Pertanggungjawaban BPJS Prinsip-prinsip JKN

14 SPI melaksanakan kegiatannya berdasarkan Pedoman Pengelolaan Kegiatan Satuan Pengawas Internal sesuai Keputusan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor: KEP215072014. SPI berperan dalam kegiatan asuransi dan konsultansi yang independen dan obyektif yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan peningkatan operasional. SPI harus membantu Badan untuk mencapai tujuannya melalui pendekatan sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan tata kelola melalui kegiatan asurans dan konsultansi. BPJS Kesehatan, 2014 h Standard dan Kode Etik SPI SPI melaksanakan pekerjaannya mengacu pada Kerangka Praktik Profesional Internasional IPPF, International Professional Practices Framework Audit Internal yang diterbitkan oleh The Institute of Internal Auditors The IIA. IPPF mencakup Standar dan Kode Etik Audit Internal. Standar dan Kode Etik tersebut diterapkan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BPJS Kesehatan, 2014

h. Pertanggungjawaban BPJS

BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 lima belas hari sejak dokumen klaim diterima lengkap. Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan diten tukan berdasarkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran pembayaran, Menteri Kesehatan memutuskan besaran pembayaran atas program JKN yang diberikan. Supriyantoro, 2013 Asosiasi Fasilitas Kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Dalam JKN, peserta dapat meminta manfaat tambahan berupa manfaat yang bersifat non medis berupa akomodasi. Misalnya: Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi daripada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan 15 mengikuti asuransi kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan kelas perawatan, yang disebut dengan iur biaya additional charge. Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi peserta Penerima Bantuan Iuran PBI. Supriyantoro, 2013 Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya, BPJS Kesehatan wajib menyampaikan pertanggungjawaban dalam bentuk laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Laporan yang telah diaudit oleh akuntan publik dikirimkan kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN paling lambat tanggal 30 Juni tahun berikutnya. Laporan tersebut dipublikasikan dalam bentuk ringkasan eksekutif melalui media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 dua media massa cetak yang memiliki per edaran luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya. Kemenkes RI dalam Anwar, 2014

2.2 Jaminan Kesehatan Nasional JKN

2.2.1 Sejarah JKN

Konsep Jaminan atau Asuransi Kesehatan Nasional JKN pertama kali dicetuskan di Inggris pada tahun 1911 yang didasarkan pada mekanisme asuransi kesehatan sosial yang pertama kali diselenggarakan di Jerman tahun 1883 Setelah itu banyak negara lain menyelenggarakan JKN seperti Kanada 1961, Taiwan 1995, Filipina 1997, dan Korea Selatan 2000. Setelah melakukan berbagai kajian dan kunjungan para legislatif maupun eksekutif ke berbagai negara untuk belajar tentang sistem JKN, pada tanggal 28 September 2004 UU Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN, yang salah satunya berisi JKN disetujui Rapat Pleno DPR untuk diundangkan. Pada tanggal 19 Oktober 2004, Presiden Megawati mengundangkan UU SJSN dengan upacara khusus yang dihadiri menteri-menteri terkait dan anggota inti Tim SJSN. Penempatan UU SJSN dalam Lembaran Negara dengan upacara spesial tersebut bukan tanpa alasan. Tidak banyak pejabat publik yang mengetahui bahwa UU SJSN tersebut 16 merupakan inti dari suatu tujuan dibentuknya Indonesia dan merupakan penjabaran pasal 34 UUD45 hasil amandemen ke-empat tahun 2002, Thabrany, 2009:5 2.2.2 Pengertian JKN Program Jaminan Kesehatan Nasional disingkat Program JKN adalah suatu program Pemerintah dan Masyarakat atau Rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera Naskah Akademik SJSN dalam Asih dan Oka, 2014. Sedangkan menurut UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam Anwar 2014 Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Disisi lain Supriyantoro 2013 dalam buku “Bahan Paparan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Ja minan Sosial Nasional” juga menguraikan tentang Jaminan Kesehatan Nasional JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari sistem jaminan sosial nasional yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan social yang bersifat wajib mandatory berdasarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

2.2.3 Dasar Hukum JKN

Berikut beberapa dasar hukum yang melatarbelakangi terbentuknya JKN menurut Supriyantoro 2013 dalam buku buku “Bahan Paparan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional”,yaitu: 1. Deklarasi Hak Asasi Manusia HAM atau Universal Independent of Human Right dicetuskan pada tanggal 10 Desember 1948 yang terdiri dari 30 pasal. 17 Pasal 25 ayat 1 menyebutkan bahwa Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi jandaduda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkannya kekurangan nafkah yang berada di luar kekuasaannya. 2. Resolusi WHA ke 58 Tahun 2005 di Jenewa: setiap negara perlu mengembangkan UHC melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial untuk menjamin pembiayaan kesehatan yg berkelanjutan. 3. Pencapaian Universal Health Coverage UHC melalui mekanisme asuransi sosial agar pembiayaan kesehatan dapat dikendalikan sehingga keterjaminan pembiayaan kesehatan menjadi pasti dan terus menerus tersedia yang pada gilirannya Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia sesuai Sila ke5 Panca Sila dapat terwujud. 4. Pada Pasal 28 ayat1 2 3 UUD 45 disebutkan: a. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehatserta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. b. Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan danmanfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. c. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. 5. Selanjutnya pada pasal 34 ayat 1, 2, 3 UUD 1945 disebutkan: a. Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. b. Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. 18 c. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. 6. Untuk dapat menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional sesuai dengan kondisi yang ditetapkan, maka ditetapkan peraturan sebagai berikut: a. UU No 40 tahun 2004 tentang SJSN b. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan c. UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS d. PP No. 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran e. Perpres No 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan f. Roadmap JKN, Rencana Aksi Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Permenkes, Peraturan BPJS Jaminan Kesehatan merupakan bagian dari prioritas reformasi pembangunan kesehatan.

2.2.4 Karakteristik JKN

a. Prinsip-prinsip JKN

Jaminan Kesehatan Nasional diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas UU No.40 Tahun 2004 Pasal 19 ayat 1. Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya UU SJSN No.40 tahun 2004. Prinsip asuransi social dalam program Jaminan Kesehatan Nasional meliputi UU No. 40 Tahun 2004 Penjelasan Pasal 19 ayat 1 dalam buku “Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional JKN dalam Sistem J aminan Sosial Nasional SJSN”: 1 Prinsip Kegotongroyongan. Gotong-royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang 19 bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong- royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Supriyantoro, 2013 2 Prinsip Nirlaba. Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS adalah nirlaba bukan untuk mencari laba for profit oriented. Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. Supriyantoro, 2013 Untuk Indonesia istilah nirlaba masih banyak disalah-tafsirkan. Sering ditafsirkan sebagai tidak boleh ada surplus. Salah besar. Yang lebih tepat adalah bukan untuk memberi keuntungan kepada sebagian orang. Dalam bahasa Inggris disebut not for profit. Dalam UU SJSN, dana yang terkumpul dari transaksi wajib disebut Dana Amanat yang akan digunakan di masa depan dengan tujuan utama memenuhi sebesar- besarnya kepentingan peserta, bukan memberi keuntungan kepada badan penyelenggara H Thabrany, 2009. Hal 15. 3 Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip-prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya Supriyantoro, 2013. Prinsip ini juga merupakan konsekuensi dari transaksi wajib. Jika semua orang wajib mengiur kecuali dalam keadaan tidak mampu absolut, maka segala kebijakan, penggunaan uang, investasi, harus dilakukan secara terbuka. Mirip dengan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Prinsip kehati- hatian prudentiality harus menjadi dasar utama. Investasi harus lebih mengedepankan security dana daripada imbal hasil yield. H Thabrany, 2009. Hal 16 4 Prinsip Portabilitas. Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun 20 mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Supriyantoro, 2013. Portabel artinya selalu dibawa, selalu mengikuti peserta. Karena prinsipnya peserta harus selalu aman security kapan dan dimanapun dia berada di dalam jurisdiksi Indonesia. Jaminan Sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan sampai peserta meninggal dunia. Peserta yang berpindah pekerjaan atau berpindah tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus selalu menerima manfaat ketika risiko yang menjadi triger, syarat penerimaan manfaat, terjadi. H Thabrany, 2009. Hal 16 5 Prinsip Kepesertaan Bersifat Wajib. Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, se hingga pada akhirnya Sistem Jaminan So sial Nasional SJSN dapat mencakup seluruh rakyat Supriyantoro, 2013. 6 Prinsip Dana Amanat. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan -badan penyelenggara untuk dikelola sebaik -baik nya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta Supriyantoro, 2013. 7 Prinsip Hasil Pengelolaan. Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta. Supriyantoro, 2013 Prinsip ekuitas UU No. 40 Tahun 2004 Penjelasan Pasal 19 ayat 1 yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis yang tidak terkait dengan besaran iuran yang telah dibayarkan. Prinsip ini diwujudkan dengan pembayaran iuran sebesar prosentase 21 tertentu dari upah bagi yang memiliki penghasilan UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 17 ayat 1 dan pemerintah membayarkan iuran bagi mereka yang tidak mampu UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 17 ayat 4. Asih dan Oka, 2014

b. Manfaat JKN