Pelayanan Kesehatan yang Dijamin Kesimpulan

45 7. Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan ditentukan berdasarkan kesepakatan BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri. 8. Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran pembayaran, Menteri memutuskan besaran pembayaran atas program Jaminan Kesehatan yang diberikan. 9. Asosiasi fasilitias kesehatan ditetapkan oleh Menteri. Supriyantoro, 2014. BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dengan Kapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS Kesehatan membayar dengan sistem paket INA CBG’s. Mengingat kondisi geografis Indonesia, tidak semua Fasilitas Kesehatan dapat dijangkau dengan mudah. Maka, jika di suatu daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan Kapitasi, BPJS Kesehatan diberi wewenang untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih berhasil guna. Semua Fasilitas Kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas kesehatan tersebut wajib merujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerjasama setelah memberikan pelayanan gawat darurat setara dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut.

c. Pelayanan Kesehatan yang Dijamin

Dalam PerMenKes No. 71 Tahun 2013, pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan meliputi: 1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup: a Administrasi pelayanan; b Pelayanan promotif dan preventif; 46 c Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis; d Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif; e Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; f Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis; g Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; dan h Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis. 2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap, yang mencakup: a Administrasi pelayanan; b Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis; c Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai dengan indikasi medis; d Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; e Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis; f Rehabilitasi medis; g Pelayanan darah; h Pelayanan kedokteran forensik klinik; i Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal setelah dirawat inap di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, berupa pemulasaran jenazah tidak termasuk peti mati dan mobil jenazah; j Perawatan inap non intensif; dan k Perawatan inap di ruang intensif. 3. Persalinan. Persalinan yang ditanggung BPJS Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama maupun Tingkat Lanjutan adalah persalinan sampai dengan anak ketiga, tanpa melihat anak hidupmeninggal. 4. Ambulan. Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan satu ke fasilitas kesehatan lainnya, dengan tujuan menyelamatkan nyawa pasien.

d. Pelayanan Kesehatan yang Tidak Dijamin

47 Dalam Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013, termuat pelayanan kesehatan yang tidak dijamin BPJS Kesehatan, meliputi: 1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku; 2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat; 3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan kerja; 4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas; 5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri; 6. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik; 7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas; 8. Pelayanan meratakan gigi ortodonsi; 9. Gangguan kesehatanpenyakit akibat ketergantungan obat danatau alkohol; 10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri; 11. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan health technology assessment; 12. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan eksperimen; 13. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu; 14. Perbekalan kesehatan rumah tangga; 15. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasawabah; dan 16. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan kesehatan yang diberikan. 48 17. Klaim perorangan.

2.3.4 Jaminan Kesehatan Nasional JKN dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

MEA Pasca bangkit dari krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia Tenggara, para kepala negara ASEAN memperkuat komitmennya untuk berkolaborasi dan kerjasama. KTT ASEAN ke-9 di Bali pada tahun 2003 menyepakati pembentukan Komunitas ASEAN, seperti tertuang dalam Bali Concord II. Cetak biru Masyarakat Ekonomi ASEAN ASEAN Economic Community Blue Print yang disepakati itu dipakai sebagai acuan mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA pada tahun 2015. Ada 4 empat Pilar Utama dalam upaya mewujudkan MEA di tahun 2015 salah satunya adalah “ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal, yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas…”. Inilah keniscayaan dan tantangan bagi pelaku dan pengelola kesehatan di Indonesia. Sapto Pudjo, 2014 Liberalisasi, adalah kata kunci dalam komitmen MEA tersebut. Ini dinyatakan kesepakatan untuk mengurangi dan menghapus hambatan dalam 4 empat modes of supply pada Horizontal Commitment maupun National Treatment yang rinciannya adalah: 1. Mode 1 cross-border supply: jasa yang diberikan oleh penyedia jasa luar negeri kepada pengguna dalam negeri. 2. Mode 2 consumption abroad: jasa yang diberikan oleh penyedia jasa luar negeri kepada konsumen domestik yang sedang berada di negara penyedia jasa. 3. Mode 3 commercial presence: jasa yang diberikan oleh jasa luar negeri kepada konsumen di negara konsumen; 4. Mode 4 movement of individual service providers: tenaga kerja asing yang menyediakan keahlian tertentu dan datang di negara konsumen. Sapto Pudjo, 2014 Seperti telah diketahui bahwa dalam komitmen MEA tahun 2015, terdapat 12 sektor prioritas yang disebut free flow of skilled labor arus bebas tenaga kerja terampil yaitu: perawatan kesehatan health care, turisme tourism, jasa logistik 49 logistic services, E-ASEAN, jasa angkutan udara air travel transport, produk berbasis agro agro-based products, barang-barang elektronik electronics, perikanan fisheries, produk berbasis karet rubber-based products, tekstil dan pakaian textiles and apparels, otomotif automotive, dan produk berbasis kayu wood-based products. Sapto Pudjo, 2014 Menjelang akhir tahun 2015, pintu gerbang Negara Kesatuan Republik Indonesia akan dibuka lebar-lebar oleh pemerintah. Kita akan bergabung dalam masyarakat ekonomi ASEAN MEA. Pada saat itu, tidak ada lagi batas negara. ASEAN menjadi satu pasar bersama. Bidang kesehatan termasuk yang akan dibuka pintunya. Negatifnya, karena Indonesia yang memiliki penduduk terbanyak mengakibatkan kita menjadi konsumen terbesar. Para dokter, perawat dan praktisi kesehatan kita akan bersaing dengan warga negara Malaysia, Filipina, Vietnam, dll. Mungkin 6 bulan hingga 1 tahun pertama, sumber daya manusia kita masih bisa menguasai pasar di negeri sendiri. Namun sejawat dari negara tetangga akan belajar bahasa Indonesia, dan rupa kita yang cukup serupa dengan etos kerja berbeda, bukan tidak mungkin kita akan tersingkir dari negeri sendiri. Praktisi kesehatan kita yang berkualitas, kompeten dengan etos kerja baik akan mudah untuk mencari kerja di negara tetangga yang imbalan jasanya lebih baik dari Indonesia. Astari Mayang Anggarani, 2014 Positifnya, kualitas pelayanan rumah sakit di Indonesia yang sudah terstandarisasi Internasional tidak kalah dengan yang di Malaysia, Thailand, Brunei, atau Filipina. Keterampilan dan kompetensi dokter, perawat dan sebagainya juga tidak kalah. Kita bisa menarik pasien dari negara tetangga untuk berobat di Indonesia. Astari Mayang Anggarani, 2014 Terakhir, kita juga akan dipaksa untuk lebih berdisiplin dalam melaksanakan pelayanan, Kemenkes sedang merancang panduan pencegahan Fraud bagi praktisi kesehatan. Mencuplik kajian dari tim peneliti UGM Prof Laksono Trisnantoro, dkk yang disampaikan pada Pertemuan Nasional Manajemen RS dengan Dewan Pertimbangan Medik BPJS Kesehatan bulan September lalu, ditemukan potensi 50 fraud pada 7 RS besar di Indonesia termasuk potensi fraud khusus seperti phantom visit DPJP tidak melakukan visitasi tetapi absen dan ditagihkan dan phantom procedure menagihkan tindakan atau prosedur yang tidak diberikan pada pasien. Astari Mayang Anggarani, 2014 BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dengan Kapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS Kesehatan membayar dengan sistem paket INA CBG’s. BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 lima belas hari sejak dokumen klaim diterima lengkap. Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan ditentukan 51 berdasarkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Jaminan Kesehatan Nasional JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN. Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib mandatory dengan tujuan agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak. Namun, sistem ini ternyata berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia baik dari segi sistem rujukan pasien yang masih rumit, fasilitas kesehatan, premi yang diterima dokter sebagai jasa kesehatan, tuntutan dokter untuk meningkatkan kualitas menjadi dokter layanan primer atau dokter keluarga dan sebagainya 52 DAFTAR RUJUKAN Anggarani, Astari Mayang. 2014. Tantangan Ganda Tahun 2015 Bagi Praktisi Kesehatan Indonesia. Online, http:thejavanomadspost.comtagmea diakses 4 Februari 2015 Anwar, Khairil. 2014. Mahasiswa Harus Tau JKN Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia. Diakses melalui sekjendismkmi.org . Diakses 28 Januari 2015. BPJS Kesehatan. 2013. Buku Panduan Layanan Bagi Peserta BPJS Kesehatan. E-book. Diakses 4 Februari 2015 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku pegangan sosialisasiJaminan kesehatan nasional JKN Dalam sistem jaminan sosial nasional: Jakarta. Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan. Praturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012 Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan. Pudjo, Sapto. 2014. Tantangan Kesehatan dari Dalam dan dari Luar di Tahun 2015. Online, http:kesehatan.kompasiana.commedis20140801tantangan-kesehatan- dari-dalam-dan-dari-luar-di-tahun-2015-666713.html diakses 4 Februari 2015 Situs BPJS. 2014. Profil Badan Penyelenggara Jaminan Sosial . Copyright © 2014 BPJS Ketenagakerjaan, All Rights Reserved. Diakses pada 27 Januari 2015 Sari, Rizki Puspita. 2013. Begini Cara Daftar Jadi Peserta BPJS Kesehatan. Online, http:www.tempo.coreadnews20131230173541035Begini-Cara-Daftar-Jadi- Peserta-BPJS-Kesehatan11 diakses 4 Februari 2014 53 S, Lucky. 2015. Cara Daftar BPJS Online Syarat Perorangan Dengan Mudah: Kini Semua Warga Bisa Mendapatkan Asuransi Kesehatan. Online, http:www.artikel.web.idberitacara-daftar-bpjs.html diakses 4 Februari 2015 Thabrany, Hasbullah. 2009. Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional: Sebuah Policy Paper dalam Analisis Kesesuaian Tujuan dan Struktur BPJS: Jakarta Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 54 Lampiran Lampiran 1 Contoh DIP Formulir 1 PPU dan Penerima Pensiunan, PK dan Veteran Iuran persentasi Contoh DIP Formulir 2 PBPU dan Bukan Pekerja Iuran Iuran nominal 55 Contoh DIP Formulir 3 Tambahan anggota keluarga Contoh DIP Formulir 4 Perubahan data 56 Contoh Disain Kartu BPJS Kesehatan 57 Lampiran 2 Pertanyaan 1. Dalam kepesertaan BPJS, kelompok yang iurannya tidak dari persentase dari upah yaitu…. a. PNS b. TNI

c. Fakir Miskin