II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Taksonomi dan Morfologi
Menurut Jones et al. 1995 serta Heij Rompas 1999, burung megapoda terdiri atas 22 genus, salah satu jenis diantaranya adalah burung maleo. IUCN
2008 mengklasifikasikan burung maleo ke dalam Kingdom Animalia, filum Chordata, sub filum Vertebrata, kelas Aves, ordo Galliformes, famili Mega-
podiidae, genus Macrocephalon, spesies Macrocephalon maleo. Jones et al. 1995 dan Del Hoyo et al. 1994 menyebutkan burung maleo dikenal dengan
nama daerah senkawor, sengkawur, songkel, maleosan Minahasa, saungke Bintauna, tuanggoi Bolaang Mongondow, tuangoho Bolaang Itang, bagoho
Suwawa, mumungo, panua Gorontalo, molo Sulawesi Tenggara. Burung maleo termasuk spesies burrow nester, yaitu burung pembuat
lubang atau liang. Ukuran tubuh burung maleo hampir sama dengan ayam betina, berbobot 1,6 kg dengan panjang sayap jantan 292 mm dan betina 302 mm. Bobot
anakan burung maleo yang baru menetas berkisar antara 109–169 g. Umur burung maleo bisa mencapai 25–30 tahun dan mencapai umur produktif setelah 4
tahun. Dalam pemeliharaan, burung maleo dapat mencapai umur 20 tahun lebih dan masih produktif Argello 1991, Dekker 1990.
Burung maleo dewasa memiliki panjang paruh 3,5 cm, panjang kepala 3,0 cm, panjang badan 19,5 cm, bobot badan 1,5 kg, lebar mata 1,5 cm, panjang leher
17,0 cm, panjang kaki 21,0 cm dan panjang sayap 20 cm MacKinnon 1981, Aliu et al
. 2005. Secara keseluruhan warna bulunya hitam keungu-unguan sebagai warna utama, sedangkan warna bulu bagian dada dan perutnya bervariasi antar
daerah di Sulawesi, yaitu di Gorontalo berwarna putih kemerah-merahan, di Sulawesi Tengah berwarna merah menyala, sedangkan di Mamuju Sulawesi
Barat berwarna kuning dan putih. Warna paruh hijau pucat dengan warna merah pada pangkalnya. Dijumpai pula burung maleo yang warna paruhnya oranye,
merah atau abu-abu dan terkadang hitam Hendro 1974, Nurhayati 1986, Tikupandang et al. 1993. Burung maleo yang ditemukan di Sulawesi Tengah
dengan tonjolan di bagian kepala berwarna kelabu kehitam-hitaman disajikan pada Gambar 1.
5
Foto : BKSDA Sulawesi Tengah
Gambar 1. Burung maleo yang ditemukan di Sulawesi Tengah Pada bagian kepala terdapat mahkota berwarna kelabu kehitam-hitaman
yang disebut kapseti dan berfungsi untuk mengukur temperatur ketika burung tersebut menggali lubang untuk peletakan telur MacKinnon 1981. Mahkota
kapseti maleo jantan lebih besar dari maleo betina. Mata burung maleo
berwarna cerah dengan paruh yang besar, kokoh serta lancip dan berwarna hitam dengan bagian ujungnya merah kekuningan. Paruh yang besar ini berguna untuk
membantu memecah makanannya yang keras dan besar. Burung maleo mempunyai pengaturan suhu tubuh yang tetap homoithermal dan bulu badan
yang tebal Hendro 1974, Wiriosoeparto 1979, Nurhayati 1986, Santoso 1990. Ukuran telur maleo dengan berat 16 dari bobot badan betina dewasa pada
telur ayam hanya 3 dari bobot badan induk atau sekitar 190–280 g, dengan panjang 9,00 cm dan diameter 6 cm sehingga perbandingan antara telur ayam
dengan telur burung maleo sama dengan 5 kali telur ayam. Dalam keadaan segar telur maleo berwarna merah jambu dan kemudian berubah menjadi kecoklat-
coklatan Hendro 1974, MacKinnon 1981
2.2. Populasi dan Distribusi