adalah kata kunci dalam komitmen MEA tersebut. Ini dinyatakan kesepakatan untuk mengurangi dan menghapus hambatan dalam 4 empat modes of supply pada Horizontal Commitment maupun National Treatment yang rinciannya adalah: 1. Mode 1 cross-border supply: jasa yang diberikan oleh penyedia jasa luar negeri kepada pengguna dalam negeri. 2. Mode 2 consumption abroad: jasa yang diberikan oleh penyedia jasa luar negeri kepada konsumen domestik yang sedang berada di negara penyedia jasa. 3. Mode 3 commercial presence: jasa yang diberikan oleh jasa luar negeri kepada konsumen di negara konsumen; 4. Mode 4 movement of individual service providers: tenaga kerja asing yang menyediakan keahlian tertentu dan datang di negara konsumen. Sapto Pudjo, 2014 Seperti telah diketahui bahwa dalam komitmen MEA tahun 2015, terdapat 12 sektor prioritas yang disebut free flow of skilled labor arus bebas tenaga kerja terampil yaitu: perawatan kesehatan health care, turisme tourism, jasa logistik 49 logistic services, E-ASEAN, jasa angkutan udara air travel transport, produk berbasis agro agro-based products, barang-barang elektronik electronics, perikanan fisheries, produk berbasis karet rubber-based products, tekstil dan pakaian textiles and apparels, otomotif automotive, dan produk berbasis kayu wood-based products. Sapto Pudjo, 2014 Menjelang akhir tahun 2015, pintu gerbang Negara Kesatuan Republik Indonesia akan dibuka lebar-lebar oleh pemerintah. Kita akan bergabung dalam masyarakat ekonomi ASEAN MEA. Pada saat itu, tidak ada lagi batas negara. ASEAN menjadi satu pasar bersama. Bidang kesehatan termasuk yang akan dibuka pintunya. Negatifnya, karena Indonesia yang memiliki penduduk terbanyak mengakibatkan kita menjadi konsumen terbesar. Para dokter, perawat dan praktisi kesehatan kita akan bersaing dengan warga negara Malaysia, Filipina, Vietnam, dll. Mungkin 6 bulan hingga 1 tahun pertama, sumber daya manusia kita masih bisa menguasai pasar di negeri sendiri. Namun sejawat dari negara tetangga akan belajar bahasa Indonesia, dan rupa kita yang cukup serupa dengan etos kerja berbeda, bukan tidak mungkin kita akan tersingkir dari negeri sendiri. Praktisi kesehatan kita yang berkualitas, kompeten dengan etos kerja baik akan mudah untuk mencari kerja di negara tetangga yang imbalan jasanya lebih baik dari Indonesia. Astari Mayang Anggarani, 2014 Positifnya, kualitas pelayanan rumah sakit di Indonesia yang sudah terstandarisasi Internasional tidak kalah dengan yang di Malaysia, Thailand, Brunei, atau Filipina. Keterampilan dan kompetensi dokter, perawat dan sebagainya juga tidak kalah. Kita bisa menarik pasien dari negara tetangga untuk berobat di Indonesia. Astari Mayang Anggarani, 2014 Terakhir, kita juga akan dipaksa untuk lebih berdisiplin dalam melaksanakan pelayanan, Kemenkes sedang merancang panduan pencegahan Fraud bagi praktisi kesehatan. Mencuplik kajian dari tim peneliti UGM Prof Laksono Trisnantoro, dkk yang disampaikan pada Pertemuan Nasional Manajemen RS dengan Dewan Pertimbangan Medik BPJS Kesehatan bulan September lalu, ditemukan potensi 50 fraud pada 7 RS besar di Indonesia termasuk potensi fraud khusus seperti phantom visit DPJP tidak melakukan visitasi tetapi absen dan ditagihkan dan phantom procedure menagihkan tindakan atau prosedur yang tidak diberikan pada pasien. Astari Mayang Anggarani, 2014 BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan